• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

5.3. Produk PT X

Produk-produk yang dihasilkan perusahaan dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu kelompok minuman berbentuk serbuk, kelompok ready to drink dan kelompok makanan dan minuman untuk kesegaran, kesehatan, dan appearance. Pengembangan produk baru akan tetap diarahkan pada produk-produk makanan dan minuman. Produk yang dihasilkan adalah produk-produk-produk-produk untuk kesehatan antara lain:

37 1. DietFood

Diet Food yaitu produk yang menawarkan program penurunan berat badan dengan gizi lengkap dan kalori yang cukup. Produk ini terdiri dari makanan diet utama (MDU) dan makanan diet pelengkap (MDP). Produk MDU untuk makan pagi dan malam, sedangkan produk MDP merupakan makanan selingan untuk mengatasi rasa lapar tanpa kalori yang berlebihan. Produk ini terdiri atas berbagai rasa yaitu Chocolate Hazelnut, Chococereal, Chococino Honey Dew, coklat, mocca, kopi, dan strawberry dan produk makanan diet pelengkap (MDP) yang berupa Cookies dengan rasa coklat. 2. High Protein Food

High Protein Food merupakan produk yang dikhususkan bagi pria untuk membentuk tubuh menjadi lebih atletis dan berotot. Produk dengan brand ini antara lain Gain Mass yang berfungsi untuk menaikkan berat badan, Lose-Weight, untuk kosumen ya ng ingin mengurangi berat badan, Nutritious Drink yangterdiri dari basic, daily, regular dan advance formula untuk membentuk otot dan Six Pack, merupakan sweetener sebagai pengganti gula untuk membantu membentuk perut yang terpahat.

3. Susu Tanpa Lemak

Susu tanpa lemak yaitu produk susu rendah lemak, rendah kolesterol, serta rendah kalori, tinggi akan protein dan ada juga yang dilengkapi dengan serat fitosterol dan Omega. Produk ini baik bagi konsumen yang diet rendah kalori dan penderita diabetes. Ada lima rasa, yaitu plain, strawberry, kopi, mocca, dan coklat.

4. Susu Rendah Lemak

Low FatMilk, merupakan susu rendah lemak yang tinggi kalsium Produk ini dibuat untuk semua golongan usia dari mulai remaja hingga dewasa dengan 3 macam rasa yaitu coklat, green tea, kacang hijau, cereal banana, plain dan vanila.

5. Produk Diabetes, yang terdiri atas: a. Diabetetic Cookies

b. Diabetetic Sweet Soy Sauce c. Diabetetic Nutritious Drink 6. Produk Non Susu, yang terdiri atas:

a. Sweetener, yaitu pemanis rendah kalori yang digunakan sebagai pengganti gula dan umumnya sebagai pemanis pada teh, kopi dan baik untuk penderita diabetes.

b. Syrup

c. Sugar Free Drink

d. Corn Oil, yaitu minyak goreng non kolesterol yang berasal dari minyak jagung dan mengandung asam lemak tidak jenuh yang tinggi, sehingga aman bagi kesehatan jantung.

e. Dietetic Jam

5.4. Ketenagakerjaan

Tenaga kerja merupakan faktor yang sangat menentukan dalam suatu sistem organisasi perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. Hingga akhir tahun 2007, perusahaan memiliki 789 orang karyawan yang ditempatkan di bagian

39 pendidikan karyawan pun beraneka ragam dari mulai Sekolah Menengah Umum, Diploma, Sarjana, dan Pasca Sarjana.

Status karyawan dalam perusahaan dikelompokkan berdasarkan pada sifat dan jangka waktu ikatan kerja, yaitu karyawan tetap dan karyawan tidak tetap. Karyawan tetap adalah karyawan yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh perusahaan, dipekerjakan dan mendapat upah secara bulanan serta terikat dalam hubungan kerja dengan perusahaan yang waktunya tidak tertentu dan atau dapat ditentukan oleh perusahaan. Karyawan tidak tetap atau karyawan kerja waktu tertentu (KWT) adalah karyawan yang bekerja pada perusahaan didasarkan perjanjian kerja waktu tertentu yang disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.

