• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PRIGI

2) Produktivitas alat penangkapan ikan

Produktivitas dapat digunakan sebagai indikator untuk menunjukkan tingkat efisiensi dari jumlah (effort) yang telah dilakukan. Wiyono (2010) menyatakan bahwa produktivitas tersebut dapat dikaji berdasarkan hasil tangkapan ikan per-satuan upaya penangkapan (catch per-unit effort, CPUE). CPUE merupakan ukuran kelimpahan relatif sebagai indikator kelimpahan sumberdaya ikan; jika tren CPUE naik menunjukkan bahwa tingkat eksploitasi sumberdaya ikan sedang berkembang, sebaliknya jika tren CPUE menurun menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan sudah mengarah kepada overfishing apabila terus dibiarkan (Badrudin 2013). CPUE dihitung dengan menggunakan rumus:

CPUE cf

Keterangan :

CPUE : catch per-unit effort (hasil tangkapan ikan per-satuan upaya penangkapan)

c : catch (hasil tangkapan) f : upaya penangkapan 3) Pengelompokkan alat tangkap

Pengelompokkan alat tangkap dianalisis menggunakan metode cluster analysis dengan pendekatan principal component analysis (PCA). Mengadopsi penelitian Leleu et al. (2014) pengelompokkan tersebut didasarkan pada kesamaan alat tangkap dan target penangkapan. Tzanatos et al. (2005) menyatakan bahwa PCA dihitung berdasarkan komposisi masing-masing alat tangkap. Hasil analisis selanjutnya digunakan untuk mengetahui kedekatan hubungan alat tangkap berdasarkan kemiripan hasil dan jumlah hasil tangkapan

16

(Wiyono 2012). Kedekatan hubungan tersebut dilihat pada dendogram hasil analisis PCA.

Standarisasi perlu dilakukan terlebih dahulu agar nilai antar kriteria tidak mempunyai deviasi yang besar. Standarisasi tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode skoring (Haluan dan Nurani 1988). Rumus untuk analisis skoring yaitu : NSij ij 0j 1j 0j Keterangan: NS : nilai skoring J : kriteria ke-j I : alternatif ke-i

Ij : kriteria ke-j pada alternatif ke-i Xij : nilai kriteria ke-j pada alternatif ke-i X0j : nilai minimum kriteria ke-j

X1j : nilai maksimum kriteria ke-j

Kriteria yang dimaksud disini adalah jenis alat tangkap sedangkan alternatif adalah jenis ikan. Nilai skoring ikan ke-i pada alat tangkap ke-j diperoleh dari jumlah hasil tangkapan ikan ke-i pada alat tangkap ke-j dikurangi jumlah hasil tangkapan minimal alat tangkap ke-j kemudin dibagi dengan jumlah hasil tangkapan maksimal alat tangkap ke-j yang telah dikurangi dengan jumlah hasil tangkapan minimal alat tangkap ke-j.

Hasil Penelitian Alat penangkapan ikan

Alat tangkap yang digunakan nelayan skala kecil di PPN Prigi antara lain : a) Pancing ulur

Pancing ulur merupakan salah satu alat tangkap terkenal yang digunakan oleh masyarakat luas terutama nelayan. Pancing tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan umumnya hanya memerlukan modal yang sedikit. Fishing ground pancing ulur berada di perairan sekitar pantai sehingga pada saat pengoperasiannya nelayan tidak menggunakan perahu khusus (Brandt 1984). Perahu yang digunakan umumnya berukuran 4-5 GT dengan panjang 13 m, lebar 2,5 m, dan kedalaman (D) 1 m. Monintja dan Martasuganda (1991) menyatakan ada beberapa keuntungan dari perikanan pancing ulur yaitu:

1. Alat penangkapan ini dapat dioperasikan di tempat yang tidak dimungkinkan pengoperasian alat penangkapan lain

2. Anak buah kapal yang melakukan operasi penangkapan bisa hanya satu orang

3. Tidak memerlukan kapal khusus.

Pancing ulur yang sering digunakan nelayan Prigi ada tiga macam, antara lain: pancing ikan layur (Gambar 9), pancing ikan tenggiri (Gambar 10), dan pancing ulur untuk ikan lainnya (Gambar 11). Pancing ulur untuk ikan layur memiliki kedalaman 100 m sebagai tali utama. Bahan penyusun pancing ini

