• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produksi dan Luas Areal Tanaman Cengkeh Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Produksi dan Luas Areal Tanaman Cengkeh Indonesia

Menurut Kemala (1999), perkembangan luas areal tanaman cengkeh sangat dipengaruhi harga. Jika harga dan luas areal tanaman cengkeh tidak dipertahankan dikuatirkan produktivitas cengkeh akan terus menurun. Penurunan produktivitas ini disebabkan oleh keterbatasan modal yang dimiliki petani sehingga mereka tidak mampu mengelola usahatani cengkeh dengan baik. Hal tersebut berakibat terhadap menurunnya pasokan cengkeh pada tahun-tahun yang akan datang.

Menurut Wahid dalam Yuhono (1997), tanaman cengkeh termasuk tanaman yang berbunga terminal dalam arti mengenal siklus produksi dimana setiap tiga sampai empat tahun terjadi satu kali berbunga lebat, satu kali berbunga sedang dan satu kali berbunga sedikit. Di sisi lain tanaman cengkeh mengenal kesesuaian lahan dan agroklimat dimana tiap daerah dapat berbeda satu sama lain sehingga jatuh tempo dari siklus produksi dapat bervariasi bagi seluruh wilayah produsen cengkeh di Indonesia. Pengaruh simultan dari faktor tersebut menyebabkan fluktuasi produksi cengkeh nasional.

Ruhnayat (1997) menyimpulkan bahwa penyebab utama fluktuasi produksi tanaman cengkeh adalah faktor iklim, genetis, fisiologis dan budidaya.

a. Faktor iklim

Faktor iklim cukup menentukan pembungaan tanaman cengkeh. Pengaruh iklim ini berkisar antara 37-68 persen (Wahid dalam Ruhnayat, 1997). Hubungan

antara iklim dengan pembungaan ini terjadi karena untuk inisiasi pembungaan diperlukan hormon florigen yang pembentukannya dirangsang oleh faktor iklim. Dengan demikian faktor iklim akan mengarahkan tanaman apakah akan terus tumbuh vegetatif atau generatif. Menurut Hadiwijaya dalam Ruhnayat (1997), untuk pembungaan tanaman cengkeh membutuhkan adanya suatu periode yang agak kering tanpa hujan sama sekali dan penyinaran matahari yang terik.

Pengaruh faktor iklim masih terus berlanjut walaupun inisiasi pembungaan telah terjadi atau bakal bunga telah muncul. Hadiwijaya dalam Ruhnayat (1997), mengemukakan bahwa bakal bunga ini biasanya mulai tampak pada periode kurang lebih dua bulan setelah adanya masa kering selama dua minggu berturut- turut. Namun apabila terjadi curah hujan yang sangat tinggi dan diikuti dengan kelembaban serta temperatur udara yang dingin di malam hari maka bakal bunga dapat berubah menjadi kuncup daun. Sedangkan apabila terjadi musim kemarau yang berkepanjangan menyebabkan pertumbuhan bakal bunga menjadi terganggu.

Perubahan iklim menyebabkan fluktuasi hasil cengkeh sulit untuk diatasi. Perubahan iklim tidak bisa dicegah dan terjadinya meliputi daerah yang cukup luas. Oleh karena itu upaya yang bisa dilakukan untuk memperkecil terjadinya fluktuasi hasil cengkeh yang diakibatkan oleh iklim adalah dengan cara membudidayakannya pada daerah yang sesuai terutama keadaan curah hujan rata- rata satu sampai empat bulan sebelum primordial bunga.

b. Faktor genetis

Paling sedikit ada tiga faktor genetis tanaman cengkeh yang ada hubungannya dengan fluktuasi hasil yaitu sifat berbunga terminal, daya regenerasi yang rendah dan jarak antara waktu panen ke masa pembungaan selanjutnya yang

relatif pendek. Pada tanaman yang berbunga terminal, bunga hanya keluar pada ujung-ujung pucuk. Apabila terjadi pembungaan yang lebat, hampir semua ujung pucuk tersebut terisi bunga sehingga pertumbuhan vegetatif yang diperlukan untuk pembentukan energi baru mendatang menjadi kurang. Akibatnya sehabis panen besar, tanaman cengkeh menjadi merana.

Hal ini ditunjang pula oleh sifat genetis tanaman cengkeh yang lainnya yaitu daya regenerasi tanaman yang rendah sedangkan jarak antara waktu panen ke masa pembentukan bunga primordial bunga selanjutnya relatif pendek yaitu antara tiga sampai empat bulan. Setelah panen besar hal tersebut seringkali menyebabkan primordial bunga yang muncul hanya sedikit bahkan tidak ada sama sekali. Oleh karena itu pemilihan varietas tanaman yang memiliki daya regenerasi yang cepat perlu diupayakan karena tipe tanaman yang demikian hasil panennya kurang berfluktuasi.

c. Faktor fisiologis

Seperti telah dikatakan di atas bahwa tanaman cengkeh bersifat berbunga terminal. Keluarnya primordial bunga pada ranting terminal ini selain dipengaruhi oleh faktor dari luar juga dipengaruhi oleh faktor dari dalam tanaman. Salah satu faktor dari dalam tanaman adalah kondisi fisiologis yang mencakup status senyawa-senyawa yang dapat mempengaruhi terbentuknya primordial bunga seperti kandungan karbohidrat, asimilatat, hara mineral dan fitohormon.

Pada masa pembungaan yang lebat sebagian besar asimilatat dan unsur hara akar ditranslokasikan untuk pengembangan struktur reproduktif sehingga pembentukan tunas vegetatif yang akan datang mendukung struktur reproduktif

pada tahun berikutnya akan berkurang. Keadaan ini semakin menjadi buruk bila kesuburan fisik dan kimia tanah menurun.

Upaya menyeimbangkan pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan produktif dapat dilakukan dengan beberapa cara. Perompesan sebagian kuncup bunga merupakan salah satu cara untuk mengurangi terkurasnya karbohidrat cadangan. Cara ini mampu menstimulir timbulnya ranting-ranting vegetatif baru satu bulan sebelum bunga dipanen. Cara lain untuk mendorong pertumbuhan vegetatif dan reproduktif adalah dengan pemupukan. Tanaman yang dipupuk mempunyai fluktuasi yang lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang tidak dipupuk. Selain itu senyawa kimia seperti kalium nitrat memiliki potensi untuk merangsang pembungaan pada tanaman cengkeh. Pemberian zat perangsang diberikan setelah panen besar.

d. Faktor budidaya

Dari aspek budidaya yang paling berpengaruh terhadap terjadinya fluktuasi hasil pada tanaman cengkeh antara lain penggunaan bahan tanaman yang kurang unggul, pemeliharaan dan cara panen. Untuk tanaman yang cukup tinggi sebaiknya panen dilakukan dengan menggunakan tangga dan hindari memanjat pohon karena percabangan cengkeh yang mudah patah. Sedangkan cara pemetikan bunga yang baik adalah daun tidak ikut dipetik, yaitu dengan cara menjepit pangkal gagang dengan tangan kiri, kemudian tangan kanan memetik bunga. Dengan cara ini pada ruas yang daunnya tidak ikut dipetik akan tumbuh tunas baru sebagai cabang tempat keluarnya bakal-bakal bunga pada masa pembungaan selanjutnya. Sedangkan apabila daun ikut terpetik, tunas baru

tersebut lebih lama keluarnya sehingga calon bunga biasanya akan muncul dua sampai tiga tahun kemudian.

Dokumen terkait