Karyawan bekerja selama 40 jam seminggu (kecuali lembur) dengan pembagian waktu kerja shift dan non shift yang waktunya diatur berdasarkan pada kebutuhan departemen. Beberapa fasilitas dan tunjangan kesejahteraan yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan tetap dan tidak tetap, meliputi penyediaan tempat ibadah (musholla) dan fasilitas kantin. Fasilitas lain yang diberikan kepada karyawan tetap meliputi koperasi, fasilitas transportasi, soft loan, cuti dan ijin, tunjangan hari raya, bonus tahunan, pengobatan, asuransi kesehatan, jamsostek (jaminan hari tua, kecelakaan kerja dan kematian) serta sumbangan sukacita/dukacita dan fasilitas lain sesuai dengan kebijakan perusahaan.

5.5. Mekanisme Proses Produksi

Proses produksi yang berjalan di PT X merupakan Dry Mixing Process. Bahan baku berupa bubuk dicampur merata sesuai formulasi setiap produk jadi yang ditetapkan tanpa melewati proses apapun dalam fase cair ataupun gas. Campuran

berbagai bubuk bahan baku yang telah merata lalu difilling ke dalam kemasan setelah lolos uji kesesuaian mutu. Produk hasil filling kemudian dikemas dan siap untuk didistribusikan.

5.6. Jaringan Pemasaran Produk

PT X menjual produk-produknya ke pasar nasional maupun pasar internasional (ekspor) melalui distributor-distributor yang telah ditunjuk. Distributor-distributor tersebut yang akan menyalurkan produk sampai ke outlet. Distributor (agen) yang mendistribusikan produk ditunjuk dan disetujui oleh Managing Director. Saat ini distributor (agen) yang ditunjuk adalah National Sales untuk penjualan dalam negeri dan Global Sales untuk penjualan luar negeri (ekspor).

BAB VI

SISTEM PENGADAAN BAHAN BAKU PT X

6.1. Gambaran Umum Proses Manufaktur PT X 6.1.1. Perencanaan Produksi PT X

Produksi diartikan sebagai kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan manfaat atau penciptaan faedah baru. Perencanaan produksi merupakan perencanaan tentang jenis produk yang akan diproduksi serta jumlah yang akan diproduksi pada periode yang akan datang. Produk yang akan segera diproduksikan ini belum tentu merupakan jumlah total dari semua produk yang dapat diproduksikan.

Proses pembuatan produk di PT X dimulai dari proses peramalan penjualan mendatang berdasarkan pada penjualan periode lalu. Secara internal perusahaan, peramalan dilakukan dengan mempertimbangkan konsolidasi perkiraan penjualan distributor (sales forecast distributor), sejarah penjualan produk dan rencana pemasaran (marketing plan) tahun berjalan. Brand manager masing- masing produk akan merevisi perkiraan penjualan jika memperkirakan ada perubahan kondisi pasar atau kegiatan marketing yang dianggap akan mengubah rencana penjuala n (dinamika). Sales forecast ini kemudian dikirim ke departemen PPIC.

PPIC menggunakan data sales forecast marketing sebagai acuan dalam membuat perencanaan produksi tahunan. Pembuatan rencana produksi tahunan ini dibuat dengan mempertimbangkan saldo tiap item produk pada awal bulan, target saldo akhir bulan depan, kapasitas produksi terpasang dan leadtime (waktu tenggang) produksi. Setelah itu perencana produksi pada departemen PPIC akan

menyusun RPS atau rencana produksi semesteran setelah menerima perbaikan peramalan terakhir. Perencana produksi menerbitkan RPS paling lambat satu bulan setelah diterimanya peramalan. RPS yang telah disetujui oleh manajer PPIC kemudian didistribusikan kepada pihak terkait yaitu penyelia gudang dan administrasi. Pembuatan RPS ini harus sesuai dengan peramalan yang ada sehingga jika terjadi perbaikan pada peramalan maka RPS dapat direvisi kembali.

RPS yang telah dibuat kemudian dicocokkan dengan kapasitas produksi dan jumlah hari kerja yang tersedia. Bila kapasitas produksi dan hari kerja cukup untuk melakukan rencana produksi perbulan, maka proses pembuatan RPS dianggap selesai. Namun bila kapasitas produksi dan jumlah hari kerja tidak cukup untuk melakukan rencana produksi perbulan (peak season, biasa terjadi sebelum natal dan lebaran), maka tingkat saldo awal bulan disesuaikan sehingga didapatkan rencana produksi yang sesuai dengan kapasitas.