17 dari benang monofilament. Jarak antar mata pancing sejauh 1,5 m dan setiap mata pancing tersebut dihubungkan dengan tali cabang sepanjang 1,25 m. Ukuran mata pancing yang digunakan adalah nomor 9 atau 10. Pancing ulur ikan tenggiri bahan penyusunnya adalah tembaga dengan kedalaman 90 m. Jarak antara kapal dengan mata pancing pertama adalah 12 m. Jarak antar mata pancing yaitu 5 m dan panjang kawat penghubung antara tali utama dan mata pancing adalah 6. Kawat yang digunakan adalah nomor 22 dan mata pancing yang digunakan yaitu nomor 3 atau 4. Bahan penyusun pancing ulur untuk ikan lainnya sama dengan bahan penyusun pancing untuk ikan layur. Perbedaannya dengan pancing ikan layur adalah panjangnya hanya 45 m, jarak antar mata pancing 1,4 m dan panjang tali penghubung adalah 13 cm. Mata pancing yang digunakan adalah nomor 12 atau 14. Spesifikasi lengkap masing-masing alat tangkap disajikan pada Tabel 9

Pancing ulur untuk menangkapan ikan layur biasanya dioperasikan pada malam hari, meskipun ada beberapa orang yang mengoperasikannya pada siang hari. Nelayan berangkat pukul 16.00 WIB dan pulang pukul 07.00 WIB keesokan harinya apabila pengoperasian pada malam hari, apabila pengopersian siang hari nelayan berangkat pukul 03.00 WIB dan pulang pukul 15.00 WIB.

18

Gambar 10 Konstruksi pancing ulur untuk menangkap ikan tenggiri

19 Tabel 2 Spesifikasi alat tangkap pancing ulur

Jenis alat tangkap Bagian alat tangkap Pancing ulur ikan

layur

Pancing ulur ikan tenggiri

Pancing ulur ikan lainnya Ukuran mata pancing No. 09 atau No.

10

No. 03 atau No. 04

No. 12 atau No. 14

Penggulung - Bahan plastik

bentuk bulat - Ø 20cm - Bahan plastik bentuk bulat - Ø 25cm Pipa paralon

Jenis tali PA monofilament Tembaga PA monofilament

Panjang tali ± 100m ± 90m ± 45m

Jenis umpan Ikan layur yang

dipotong-potong

kembung, betong dan ikan non ekonomis lainnya

kembung, betong dan ikan non ekonomis lainnya

Jumlah mata pancing 67 buah 15 buah 150 buah

Jenis kapal yang digunakan - Kapal kayu - 4-5 GT - P=13 m; L=2,5 m; D=1 m - Motor tempel dongfeng 24 PK - Kapal kayu - 4-5 GT - P=13 m; L=2,5 m; D=1 m - Motor tempel dongfeng 24 PK - Kapal kayu - 4-5 GT - P=13m; L=2,5 m; D=1 m - Motor tempel dongfeng 24 PK

Hasil tangkapan utama Layur Tenggiri Ikan lain

(bentong, kwee, gulamah, dll.) Waktu operasi

penangkapan

Malam Malam Malam dan siang

Daerah penangkapan Ikan Peranti anyar, klopo, sine, rejono, popoh, sadeng Peranti anyar, klopo, sine, rejono Peranti anyar, klopo, sine, rejono, popoh, sadeng

Hasil tangkapan utama pancing ulur adalah ubur-ubur yaitu sebesar 3712 ton selama tahun 2010-2014 (Gambar 12). Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 16, hasil tangkapan kedua paling banyak selain ubur-ubur yaitu ikan layur sebesar 533,44 ton. Hasil tangkapan lainnya yaitu bentong, gulamah, slengseng, kwee, tenggiri, tongkol komo, kakap merah dan pari kembang.

