• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Daerah Penelitian

C. Produktivitas tanaman kedelai

Produktivitas merupakan kemampuan untuk menghasilkan sesuatu. Berdasarkan indikator produktivitas tanaman kedelai, provitas tanaman kedelai per hektar lahan adalah 9,5 kwintal. Produktivitas tanaman kedelai dapat diketahui dengan melakukan wawancara. Wawancara dilakukan dengan 6 orang petani ketika pengambilan sampel tanah di Desa Pucung. Wawancara dilakukan dengan bapak Tarno, ibu Ngatinem, ibu Sutini, bapak Paino, bapak Pardi, dan ibu Tumiarsi. Jumlah petani yang diwawancarai adalah petani yang memiliki lahan pertanian di satu tempat yang sama dengan tempat pengambilan sampel tanah. Tanaman utama yang ditanam di lahan pertanian Desa Pucung adalah padi dan kacang. Tanaman kedelai hanya ditanam sekali setelah panen padi. Kedelai merupakan tanaman yang jarang ditanam oleh

petani. Faktor utama yang menyebabkan petani enggan menanam kedelai karena tanaman kedelai membutuhkan tindakan pasca panen sebelum hasilnya bisa dijual kepada tengkulak. Petani cenderung menanam kacang karena setelah panen, kacang bisa langsung dijual untuk mencukupi kebutuhan sehari–hari. Hasil panen tanaman kedelai tergantung dengan waktu tanam kedelai. Produktivitas tanaman kedelai di Desa Pucung tergolong rendah, dikarenakan hasil panen kedelai tidak mencapai indikator produktivitas tanaman kedelai sebesar 9,5 kwintal/ha. Tahun 2013 hasil panen kedelai di Desa Pucung sebesar 2 kwintal/ha, dikarenakan hujan tidak stabil, sehingga menyebabkan waktu panen padi mundur dan kedelai tidak mendapatkan cukup air selama masa pertumbuhan.

Pada tahun 2012, hasil panen kedelai lebih baik dari tahun 2013 yaitu sebesar 2,9 kwintal/ha, karena hujan cukup stabil sehingga waktu tanam kedelai bisa dilaksanakan tepat waktu dan kedelai mendapatkan cukup air selama masa pertumbuhan. Jumlah petani di Desa Pucung yang menanam tanaman kedelai bisa dikatakan sedikit, disebabkan karena harga benih kedelai yang mahal yakni Rp 10.000,00–Rp 13.000,00 per kilogram sedangkan harga jual hanya mencapai Rp 7.000,00-Rp 9.000,00 per kilogram. Harga benih kacang lebih mahal dari tanaman kedelai, yaitu Rp 10.000,00–Rp 15.000,00 per kilogram sedangkan harga jual mencapai Rp 6.000,00–Rp 7.000,00 per kilogram. Harga benih kacang cenderung lebih tinggi dari benih kedelai tetapi petani hanya membeli benih kacang dalam jumlah sedikit. Petani lebih suka

menanam kacang karena benih dapat disimpan dan tidak perlu membeli dalam jumlah yang banyak ketika musim penghujan tiba. Benih kedelai tidak dapat disimpan dalam waktu lama sehingga ketika musim kemarau tiba petani harus membeli benih kedelai dalam jumlah yang cukup banyak. Petani di Desa Pucung berpikir bahwa tanaman kacang lebih menguntungkan daripada kedelai.

Kedelai merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat. Hasil panen kedelai akan lebih menguntungkan petani jika kedelai diolah dengan maksimal. Tanaman kedelai bila dikembangkan dengan baik, maka hasil panen kedelai bisa untuk mencukupi kebutuhan kedelai masyarakat di Desa Pucung bahkan di seluruh Indonesia. Kedelai bisa digunakan sebagai bahan baku pembuatan tahu dan tempe yang memang menjadi lauk pokok masyarakat Desa Pucung dan sebagian besar masyarakat Indonesia. Kedelai juga bisa digunakan untuk pembuatan susu kedelai dengan kandungan kalsium yang tinggi sehingga bisa mencerdaskan masyarakat.