Setiap akhir bulan, perencana produksi membuat rencana produksi bulanan untuk bulan berikutnya. Pertama-tama perencana produksi memb uat suatu peramalan permintaan untuk bulan tersebut dari data-data histori yang telah ada dengan mempertimbangkan kondisi kapasitas produksi dan urutan proses. Setelah itu baru dihitung jumlah total produksi per item produk pada bulan tersebut dan melakukan pembagian jumlah produksi per hari dan per minggu. RPB yang telah dibuat selanjutnya dimintakan persetujuan ke departemen produksi.

Perencana produksi mengeluarkan rencana produksi mingguan untuk periode satu minggu ke depan pada setiap akhir minggu. Perencana produksi melihat rencana transaksi produk jadi pada minggu tersebut serta melihat besarnya economic of stock melalui aplikasi Baan (nama sebuah program perangkat lunak

43 komputer). Data tersebut digunakan oleh perencana produksi untuk mengevaluasi proses produksi pada minggu yang sama dan membuat Order Kerja Mingguan (OKM) yang telah dibagi menjadi per hari. Draft OKM ini kemudian direalisasikan dengan melakukan proses produksi sesuai dengan urutan proses tiap-tiap produk yaitu mulai dengan permintaan bahan baku dan kemasan sampai dengan proses pengemasan (Packing).

6.1.2. Pengadaan Bahan Baku

Permintaan barang jadi yang digambarkan melalui peramalan penjualan sangat berpengaruh terhadap permintaan bahan baku dan kemasan yang digambarkan melalui rencana produksi. Rencana produksi yang telah dibuat akan dijabarkan menjadi komponen bahan baku dan kemasan yang dibutuhkan menurut formula yang ada. Penjabaran tersebut menghasilkan rencana kebutuhan bahan dengan lebih terperinci.

Rencana order dibuat dari rencana kebutuhan bahan setelah mempertimbangkan minimum order dan leadtime dari pemasok. Minimum order adalah jumlah minimal untuk memesan barang tertentu. Leadtime adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan barang sejak purchase order diterima oleh pemasok sampai barang itu datang ke gudang pemesan.

Setiap awal tahun PPIC dalam hal ini inventory controller membuat perhitungan kebutuhan bahan baku dan kemas (PKB) untuk periode satu tahun. PKB dibuat berdasarkan rencana produksi tahunan yang telah dibuat oleh production planner berdasarkan forecast penjualan, formula terbaru dan kondisi stok awal tahun. Selain itu PKB juga mempertimbangkan informasi mengenai

parameter order tiap-tiap bahan baku dan bahan kemas seperti minimum order, safety time, leadtime, kemasan terkecil, dan safety stock.

PKB ini kemudian dikirim ke departemen purchasing untuk dilengkapi dengan harga tiap-tiap item barang. Dengan demikian didapatkan rencana pembelian barang dalam rupiah yang seterusnya dikirim ke departemen finance untuk perencanaan keuangan perusahaan. Pada proses ini kebutuhan aktual akan bahan baku di update setiap bulan bersamaan dengan perencanaan produksi bulanan. Bahan baku yang sudah dipesan kemudian disimpan dalam gudang bahan baku dengan kondisi yang disesuaik an dengan karakteristik bahan baku, sebelum akhirnya dapat digunakan untuk produksi.

Sistem pembelian bahan baku dilakukan perusahaan berdasarkan jumlah kebutuhan bahan baku dan leadtime pemasok. Perubahan yang cepat dalam permintaan akan produk akhir mengakibatkan perusahaan selalu memperbaharui peramalan yang telah dilakukan. Perubahan ini otomatis akan mengubah jumlah penggunaan bahan baku dalam setiap periode peramalan. Permasalahan yang timbul kemudian adalah lamanya leadtime kedatangan bahan baku yaitu selama 60 hari. Untuk mengatasi hal itu perusahaan melakukan pemesanan selama 60 hari sebelum bahan baku tersebut digunakan. Sebagai contoh, untuk kebutuhan minggu pertama bulan Januari 2008, maka perusahaan akan melakukan pemesanan pada minggu pertama bulan November 2007 atau minggu terakhir bulan Oktober 2007. Jumlah bahan baku yang dipesan disesuaikan dengan jumlah pemesanan ekonomis yang telah diperhitungkan sebelumnya. Frekuensi pemesanan didasarkan pada tingkat kebutuhan yang akan digunakan. Jika kemudian kebutuhan perusahaan yang telah diperhitungkan sebelumnya tidak