20

b) Jaring klitik

Jaring klitik (trammel net) atau yang biasa disebut jaring gondrong atau jaring udang merupakan jaring yang digunakan nelayan untuk menangkap udang lobster di batu karang. Konstruksi jaring klitik sangat sederhana. Alat tangkap ini berbentuk empat persegi panjang dan terdiri dari tiga lapis jaring. Dua lembar jaring dibagian luar dan 1 lembar jaring dibagian dalam (inner). Jaring bagian luar (outer) berfungsi agar ikan tertangkap secara terpuntal dan membentuk kantong jaring bagian dalam. Jaring ini dilengkapi dengan pemberat dan pelampung. Pemberatnya terbuat dari timah (timbel) yang dipasang dengan jarak 19-25 cm. Sedangkan pelampung terbuat dari gabus sandal atau Polyamide (PA) plastik ukuran 18. Bagian badan alat tangkap ini terbuat dari Polyamide (PA). Satu set jaring klitik terdiri 1-3 lembar jaring (piece). Spesifikasi lengkap disajikan pada Tabel 3 dan konstruksi jaring disajikan Gambar 13.

Alat tangkap ini dioperasikan pada sore hari sekitar pukul 16.00 WIB di sekitar batu karang. Soaking (perendaman) dilakukan selama 1x24 jam kemudian dilakuakan hauling (pengangkatan) keesokan harinya sekitar pukul 07.00–10.00 WIB. Setelah melakukan hauling dan pengambilan hasil tangkapan umumnya nelayan melakukan setting (pemasangan) kembali. Pemasangan jaring dilakukan dari sisi lambung kapal dalam keadaan kapal berjalan. Berbeda dengan hal tersebut hauling dilakukan dalam keadaan mesin kapal mati. Pembagian tugas yang dilakukan apabila jumlah ABK 2 orang yaitu, ABK 1 menarik jaring dan ABK lainnya mengambil hasil tangkapan.

Hasil tangkapan utama jaring klitik adalah lemuru yaitu sebanyak 178,96 ton selama 5 tahun terakhir (2010-2014). Hasil tangkapan lainnya adalah tembang/tanjang, kembung, betong, tembang/teri ijo, tongkol krai, layur, gulamah, swanggi, dan peperek (Gambar 14).

21 Tabel 3 Spesifikasi alat tangkap jaring klitik

Bagian alat tangkap Spesifikasi

Ukuran/piece P = 37,5 m

D = 1,5 m

Mesh size Inner= 1,5 inci

Outer= 5 inci

Pelampung -Plastik polyamid (PA) nomor 18 atau gabus sandal ukuran 5 cm

-Jarak pemasangan 40-50cm

Pemberat 10-13 gram/buah

Jumlah piece 1-3 piece

Panjang tali dari badan jaring ke kapal

12 m

Jenis kapal yang digunakan - Kapal kayu

- 4-5 GT

- P=13 m; L=2,5 m; D=1 m - Motor tempel dongfeng 24 PK

Hasil tangkapan utama Lemuru, Tembang, Kembung

Waktu operasi penangkapan Siang dan malam

Daerah penangkapan Ikan Perairan teluk

Gambar 13 Konstruksi jaring klitik (trammel net)

22

c) Jaring insang

Jaring insang (gillnet) disebut juga dengan jaring pitil oleh nelayan Prigi. Jaring ini merupakan jaring yang paling banyak digunakan oleh nelayan skala kecil di Indonesia. Namun, penggunaan jaring di Prigi lebih sedikit dibandingkan dengan penggunaan pancing ulur. Jaring ini disebut dengan jaring insang karena pada umumnya ikan akan terjerat di bagian tutup insangnya pada saat tertangkap (Shadori 1984). Alat tangkap ini berbentuk 4 persegi panjang dengan ukuran mata jaring yang sama setiap bagiannya yaitu 1,5 inci Satu set jaring pitil terdiri dari 6-8 piece jaring dengan ukuran panjang 40 m dan sedalam 3 m pada masing-masing piece. Spesifikasi jaring insang secara terperinci disajikan pada Tabel 4 dan konstruksi jaring insang disajikan pada Gambar 15.

Jaring insang dioperasikan 2 kali dalam sehari yaitu pukul 04.00–07.00 WIB dan pukul 16.00–19.00 WIB. Jaring yang dipasang pagi hari, akan diangkat pada sore harinya. Begitu juga sebaliknya, jaring yang dipasang sore hari akan diangkat pada keesokan paginya. Secara umum jaring insang dipasang melintang terhadap arah arus dengan tujuan untuk menghadang arah ikan. Harapannya ikan akan menabrak jaring dan terjerat pada bagian insangnya.

Hasil tangkapan utama jaring insang adalah cakalang yaitu sebesar 537,24 ton sejak tahun 2010-2014. Target tangkapan lainnya yaitu tuna madidihang, tingkol krai, kembung, pari kembang, tembang/tanjan, lemuru, bentong dan swanggi. Hal ini seperti yang ditunjukkan pada Gambar 16.