Badan Pengawas Pertanian Kecamatan Girisubo mentargetkan pengembangan tanaman kedelai di Kecamatan Girisubo termasuk Desa Pucung pada tahun 2016. BPP akan melakukan penyewaan lahan di beberapa desa untuk digunakan dalam pembudidayaan kedelai. Penyewaan lahan bertujuan untuk memacu kesadaran masyarakat dalam membudidayakan kedelai setiap tahun. Penyewaan lahan dilakukan selama lima tahun untuk mengetahui produktivitas tanaman kedelai di Kecamatan Girisubo. Hasil

panen kedelai yang tergolong bagus dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan masyarakat dan akan membantu peningkatan pendapatan petani.

Pengembangan tanaman kedelai akan disosialisakan kepada petani untuk memberi dorongan agar petani mulai membudidayakan kedelai. Sosialisasi pengembangan kedelai bertujuan untuk mengajarkan masyarakat dalam pengelolaan benih sehingga diharapkan petani dapat menggunakan benih hasil panen tahun sebelumnya. Adanya sosialisasi ini dapat membantu masyarakat mengurangi biaya untuk pembelian benih kedelai sehingga hasil panen kedelai bisa menguntungkan petani. Sosialisasi bertujuan untuk memberikan pengarahan pengelolaan pola tanam kedelai dengan benar sehingga bisa meningkatkan hasil panen kedelai. BPP akan mengupayakan agar hasil panen kedelai dapat ditingkatkan sehingga dapt mencukupi kebutuhan pasar. Sosialisasi ini juga memberikan pengarahan dan cara pengolahan kedelai menjadi berbagai makanan pokok juga akan menambah pendapatan masyarakat.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Hasil pengamatan lapangan dan hasil uji laboratorium sampel tanah di Desa Pucung, serta analisis kesesuaian lahan untuk budidaya tanaman kedelai maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Kelas kesesuaian lahan untuk komoditas pertanian tanaman kedelai menunjukkan bahwa lahan kering di Desa Pucung memiliki kesesuaian marginal atau kelas kesesuaian S3 dengan faktor pembatas permanen yaitu curah hujan.

2. Faktor pendorong penilaian kesesuaian lahan temperatur (23,86-26,3˚C), ketersediaan air (kelembaban 69), media perakaran (tekstur halus, bahan kasar <15%, dan kedalaman efektif tanah >75 cm), gambut <60, retensi hara (kejenuhan basa 62,24%, pH 6,3 dan C-organik 4,89), toksisitas 2,51 dS/m, sodositas 0,94%, bahaya sulfidik 90 cm, bahaya erosi (lereng <8%, tingkat kerentanan erosi sangat rendah), bahaya banjir (F0) dan penyiapan lahan (singkapan batuan <5%). Faktor pembatas pada penilaian kesesuaian lahan yaitu ketersediaan air (curah hujan 1874,87 mm/tahun), drainase tanah agak cepat, KTK Liat 0,124 cmol, dan penyiapan lahan (batuan permukaan 5-15%).

3. Produktivitas tanaman kedelai di Desa Pucung tergolong rendah, karena tiap hektar lahan hanya menghasilkan 2 kwintal kedelai atau sebesar 21% dari indikator produktivitas tanaman kedelai sebesar 9,5 kwintal/ha. B. Saran

1. Bagi Pemerintah

a. Pemerintah hendaknya memberikan subsidi benih tanaman kedelai yang memiliki kualitas baik agar dapat dikembangkan dengan maksimal di daerah lahan kering.

b. Pemerintah hendaknya membuat kebijakan membudidayakan tanaman kedelai, sehingga dapat mencukupi kebutuhan dalam negeri dan mengurangi kuantitas impor kedelai.

c. Subsidi pupuk juga hendaknya diberikan pada petani agar tanaman dapat tumbuh dengan baik.