45 mencukupi maka perusahaan akan kembali melakukan pemesanan kembali sebanyak tingkat pemesanan ekonomis yang telah diperbaharui. Hal ini menyebabkan jumlah pemesanan perusahaan menjadi sangat banyak karena dalam 1 periode perusahaan dapat memesan lebih dari yang diperhitungkan sebelumnya.

6.1.3. Proses Produksi

Alur proses produksi yang dilakukan adalah berupa dry mixing process. Proses ini terdiri dari tiga tahapan utama yaitu mixing, filling dan packing. Mixing adalah proses pencampuran bahan baku sesuai formula produk dalam lindoor mixer. Hasil mixing yang sudah homogen kemudian diuji secara organoleptik oleh quality control untuk mengukur tingkat kerataan produk. Jika dinyatakan lolos QC, maka hasil mixing tersebut dimasukkan ke dalam kemasan primer. Proses ini dinamakan filling.

Hasil filling kemudian dianalisis secara mikrobiologi untuk memastikan produk dalam kondisi higienis. Hasil filling yang lolos uji mikrobiologi kemudian diberi kemasan sekunder untuk menambah nilai estetika produk. Proses selanjutnya adalah packing yaitu memasukkan produk yang telah diberi kemasan sekunder ke dalam kemasan tersier berupa box. Produk kemudian didistribusikan langsung ke distributor utama yang telah ditunjuk perusahaan.

6.1.4. Distribusi

Manufaktur sebagai penyedia produk tidak secara langsung menjual produknya ke tangan konsumen. Perusahaan telah menunjuk distributor-distributor resmi yang bertugas untuk mendistribusikan produk jadi yang diproduksi ke gerai-gerai atau outlet-outlet. Distributor ini yang kemudian

mendistribusikan produk ke sampai ke outlet-outlet sehingga akhirnya sampai ke tangan konsumen. Untuk lebih jelasnya proses manufaktur perusahaan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Proses Manufaktur PT X

Ket : 1,2 = Alur Perhitungan Kebutuhan Input 3,4,5 = Alur Pembelian Input

6,7,8,9,10 = Alur Proses Produksi

6.2. Decoupling Point

Keputusan sampai dimana suatu aktivitas produksi bisa dilakukan tanpa menunggu permintaan definitif dari pelanggan merupakan keputusan yang sangat

9 6 4 5 1 Update data Persiapan input Persiapan Produksi Permintaan spesifik Pengiriman Input Order input Perhitungan kebutuhan input Forecast penjualan

Marketing PPIC Warehouse

Purchasing Pemasok

Order input

Distributor Production

Distribusi produk jadi

2 3

7

8

47 mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk menciptakan efisiensi fisik maupun kecepatannya dalam merespon pasar. Produk-produk yang dijadikan bahan baku pembuat produk lainnya bisa dibuat oleh pabrik hanya dengan dasar peramalan permintaan tanpa menunggu permintaan definitif dari pelanggan. Hal ini berbeda dengan perusahaan manufaktur, produksi biasanya dilakukan ketika datang pesanan dari konsumen. Namun tidak berarti bahan baku yang dibutuhkan harus didatangkan hanya ketika ada pesanan. Bahan baku tersebut dapat dibeli terlebih dahulu oleh perusahaan tanpa menunggu pesanan dari konsumen. Titik temu dimana aktivitas produksi dapat dilakukan tanpa menunggu permintaan definitif dari pelanggan dinamakan decoupling point.

Proses produksi yang dilakukan oleh PT X merupakan suatu proses pemberian nilai tambah dari bahan baku menjadi suatu produk dengan karakteristik fungsional tertentu. Secara garis besar proses pemberian nilai tambah ini terdiri atas 2 proses utama yaitu pengadaan input dan produksi. Dalam hal ini perusahaan tidak melakukan pendistribusian ke konsumen karena proses ini dilakukan oleh distributor yang ditunjuk langsung oleh perusahaan.