23 Tabel 4 Spesifiksi jaring insang

Bagian alat tangkap Spesifikasi

Ukuran/piece P = 40m

D = 3 m

Mesh size 1,5 inci

Pelampung -Terbuat dari polyamide

-Panjang = 5 cm; lebar = 3 cm

Pemberat Timah (timbel)

Jumlah piece 6-8 piece

Total panjang jaring 200-300 m Panjang tali dari badan jaring

ke kapal

100 m Jenis kapal yang digunakan -Kapal kayu

-4-5 GT

-P=13 m; L=2,5 m; D=1 m -Motor tempel dongfeng 24 PK

Hasil tangkapan utama Cakalang, Tuna madidihang, Tngkol krai Waktu operasi penangkapan Siang dan malam

Daerah penangkapan Ikan Peranti anyar dan Klopo

Gambar 15 Konstruksi jaring insang inci

24

d) Serok

Serok merupakan alat untuk menangkap ubur-ubur selain purse seine. Konstruksi serok sangat sederhana, berbentuk jaring kerucut yang diikatkan pada besi melingkar kemudian diikatkan pada sebatang bambu panjang. Diameter yang digunakan tidak memiliki patokan secara khusus. Nelayan menggunakan ukuran berdasarkan kenyamanan dan kekuatan pada saat dioperasikan. Nelayan Prigi umumnya menggukan serok dengan diameter 45 cm dengan panjang batang bambu 2 m dengan mesh size jaring 0,5 cm. Panjang batang bambu pada serok ini sedikit lebih panjang dibandingkan pada serok yang digunakan sebagai alat bantu penangkapan pada purse seine. Spesifikasi dan konstruksi alat tangkap serok secara terperinci disajikan pada Tabel 5 dan Gambar 17. Hasil tangkapan serok pada tahun 2011 sebesar 1830,04 ton dan menurun pada tahun 2012 menjadi sebesar 69,15 ton (Gambar 18).

Tabel 5 Spesifiksi jaring serok

Bagian alat tangkap Spesifikasi

Tongkat Panjang 2 m

Bahan Bambu

Rangka Ukuran Ø 12 mm

Bahan besi

Jaring Bentuk Kerucut

Ukuran Ø 45 cm

Mesh size 0,5 cm

Bahan PA monofilament

Hasil tangkapan Ubur-ubur

Daerah penangkapan Ikan

Peranti anyar dan Klopo Gambar 16 Komposisi hasil tangkapan jaring insang di PPN Prigi

25

e) Jaring larva lobster

Jaring larva lobster atau disebut juga jaring kipas merupakan jaring jenis baru. Menurut para nelayan, jaring ini diperkenalkan oleh nelayan dari daerah Nusa Tenggara dan digunakan untuk menangkap larva lobster di daerah teluk yang masih memiliki terumbu karang. Konstruksi jaring larva lobster disajikan pada Gambar 19. Jaring ini memiliki panjang 5 m dan lebar 2 m. Tali pengikat dari jaring ke kapal sepanjang 23 m. Bahan yang digunakan adalah waring berwarna hitam. Waring tersebut sering kita jumpai digunakan petani untuk menutupi tanaman cabe atau tembakau. Pada badan jaring terdapat kipas dengan diameter 15 cm yang terbuat dari sabut batang kelapa atau terbuat dari karung bekas bungkus semen (Gambar 20). Pengoperasian alat tangkap ini yaitu dengan ditebar diatas karang dan jaring diikat dengan kapal. Kapal dipasang lampu genset agar menarik larva-larva tersebut. Jaring ditebar pada malam hari kemudian diangkat keesokan harinya. Larva lobster akan bersembunyi di sela-sela kipas. Ukuran larva-larva tersebut ummnya kurang dari 1 cm akan tetapi memiliki harga jual yang sangat tinggi yaitu Rp80 000-95 000 per ekor. Larva tersebut djual kepada pengepul khusus larva lobster kemudian ada pembeli yang menampung larva-larva tersebut untuk diekspor.