2. Bagi Badan Pengawas Pertanian (BPP) Kecamatan Girisubo

a. Sumberdaya lahan di daerah penelitian memiliki prospek yang bagus dikembangkan untuk budidaya tanaman kedelai. Sebaiknya BPP memberikan penyuluhan kepada petani dan bekerjasama agar lahan kering dapat dimanfaatkan dengan maksimal untuk budidaya tanaman kedelai.

b. Memberikan saran atau rekomendasi mengenai pupuk dan jenis bibit unggul yang sesuai dengan karakteristik daerah penelitian.

c. Memberikan penyuluhan pada petani mengenai cara pengelolaan lahan dan perbaikan lahan.

3. Bagi Petani

a. Petani dapat memanfaatkan lahan pertanian dengan maksimal.

b. Melakukan perbaikan lahan dan pengelolaan lahan yang baik dan benar sehingga sumberdaya lahan dapat lestari dan faktor pembatas tanaman bisa diperbaiki.

DAFTAR PUSTAKA Aak. 1991. Kedelai. Yogyakarta: Kanisius.

Ance G. Kartasapoetra. 2006. Klimatologi: Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara

Anggi Linita. 2011. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Bawang Merah di Pesisir Pantai Samas Desa Srigading Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Bintarto dan Surastopo Hadisumarno. 1991. Metode Analisa Geografi. Jakarta: LP3ES.

Buringh P. 1993. Pengantar Pengajian Tanah–Tanah Wilayah Tropika dan Subtropika. Yogyakarta: UGM Press.

Djaenudin, dkk. 2011. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Hamzan. 2013. Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Tersedia pada

http:/geografi.hamzanwadi.ac.id/berita-52-evaluasi-lahan.html. Diakses pada tanggal 2 Januari 2014.

Henry D. Foth. 1995. Dasar–Dasar Ilmu Tanah Edisi Ketujuh. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Indari Mastuti. 2008. Menata dan Memelihara Kebun Sekolah. Jakarta: Indeks. Isa Darmawijaya. 1997. Klasifikasi Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Michael, P. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Jakarta: UI Press.

Minardi. 2009. Optimalisasi Pengelolaan Lahan Kering untuk Pengembangan Pertanian Tanaman Pangan. Pengukuhan Guru Besar Ilmu Tanah pada Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Tersedia pada http://si.uns.ac.id/profil/uploadpublikasi/pengukuhan/pengukuhan_minardi.pdf. Diakses pada tanggal, 2 Januari 2014.

Nasution. 2003. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.

Nur Aida Kesumawaty. 2009. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Produktivitas Budidaya Tanaman Padi Gogo (Oriza Sativa) di Kecamatan Playen Kabupaten GunungKidul. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Nursid Sumaatmadja. 1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Jakarta.

Nurudin. 2011. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Sawo (Acrharas Zapota L) Sebagai Pendukung Potensi Agrowisata di Desa Putat dan Desa Nglanggeran Kecamatan Patuk Kabupaten Gunungkidul. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Parlin Nainggolan. 2011. Pemasaran Pertanian. Tersedia pada http://ekonomi.kompasiana.com/marketing/2011/07/30/pengertian-pemasaran-pertanian-384915.html. Diakses tanggal, 9 januari 2014.

Saifuddin Sarief. 1985. Ilmu Tanah Pertanian. Bandung: Pustaka Buana. Santun RP. Sitorus. 1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung: Tarsito.

Soekardi Wisnubroto, dkk. 1983. Asas–Asas Meteorologi Pertanian. Jakarta Timur: Ghalia Indonesia.

Sofyan Ritung, dkk. 2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian Lahan dengan Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Barat. Balai Penelitian Tanah Dan World Agroforestry Centre. Bogor: Balai Penelitian Tanah.

Sri Setyati H. 1983. Pengantar Agronomi. Jakarta: Gramedia.

Su Ritohardoyo. 2013. Penggunaan dan Tata Guna Lahan. Yogyakarta: UGM Press. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Suharyono dan Moch. Amin. 1994. Pengantar Filsafat Geografi. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Titiek Islami dan Wani Hadi Utomo. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. Semarang: Semarang Press.

Dokumen terkait