Proses pengadaan input dilakukan perusahaan tanpa harus menunggu permintaan spesifik dari konsumen melalui distributor. Hal ini dilakukan manufaktur untuk mendukung kelancaran proses produksi karena produksi tidak mungkin berjalan tanpa ada salah satu input produksi. Pada aktivitas ini, pengadaan input bisa dilakukan dengan menggunakan strategi make to stock yang didasarkan pada kebutuhan bahan baku yang diturunkan melalui forecast penjualan tahunan yang telah dilakukan oleh marketing. Sementara untuk waktu pemesanannya dapat disesuaikan dengan tingkat pemesanan paling ekonomis

yang dapat dilakukan perusahaan dan dengan memperhatikan kondisi perusahaan pada tahun berjalan.

Aktivitas produksi dilakukan ketika manufaktur memperoleh pesanan dari konsumen melalui distributor. Hal ini dilakukan karena variasi dari produk yang dihasilkan perusahaan sangat tinggi dan masing- masing variasi memiliki tingkat permintaan yang berbeda. Jika perusahaan melakukan produksi tanpa melihat permintaan aktual konsumen maka perusahaan akan menyimpan persediaan dalam bentuk produk jadi dalam jumlah dan jenis yang sangat banyak.

Gambaran ini memperlihatkan bahwa decoupling point atau titik temu dimana suatu aktivitas dapat dijalankan tanpa harus menunggu proses berikutnya terletak pada proses pengadaan input. Untuk itu sebaiknya persediaan disimpan dalam bentuk input dibandingkan dalam bentuk produk jadi karena perusahaan memiliki keragaman produk yang cukup besar. Jika persediaan dalam bentuk barang setengah jadi (belum filling) maka kemungkinan kerusakan bahan akan semakin besar, karena kondisi bahan yang masih mudah kontak dengan udara. Jika persediaan ada dalam bentuk produk jadi, maka keuntungan yang hilang akibat barang tidak terjual menjadi lebih besar dibanding kehilangan input yang tidak terpakai, karena dalam produk jadi sudah mencakup biaya produksi didalamnya. Selain itu persediaan dalam bentuk input memiliki tingkat ketidakpastian yang relatif rendah karena input bahan baku dapat digunakan tidak hanya untuk satu macam produk tetapi juga dapat digunakan untuk produk lain.

Input yang digunakan perusahaan terdiri atas input bahan baku, bahan kemas dan tenaga kerja. Untuk tenaga kerja, perusahaan menggunakan sistem lembur dan memperkerjakan karyawan kontrak untuk mengatasi permintaan yang

49 fluktuatif. Hingga saat ini sistem ini masih berjalan dengan baik dan tidak ada masalah yang berarti. Untuk bahan kemas, perusahaan juga tidak mengalami hambatan karena leadtime dari pemasok bahan kemas masih sesuai dengan kesepakatan antara perusahaan dengan pemasok.

Untuk bahan baku terutama skim, perusahaan perlu untuk menyiapkan persediaan karena saat ini perusahaan masih mengalami kesulitan karena bahan baku ini sering sekali stock out. Hal ini tentu saja dapat menghambat produksi yang sudah direncanakan dan pada akhirnya perusahaan akan mengalami kerugian. Untuk itu keberadaan persediaan pengaman sangat diperlukan.

Persediaan pengaman adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan baku (out of stock) di saat perusahaan mengalami lonjakan permintaan yang tinggi dan leadtime yang tidak pasti. Secara teoritis, jumlah barang yang disediakan unt uk keperluan persediaan pengaman ini haruslah ditentukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan bahwa biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menahan sejumlah barang tertentu akan sesuai dengan kerugian yang ditimbulkan akibat stock out ini.

6.3. Manajemen Penggudangan

Untuk mengatur arus bahan secara sistematis sehingga tidak ada keterlambatan dibutuhkan suatu sistem penggudangan yang baik. Penggudangan di PT X bertanggung jawab dalam menjamin kualitas dan kuantitas dari bahan baku dan produk jadi. Penggudangan di PT X terbagi atas empat bagian yang mempunyai fungsi masing- masing yang khas, yaitu gudang bahan baku, gudang

barang jadi, gudang kemas dan gudang pengembalian. Dalam hal ini yang akan dijabarkan lebih lanjut adalah gudang bahan baku.