Pengoperasian alat tangkap ini merusak lingkungan, terutama daerah terumbu karang. Selain itu lobster didaerah Teluk Prigi akan terancam. Pada saat penelitian ini dilaksanakan pengoperasian alat tangkap jaring kipas digeser ke selatan di daerah Desa Karanggonso. Namun beberapa bulan kemudian alat tangkap ini dilarang dioperasikan oleh pihak dinas kelautan dan perikanan.

Gambar 18 Hasil tangkapan serok di PPN Prigi Gambar 17 Konstruksi serok

26

Diversitas hasil tangkapan

Secara umum ikan yang didaratkan di PPN Prigi ada beberapa jenis. Ikan yang paling banyak didaratkan yaitu ubur-ubur (71,18%), cakalang (6,83%), layur (6,81%), lemuru (2,45%), dan betong (1,99%). Ikan-ikan tersebut dihasilkan oleh alat-alat tangkap utama jaring insang (11,04%), pancing ulur (60,21%), jaring klitik (4,42%, dan serok (24,32%) seperti yang disajikan pada Tabel 6. Ubur-ubur merupakan hasil tangkapan dominan pada tahun 2010-2014. Hasil tangkapan utama jaring insang adalah cakalang (61,32%), tuna madidihang (15,47%), tongkol krai (7,81%), tongkol komo (3,23%), dan kembung (2,87%). Hasil tangkapan utama pancing ulur adalah ubur-ubur (78,22%), layur (11,24%), bentong (2,60%), gulamah (1,52%) dan slengseng (1,41%). Adapun hasil tangkapan jaring klitik adalah lemuru (49,44%), tembang/tanjan (25,31%), kembung (10,66%), dan bentong (6,80%). Sedangkan hasil tangkapan utama serok adalah ubur-ubur (100%).

Gambar 19 Konstruksi alat tangkap jaring larva lobster

27 Tabel 6 Hasil tangkapan ikan di PPN Prigi tahun 2010-2014

Jenis Ikan Jaring

Insang Pancing Ulur Jaring Klitik Serok Jumlah (kg) Ubur-ubur (Rhopilema spp) 0 3712000 0 1899191 5611191

Cakalang (Katsuwonus pelamis) 537238 1456 0 0 538694

Layur (Trichiurus lepturus) 0 533438 3243 0 536681

Lemuru (Sardinella lemuru) 14208 0 178958 0 193166

Bentong (Selar boops) 8669 123419 24616 0 156704

Tuna Madidihang (Thunnus albacares) 135572 82 0 0 135654 Tembang/Tanjan (Sardinella brachysoma) 15096 0 91606 0 106702

Gulamah (Nibea albifora) 236 72319 2490 0 75045

Tongkol Krai (Auxis thazard) 68387 369 3351 0 72107

Kembung (Restrelliger brachysoma) 25168 7739 38592 0 71499

Slengseng (Scomber australasicus) 0 67110 95 0 67205

Kwee (Caranx sexfaciatus) 13 56309 75 0 56397

Tongkol Komo (Euthyunus affinis) 28312 18690 85 0 47087

Pari Kembang (Dasyatis spp) 15480 16480 42 0 32002

Tenggiri (Scomberomorus commerson) 369 28021 0 0 28390

Kakap Merah (Lutjanus altifrontalis) 0 17062 0 0 17062

Manyung (Netume thalasina) 0 15943 0 0 15943

Lemadang (Coryphanea hippurus) 4584 10721 265 0 15570

Swanggi (Priacanthus hamrur) 8057 5266 2049 0 15372

Cucut Lanyam (Carcharhinus spp.) 847 14468 0 0 15315

Jumlah 862236 4700892 345467 1899191 7807786

Persentase (%) 11,04 60,21 4,42 24,32 100

Kajian berdasarkan alat penangkapan ikan menunjukkan bahwa keragaman yang dimiliki alat penangkapan ikan berubah-ubah dari tahun ke tahun (Gambar 21). Tahun 2010-2012 keragaman paling tinggi adalah pancing ulur tetapi mengalami penurunan dua tahun terakhir. Keragaman paling rendah pada tahun tersebut yaitu jaring insang namun meningkat tajam pada dua tahun terakhir hingga mencapai 2,22 di tahun 2014. Alat tangkap yang memiliki keragaman paling rendah adalah serok sebesar 0,00. Hal ini karena alat tangkap serok hanya menangkap ubur-ubur, selain itu hasil tangkapan serok hanya dicatat dalam data statistik tahun 2011 dan 2012.

