• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KEGIATAN LEMBAGA FARMASI TNI AU

4.2 Bagian Gudang Pusat Farmasi

4.3.2 Produksi Obat

Produksi di Lafiau dilakukan berdasarkan adanya Surat Perintah Produksi (SPP) yang dilakukan oleh Kadiskesau kepada Kalafiau kemudian Kalafiau mengeluarkan SP3 kepada Kabagprod dan pelaksanaannya dilakukan oleh Kaunit (Kepala Unit) berdasarkan Surat Perintah Kerja.

1. Unit Produksi Tablet

Unit produksi tablet bertanggung jawab dalam memproduksi tablet dan kaplet baik antibiotik maupun non antibiotik. Kegiatan produksi tablet yang dilakukan dimulai dengan penimbangan bahan baku yang dinyatakan telah memenuhi syarat oleh unit uji coba.

Bahan baku tersebut meliputi : bahan aktif, fase dalam dan fase luar, selanjutnya dilakukan pencampuran bahan aktif dan fase dalam. Sebelum digranulasi, diperiksa dulu oleh unit uji coba untuk mengetahui apakah pencampuran sudah homogen. Granul yang diperoleh dari proses granulasi basah dikeringkan, dilakukan pengujian kadar air oleh unit uji coba. Granul yang lulus pemeriksaan dicampur dengan fase luar dan dicetak menjadi tablet dan mengalami proses “coating” untuk tablet salut sebelum dikemas. Setelah proses pencetakan, tablet diperiksa secara fisik (bentuk, bau, warna, keseragaman bobot, ukuran, kekerasan, kerapuhan, waktu hancur, disolusi dan secara kimia.

Metode yang banyak dipakai untuk produksi tablet non beta laktam adalah granulasi basah, selain itu metode cetak langsung juga dilakukan. Untuk

Agusliawan : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt Bandung, 2009.

produksi tablet beta laktam, metode yang dipakai adalah granulasi kering dan cetak langsung.

Jika tablet yang dicetak telah memenuhi persyaratan, maka produksi tablet dapat terus berjalan dan jika tidak memenuhi persyaratan, maka produksi dihentikan. Sisa sampel di simpan untuk sampel pertinggal. Hasil pengujian selama proses dan akhir akan dibuat catatan pengujian kemudian dikirimkan ke Kabagprod (Kepala Bagian Produksi).

Produk-produk yang diproduksi oleh unit produksi tablet Lafiau antara lain Amokisilin 500 mg, Antalgin 500 mg, Antiflu, Asetilet 81 mg, Auripirin 200 mg, Baktrim AU, CTM, Deksametason 0,5mg, Dekstometorphan HBr, Energic C, INH Plus 100mg, Lactas Calcicus 500mg, Magtacida AU 400mg, Paracetamol 500 mg, Prednison, Vitamin B1, Vitamin B6, Vitamin B12, Vitamin B kompleks, Vitamin C. Alur produksi tablet dapat dilihat pada bagian lampiran.

2. Unit Produksi Kapsul

Unit produksi kapsul bertanggungjawab dalam memproduksi kapsul, tablet atau kaplet antibiotik dan non antibiotik serta sirup kering antibiotik. Kegiatan produksi kapsul dimulai dengan penimbangan bahan baku, diayak dan dicampurkan. Selanjutnya dilakukan pengisian kapsul lalu dikemas. Pada setiap tahap mulai dari tahap pencampuran sampai tahap pengemasan dilakukan pengemasan mutu oleh unit uji coba

Produk-produk kapsul yang diproduksi oleh unit produksi kapsul Lafiau antara lain Afostan 250 mg, Ampicillin 250 mg, Amoxicillin 250 mg,

Agusliawan : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt Bandung, 2009.

Aurobion, Chloramphenicol 250 mg, Tetrasiklin 250 mg. Alur produksi kapsul dapat dilihat pada bagian lampiran.

3. Unit Produksi Khusus

Unit produksi khusus Lafiau memproduksi sediaan cair baik untuk pemakaian dalam maupun pemakaian luar, sediaan semisolid (salep/krim), dan pengolahan air demineralisata.

1) Proses produksi sirup

Produksi sirup dimulai dengan penimbangan bahan baku meliputi bahan aktif, bahan pembantu dan bahan sirup simpleks. Bahan aktif dan bahan pembantu dilarutkan, sementara sirup simpleks disaring, larutan bahan aktif dan sirup simpleks dicampur, larutan hasil pencampuran diuji kadar, viskositas, pH dan berat jenisnya oleh unit uji coba. Bila kadarnya tidak sesuai maka dilakukan penambahan aktif atau dilakukan pengenceran. Jika kadarnya sudah sesuai maka dilakukan penyaringan. Larutan jernih hasil penyaringan diisi ke dalam botol yang sudah dicuci. Botol yang telah diisi larutan disortir dan diberi etiket.

2) Proses produksi salep

Proses pembuatan salep dimulai dengan penimbangan bahan aktif, basis salep dan bahan pembantu. Basis salep dan bahan pembantu dilebur dan dicampur dengan bahan aktif, hasil pencampuran diuji kadar, homogenitas dan konsistensi oleh unit uji coba. Setelah hasil pengujian dilakukan pengisian dan penutupan tube, penyortiran dan pemberian etiket.

Agusliawan : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt Bandung, 2009.

3) Proses produksi krim

Proses pembuatan krim dimulai dengan penimbangan bahan baku, basis dilebur dan dicampur dengan bahan penolong sebelum membeku dan diuji homogenitasnya selanjutnya basis dicampur dalam bahan aktif. Setelah itu dilakukan pengujian kembali yang meliputi homogenitas, kadar dan konsistensi. Setelah hasil pengujian memenuhi syarat maka dilakukan penutupan tube dan pengemasan.

4) Proses pembuatan aqua demineralisata (aqua DM)

Lafiau mendapatkan air demineralisata dengan cara memproduksi dan mengolahnya sendiri. Sumber air yang digunakan untuk membuat aqua DM berasal dari sumur artesis. Dalam mencukupi kebutuhan aqua DM untuk proses produksi dan pemeriksaan laboratorium maka dilakukan proses pengolahan air. Air artesis disaring terlebih dahulu dan dialirkan ke

”Multi Sorb” yang merupakan penyaringan zat secara mekanik termasuk

dapat menyaring besi, kemudian air dialirkan ke penukar ion positif dan penukar ion negatif. Setelah itu air dididihkan dan dapat digunakan untuk proses produksi. Reaksi yang terjadi adalah resin, sebagi contoh Mg2+ sebagai kation dan SO42- sebagai anion. Proses reaksinya adalah sebagai berikut :

Kation Mg2+ + Resin Mg-Resin + 2H+ Anion SO42- + Resin Resin-SO4 + 2OH

-Aqua DM berasal dari air bersih yang diproses lebih lanjut dengan menggunakan resin penukar ion (ion menjadi lebih sedikit). Parameter

Agusliawan : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt Bandung, 2009.

mutu air yang dapat diperiksa disini adalah kejernihan, bau, rasa, warna, pH serta kandungan ion. Air yang telah diolah harus jernih, tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna serta pH sekitar 6-7. Air yang telah diolah selanjutnya dididihkan jika langsung dipakai dalam proses produksi.

Dokumen terkait