Gudang bahan baku mempunyai tiga fungsi utama yaitu penerimaan bahan baku, penyimpanan bahan baku dan persiapan produksi. Masing- masing fungsi tersebut dilaksanakan pada kawasan atau area tertentu. Area di gudang baku ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu area umum, area persiapan dan area karantina. Area umum adalah daerah tempat menyimpan barang-barang secara umum, baik yang sudah diperiksa maupun yang belum diperiksa oleh Quality Control (QC). Area persiapan adalah daerah khusus untuk menyimpan barang yang akan dipakai untuk suatu order tertentu. Pada area ini barang-barang yang disimpan sudah melalui proses pemeriksaan oleh QC. Area karantina adalah daerah tempat menyimpan barang-barang yang menunggu hasil pemeriksaan dengan berstatus tahanan sementara.

Pada saat bahan baku datang, pengendali persediaan menerima surat jalan dari pemasok untuk kemudian diperiksa kesesuaian jenis dan jumlah barang yang dikirim dengan yang dipesan. Jika barang ditolak karena tidak sesuai dengan spesifikasi atau jumlahnya, pengendali persediaan memberikan informasi pada penyelia logistik untuk segera dikembalikan ke pemasok. Jika barang diterima, pengendali persediaan akan menandatangani surat jalan sebagai tanda barang diterima. Barang tersebut kemudian diturunkan dan selanjutnya diletakkan di atas palet yang bersih, kokoh dan kering dan disusun dengan rapi terkecuali untuk bahan baku yang disimpan dalam drum, rak dan freezer.

Bahan baku yang telah diterima kemudian diberi label identitas pada kemasannya masing- masing. Label identitas menyebutkan kode komputer dan

51 tanggal kedatanga n untuk memudahkan telusur bahan. Bahan baku juga akan diambil sampel untuk diperiksa oleh QC. Berdasarkan status pemeriksaan diberikan label status oleh QC untuk membedakan bahan baku yang belum diperiksa, ditahan, dan ditolak.

Bahan baku yang telah diterima dari pemasok disimpan di dalam area umum sesuai dengan karakteristik bahan baku tersebut. Untuk bahan baku yang membutuhkan tingkat suhu dan kelembaban tertentu akan disimpan di dalam ruang AC dimana suhu dan kelembabannya dapat diatur. Untuk bahan ya ng berada dalam ruangan ini dilakukan pencatatan suhu dan kelembaban ruangan dalam form yang telah disediakan untuk memantau agar suhu dan kelembaban yang dibutuhkan tetap terjaga.

PT X memerlukan kurang lebih 160 jenis bahan baku untuk menghasilkan produk nya. Untuk itu perlu kecermatan dan kerapihan dalam penyimpanan sehingga lokasi penyimpanan barang menjadi jelas dan mudah dicari. Penempatan bahan baku flavour dan non flavour dipisahkan ruang penyimpanannya untuk menghindari kontaminasi antar bahan baku. Bahan baku ini diperiksa secara berkala untuk menjamin kondisi barang dan umur penyimpanan tetap dalam keadaan yang diinginkan.

Dalam inventory flow proses, sistem yang digunakan adalah first in first out (FIFO). Bahan yang masuk terlebih dahulu akan digunakan untuk kebutuhan produksi. Dengan menggunakan sistem ini proses kerusakan bahan dapat diminimalisasi karena bahan baku tidak sempat tersimpan lama dalam gudang ditambah dengan asumsi barang yang terakhir datang merupakan produksi terbaru

dari pemasok. Namun penggunaan sistem ini membutuhkan layout gudang yang baik yang dapat memudahkan bahan baku keluar masuk.

Untuk persiapan produksi, bahan baku dipersiapkan di area persiapan yaitu daerah khusus untuk menyimpan barang yang akan dipakai untuk suatu pemesanan tertentu. Dalam ruang persiapan ini dilakukan pemisahan bahan baku yang digunakan untuk pembuatan satu produk dengan produk lainnya. Bahan baku ini kemudian ditimbang sesuai dengan formula untuk kemudian diserahkan ke bagian produksi.

Dokumen terkait