28

Produktivitas alat penangkapan ikan

Secara umum alat tangkap yang memiliki hasil tangkapan paling tinggi di PPN Prigi adalah pancing ulur (4.745.550 kg) kemudian diikuti oleh jaring insang (876.142 kg). Serok memiliki hasil tangkapan tinggi juga namun hanya terjadi pada tahun 2011 (Tabel 7). Alat penangkapan ikan yang banyak digunakan adalah pancing ulur (23.883 trip) dan jaring klitik (6.174 trip). Alat tangkap yang menonjol naik adalah pancing ulur pada tahun 2013 (Gambar 22). Alat tangkap yang menonjol turun adalah serok di tahun 2012. Bila dikaji berdasarkan hasil tangkapan maka hasil perhitungan Cacth Per Unit Effort (CPUE) dapat menggambarkan naik dan turunnya produktivitas hasil tangkapan secara umum. Tabel 7 Jumlah hasil tangkapan (HT) dan trip penangkapan tahun 2010-2014

Tahun 2010 2011 2012 2013 2014

API HT (kg) trip HT (kg) trip HT (kg) trip HT (kg) trip HT (kg) trip Jaring Insang/ Gill net 226089 509 253037 642 166486 503 176268 976 54262 368 Pancing Ulur/ Hand line 256845 4572 160880 3416 258051 4531 3882696 8368 187078 2996 Jaring Klitik/ Monofilament gill net 156642 1963 76772 1715 87409 1820 41172 676 0 0 Serok/ Scoop net 0 0 1830040 1192 69151 347 0 0 0 0 Jumlah 639576 7044 2320729 6965 581097 7201 4100136 10020 241340 3364

CPUE jaring insang cenderung turun dari tahun 2010 hingga 2014. Sedangkan CPUE jaring klitik relatif stabil. CPUE jaring insang paling tinggi pada tahun 2010 yaitu sebesar 444,18 kg/trip dan paling rendah tahun 2014 sebesar 147,45 kg/trip. Alat tangkap pancing ulur memiliki CPUE paling besar pada tahun 2013 yaitu sebesar 463,99 kg/trip dan paling rendah tahun 2011 yaitu 47,10 kg/trip. Jaring klitik memiliki rata-rata CPUE yang paling rendah diantara alat tangkap lain dengan nilai tertinggi 79,80 kg/trip pada tahun 2010 dan terendah 00,00 kg/trip pada tahun 2014. Nilai CPUE alat tangkap serok tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 1535,27 kg/trip.

29 Pengelompokkan antar alat tangkap

Pengelompokkan alat tangkap pada penelitian ini digunakan sebagai pendekatan untuk mengetahui kompetisi antar alat tangkap yang terjadi. Pengelompokkan tersebut didasarkan pada kesamaan jenis ikan dan jumlah alat tangkap. Komposisi dan keragaman hasil tangkapan juga berpengaruh terhadap pengelompokkan tersebut. Pengelompokkan ini berkaitan erat dengan terjadinya kompetisi antar alat tangkap dalam menangkap ikan. Apabila beberapa alat tangkap terkelompok menjadi satu, maka diduga alat tangkap tersebut memiliki kedekatan hubungan dan terjadi kompetisi.

Pola pengelompokkan yang dihasilkan dalam kajian ini dapat diketahui bahwa struktur pengelompokkan alat penangkapan ikan berubah dari tahun ketahun, tetapi alat penangkapan ikan serok selalu mempunyai kedekatan pengelompokkan dengan alat penangkapan ikan lain meskipun kedekatannnya berubah dari tahun ke tahun (Gambar 23). Sementara alat penangkapan ikan pancing ulur, jaring klitik, dan jaring insang posisinya berubah-ubah sepanjang lima tahun penelitian ini. Namun, secara umum jaring insang tidak terkelompok dengan kelompok lain selama dua tahun terakhir. Tahun 2010 serok berada satu kelompok dengan jaring klitik pada skala 1, dan pancing ulur berada pada skala 19 dengan kelompok tersebut. Tahun 2011 dan 2012 serok satu kelompok dengan jaring insang pada skala 1. Namun pada tahun 2011 alat penangkap ikan yang 1 skala dengan kelompok tersebut adalah pancing ulur pada skala 9 dan di tahun 2012 jaring klitik pada skala 13. Alat penangkapan ikan serok pada tahun 2013 berada pada satu kelompok dengan pancing ulur di skala 1 dan jaring klitik berada

30

pada skala yang sama dengan kelompok tersebut pada skala 19. Seperti pada tahun 2010, alat tangkap serok berada pada satu kelompok dengan jaring klitik di tahun 2014 dan pancing ulur berada pada skala yang sama dengan kelompok tersebut di skala 11.

