• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN

NOVIA SARI ANDRIYANI. Analisis Hasil Petikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) di PT Tambi Unit Perkebunan Bedakah, Wonosobo, Jawa Tengah. (Dibimbing oleh ADOLF PIETER LONTOH).

Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan, mulai tanggal 1 Maret hingga 3 Juli 2010 di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Tujuan umum kegiatan magang adalah memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja dalam pengelolaan perkebunan teh, mempelajari aspek manajerial dan aspek teknis, serta mempelajari teknik budidaya dan panen dalam pengelolaan perkebunan teh. Tujuan khusus dalam kegiatan magang ini adalah mempelajari aspek analisis hasil petikan tanaman teh dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan magang ini adalah: (1) praktek langsung dengan mengikuti kegiatan di lapangan; (2) mengumpulkan data primer melalui pengamatan langsung, mencari informasi serta wawancara dengan karyawan di lapangan; (3) mengumpulkan data sekunder melalui laporan tahunan, arsip kebun, RKAP serta laporan penunjang lainnya; (4) melakukan studi pustaka.

Kegiatan teknis budidaya yang diikuti penulis pada saat berstatus sebagai karyawan harian lepas, antara lain: pemeliharaan pembibitan, pemeliharaan tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan, pemetikan serta sekilas tentang pengolahan hasil tanaman teh. Kegiatan pemeliharaan antara lain: pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan, pembentukan bidang petik, pemeliharaan saluran air dan lubang tadah, penggemburan tanah serta pengendalian hama dan penyakit. Kegiatan manajerial yang diikuti penulis yaitu menjadi pendamping pembimbing pemetikan dan pemeliharaan, pendamping kepala blok serta pendamping asisten kepala bagian kebun.

Pemetikan memerlukan pengawasan yang baik dan teliti, sebab kegiatan pemetikan menentukan mutu serta produksi yang dihasilkan. Pelaksanaan pemetikan di Unit Perkebunan Bedakah mengenai gilir petiknya masih sangat bervariasi antara 12 – 17 hari, hal ini disebabkan Unit Perkebunan Bedakah

termasuk dataran tinggi (> 1 200 m dpl). Tenaga pemetik di Unit Perkebunan Bedakah masih kurang jika disesuaikan dengan kebutuhan untuk luas areal TM 304.12 ha.

Analisis hasil petikan terdiri atas analisis petik dan analisis pucuk. Faktor-faktor yang mempengaruhi analisis hasil petikan adalah gilir petik, cara pemetikan, tahun pangkas, hanca petik dan penanganan pucuk setelah pemetikan serta pengangkutan pucuk ke pabrik. Pengamatan analisis petik dilakukan di semua blok. Analisis petik yang dihasilkan oleh setiap blok di Unit Perkebunan Bedakah berkisar antara 46 % - 68 %.

Gilir petik yang semakin pendek akan menghasilkan pucuk yang semakin halus, begitu juga semakin lama umur pangkas maka pucuk pekonya semakin sedikit, namun pucuk burungnya semakin banyak. Gilir petik panjang akan menyebabkan hanca petik semakin kecil, hal ini menyebabkan pucuk di lapang menjadi lewat petik (kaboler). Penanganan pucuk setelah pemetikan dan pengangkutan pucuk ke pabrik harus lebih diperhatikan lagi supaya pucuk tidak sobek, terlipat serta rusak, sehingga hidak menyebabkan hasil dari analisis hasil petikan menjadi rendah.

Pemetikan menggunakan gunting petik bila dibandingkan dengan pemetikan secara manual tidak berbeda nyata pada hasil analisis petik untuk persentase pucuk halus, pucuk medium dan pucuk kasar. Pemetikan dengan menggunakan gunting petik memberikan pengaruh nyata yaitu persentase kerusakan pada pucuk teh lebih besar daripada pemetikan secara manual.

Pengamatan analisis pucuk dilakukan di tiga blok sebagai contoh, yaitu dari bulan Maret - Mei, hasilnya berkisar antara 47 % - 63 %. Blok yang memenuhi syarat untuk pengolahan teh hitam adalah Blok Bismo dan Argopuro dengan analisis pada bulan Mei sebesar 62.90 % dan 61.02 %.

Produktivitas tanaman teh di Unit Perkebunan Bedakah selalu meningkat dari umur setelah pangkas pertama sampai dengan umur setelah pangkas keempat. Produktivitas tertinggi dicapai pada umur setelah pangkas keempat, baik untuk jenis tanaman asal biji maupun dari klonal, yakni sebesar 2 054 kg/ha untuk tanaman asal biji dan 3 034 kg/ha untuk tanaman asal stek.

Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH PT TAMBI WONOSOBO JAWA TENGAH

Plucking result analysis of tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) at Unit Perkebunan Bedakah PT Tambi, Wonosobo, Central Java

Novia Sari1 dan A. Pieter Lontoh2

1

Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura

2

Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura Abstract

The apprentice was conducted at Bedakah Estate, PT Tambi, Wonosobo, Central Java from March until july 2010. The purpose of the apprentice is plucking result analysis of tea. The assignment composed of several work, i.e, did as field worker for two month, as assistant foreman for one month, as assistant blok leaders for two week, and and assistant estate assistant for two week. The general objective of the apprentice is to expand knowledge of apprenticeship students about the technical and managerial aspects of the tea plantations, get skills and work experience. The special aspect of the apprentice is study the factor that influence about plucking result analysis of tea. Data processing in use t-student test with standard 5 % for picking method of tea. Plucking result analysis i.e., pick analysis and leaf analysis. Factors influencing analysis excerpts are the result of shifts picking, plucking way, crop year, picking and handling hanca shoots after picking and transport to the plant shoots.Pick analysis in Bedakah already enough good and included medium plucking. Picking with pick shears real influential to persentage leaf damage more than better than manual plucking. Observation of leaf analysis was conducted three month from march until may. The result show that just Bismo and Argopuro blok that fill standard 55%. Highest productivity at Bedakah reachable at four years after pruning for klonal and seedling that is 3 034 kg/ha and 2 054 kg/ha.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman teh (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) adalah salah satu komoditi perkebunan yang memiliki arti penting dalam perekonomian Indonesia. Peran komoditas teh di Indonesia bukan hanya sebagai sumber devisa negara semata, melainkan juga sebagai penyerap banyak tenaga kerja. Produksi teh Indonesia memenuhi sekitar 5.8 % kebutuhan dunia. Indonesia menduduki posisi keenam dunia sebagai produsen teh curah setelah Vietnam, India, Cina, Srilanka dan Kenya (Asosiasi Teh Indonesia, 2010).

Penghasil teh terbesar di Indonesia adalah daerah Jawa Barat. Propinsi ini menghasilkan 70% dari total produksi teh nasional. Sumatera dan Jawa Tengah merupakan propinsi lain yang juga penghasil teh terbesar. Luas areal produktif perkebunan teh di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 133 734 ha dengan produksi 150 623 ton. Volume ekspor dan impornya pada tahun 2007 mencapai 83 658 ton dan 10 366 ton. Produktivitas teh pada tahun 2007 sebesar 1 363 kg/ha/tahun. Luas areal perkebunan teh tahun 2009 menurun menjadi 127 411 ha dengan total produksi 151 250 ton dan produktivitasnya sebesar 1 432 kg/ha/tahun (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009).

Industri teh nasional masih menghadapi banyak kendala antara lain: produktivitas kebun teh yang relatif rendah, luas areal perkebunan teh yang cenderung menurun setiap tahunnya, banyak mutu teh yang belum memenuhi standar internasional, peremajaan tanaman teh yang lambat serta mesin-mesin pengolahan yang kurang mengarah pada kebutuhan dan permintaan pasar yang berubah secara dinamis dan cepat.

Menurut Setiawati dan Nasikun (1991) upaya untuk meningkatkan kembali produktivitas teh nasional adalah dengan optimalisasi produktivitas kebun yang telah lama tidak mendapatkan perlakuan yang seharusnya atau pengelolaannya di bawah standar yang seharusnya. Pusat Penelitian Teh dan Kina (2006) menambahkan yaitu dengan memperbaiki teknologi pengelolaan kebun yang

terkendali, pengusahaan bahan tanaman yang tinggi produktivitas dan kualitas produksinya serta aplikasi teknologi yang lebih maju. Peningkatan efisiensi biaya juga perlu dilakukan, supaya tercapai kondisi kelestarian kebun menuju usaha perkebunan teh yang menguntungkan, berdampak positif terhadap lingkungan sosial dan lingkungan ekologi.

Pucuk teh merupakan bahan baku pengolahan teh yang harus diusahakan dan dijaga agar bermutu baik, sehingga diharapkan dapat menghasilkan teh yang bermutu tinggi (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Produksi pucuk yang maksimum tidak hanya ditentukan oleh kerataan bidang petik, tetapi lebih dipengaruhi oleh sistem petikannya. Faktor yang menentukan kualitas produk teh dalam sistem pemetikan adalah gilir/siklus petik dan kehalusan pucuk yang dipetik. Gilir petik semakin pendek, maka akan menghasilkan mutu produk teh yang semakin tinggi (Sukasman, 1985). Mutu pucuk sangat berpengaruh terhadap kualitas produk teh, semakin muda pucuk yang dipetik maka semakin tinggi potensi kualitas yang didapatkan (Sumantri, 1990).

Tujuan

Tujuan umum kegiatan magang adalah memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja dalam pengelolaan perkebunan teh, mempelajari aspek manajerial dan aspek teknis serta mempelajari teknik budidaya dan panen dalam pengelolaan perkebunan teh.

Tujuan khusus dalam kegiatan magang ini adalah mempelajari aspek analisis hasil petikan tanaman teh dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Dokumen terkait