Pembahasan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengelompokkan antar alat penangkapan selama lima tahun terakhir berubah-ubah sehingga diduga terjadi perubahan juga pada kompetisi antar alat tangkap. Perubahan tersebut diduga disebabkan oleh perubahan komposisi dan keragaman hasil tangkapan ikan yang di daratkan di PPN Prigi. Kompetisi alat tangkap dapat terjadi karena komposisi dan keragaman hasil tangkapan yang mirip. Jaring insang pada tahun terakhir berada pada jarak yang jauh dengan alat penangkapan ikan yang lain karena keragaman hasil tangkapan jaring insang terbesar dibandingkan dengan alat penangkapan ikan yang lain, sehingga kemungkinan kompetisi dalam menangkap ikan yang sejenis sangat kecil. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan Wiyono (2010) di Pelabuhanratu yang menyimpulkan bahwa alat tangkap jaring insang berada pada kelompok yang berbeda dengan pancing ulur. Namun hal ini berkebalikan dengan hasil penelitian Forcada et al. (2010) di Mediterranean yang menyimpulkan bahwa jaring insang dan pancing ulur berada pada kelompok yang sama yang artinya kedua alat tangkap tersebut saling berkompetisi sedangkan jaring klitik berada pada kelompok yang berbeda.

Kompetisi antar alat tangkap yang berubah-ubah diduga berdampak balik pada struktur komunitas dan dominansi suatu spesies pada suatu wilayah. Perubahan struktur komunitas dan dominansi tersebut menyebabkan komposisi dan keragaman hasil tangkapan berubah-ubah juga. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wiyono (2010) bahwa keragaman hasil tangkapan merupakan indikator dominansi spesies ikan pada suatu wilayah. Perubahan keragaman yang terjadi di PPN Prigi diduga dipicu oleh perubahan struktur hasil tangkapan pancing ulur dan jaring insang pada dua tahun terakhir. Hasil tangkapan jaring insang yang besar berpengaruh terhadap hasil tangkapan alat tangkap lain. Hal ini berpengaruh pula pada keragaman hasil tangkapan semua alat penangkapan ikan. Hasil analisis diversitas menunjukkan keragaman hasil tangkapan pancing ulur menurun dan jaring insang meningkat tajam pada dua tahun terakhir. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa keragaman hasil jaring insang lebih besar daripada keragaman alat tangkap lain. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Stergiou et al. (2002) di perairan Cyclades (Seagen sea) bahwa keragaman hasil tangkapan jaring insang (gill net) lebih besar dibandingkan dengan keragaman pancing ulur (longline). Wiyono et al. (2006) juga menyatakan bahwa alat tangkap gillnet merupakan alat tangkap yang memiliki variasi keragaman hasil

tangkapan yang besar dibandingkan dengan alat tangkap yang lain (H’ > 0,1).

Disisi lain perubahan kompetisi tersebut diduga berdampak juga pada produktivitas hasil tangkapan. Berdasarkan hasil perhitungan CPUE dapat dilihat bahwa produktivitas alat tangkap serok tidak mengalami perubahan sedangkan alat tangkap lain mengalami perubahan akibat pergesaran hasil tangkapan. Hal ini dapat disebabkan karena serok hanya menangkap ubur-ubur saja dan tidak berkompetisi dengan alat penangkapan ikan yang lain. Nilai CPUE di perairan

31 teluk Prigi dan sekitarnya yaitu 155,46 kg/trip. Tetapi nilai CPUE pancing ulur meningkat tajam pada tahun 2013, akan tetapi tahun berikutnya mengalami penurunan yang drastis. Penurunan CPUE pancing ulur pada tahun 2014 disebabkan karena jumlah hasil tangkapan ikan layur menurun. Nilai CPUE jaring insang terus mengalami penurunan dari tahun 2010 sampai dengan 2012. Penurunan CPUE menunjukkan kondisi sumberdaya ikan mengalami overfishing

secara biologi (Harjanti 2012).

Dokumen terkait