• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.2 Profil Informan

4.2.1 Informan Pertama

Tipe Rumah “Tidak Punya Tanah tapi Punya Rumah Sendiri” Nama : Ibu Yeli

Umur : 32 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan Terakhir : SMA

Ibu Yeli adalah salah satu warga masyarakat yang tinggal di lingkungan 11 Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun. Ibu Yeli ini memiliki 4 orang anak. Ibu Yeli memiliki kriteria tempat tinggal yaitu ada yang tidak punya tanah, tetapi punya rumah sendiri. Ibu Yeli sudah tinggal selama 28 tahun di daerah ini. Dimana latarbelakang ibu ini tinggal disini dikarenakan karena sudah lahir tinggal disini. Ibu Yeli tidak mengetahui bagaimana sejarahnya tanah ini, hanya orang tuanyalah yang lebih mengetahui sejarah lengkap mengenai tanah di daerah ini. Mereka dapat tinggal disini dikarenakan orang tuanyalah yang meminta izin untuk tinggal disini kepada tuan tanah yang bernama Ibu Asia yang juga tinggal di daerah tersebut. Dia juga membayar kontribusi sebesar Rp 100.000 /tahun kepada tuan tanah tersebut yaitu kepada Ibu Asia. Jumlah kontribusi yang harus dibayar tidak semuanya sama dengan warga masyarakat lainnya, karena tergantung dengan ukuran rumahnya.

63 Ibu Yeli ini juga membayar PBB sebesar Rp 20.000/ tahun. Tanah yang ditempati oleh Ibu Yeli ini juga menjadi incaran oleh developer. Ibu Yeli ini sebelumnya sudah mengetahui bahwa tanah di daerah ini akan dibangun CBD (Central Bussiness District), tetapi belum adanya kepastian dari pihak tuan tanah dan developer. Karena developer berencana akan membangun CBD (Central Bussiness District) di tanah tersebut. Sebelumnya Ibu Yeli ini sudah pernah berjumpa dengan dengan developer tersebut. Menurut Ibu Yeli ini jika sewaktu-waktu rumah yang dia tempati akan digusur, maka yang akan dilakukannya adalah pindah dan akan mencari rumah lagi.

4.2.2 Informan Kedua

Tipe Rumah “Tidak Punya Tanah tapi Punya Rumah Sendiri” Nama : Bapak Muhardi

Umur : 67 Tahun

Pekerjaan : Pensiunan Wiraswasta Pendidikan Terakhir : SMA

Bapak Muhardi adalah salah satu warga masyarakat yang tinggal di lingkungan 11 Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun. Yang melatarbelakangi bapak ini tinggal di daerah ini adalah dikarenakan orang tuanya sudah lama tinggal disini. Dia memiliki 4 orang anak. Dia tidak mengetahui bagaimana sejarahnya tanah ini. Karena yang lebih mengetahui sejarahnya lebih lengkap adalah orang tuanya. Tanah yang ditempatinya memiliki kriteria tempat tinggal yaitu ada yang tidak punya tanah, tetapi punya rumah sendiri.

64 Kemudian dia membayar kontribusi sebesar Rp 100.000/tahun kepada Ibu Asia selaku tuan tanah. Juga membayar PBB sebesar Rp 20.000/tahun. Bapak Muhardi ini sudah pernah berjumpa dengan pihak developer, karena tanah ini sudah menjadi incaran oleh pihak developer. Karena akan dibangun pusat bisnis seperti CBD (Central Bussiness District) di tanah tersebut. Menurut Bapak Muhardi, jika sewaktu-waktu tempat tinggal mereka akan digusur, maka yang akan dia lakukan adalah pindah dan akan mencari tempat tinggal baru lagi. Cuma untuk sampai saat ini, belum adanya kepastian antara pihak developer dengan tuan tanah. Sehingga sampai sekarang ini Bapak Muhardi masih tetap tinggal di lahan tersebut.

4.2.3 Informan Ketiga

Tipe Rumah “Rumah Sendiri tapi Tanah Developer”

Nama : Ibu Eli

Usia : 47 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan Terakhir : SMP

Ibu Eli adalah salah satu warga yang tinggal di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun. Dimana tipe tanah yang ditempati oleh Ibu Eli ini adalah tipe tanah “rumah sendiri tapi tanah developer”. Yaitu maksudnya disini bahwa Ibu Eli membangun rumah miliknya sendiri tetapi membangun rumahnya di tanah developer. Jadi dapat dikatakan bahwa tanah tersebut adalah milik developer. Ibu Eli ini dengan modal nekat dan berani membangun rumahnya di tanah developer tersebut. Juga dikarenakan sewa rumah yang sudah habis, maka

65 dia pun membangun rumah tersebut. Ibu Eli ini memiliki 3 orang anak. Mereka sudah tinggal di tanah tersebut selama setahun. Dia meminta izin terlebih dahulu kepada kepling.

Kepling memberikan izin kepada Ibu Eli untuk tinggal di tanah tersebut. Lalu kepling akan memberitahukan kepada pihak developer bahwasanya tanah yang mereka miliki sudah ada yang menempatinya yaitu keluarga Ibu Eli. Mendengar hal tersebut, maka pihak developer pun segera mendatangi keluarga Ibu Eli yang telah berani membangun rumah di atas tanah milik dveloper tersebut. Akhirnya pihak developer pun mengizinkan keluarga Ibu Eli untuk tinggal di atas tanah milik developer tersebut. Tetapi dengan syarat apabila pihak developer akan menggunakan lahan tersebut, maka keluarga Ibu Eli harus meninggalkan rumah tersebut. Dulunya sejarah tanah ini dimiliki oleh tuan tanah dari keluarga Ibu Asia yang kemudian mereka jual dengan developer tersebut. Kemudian developer tersebut bermaksud akan membangun sebuah pusat bisnis kota atau yang biasa kita kenal dengan CBD (Central Business District). Tetapi kenyataannya sampai dengan saat ini kegiatan tersebut belum terlaksana.

Ibu Eli sudah pernah bertemu dengan pengacara developer yang bernama Bapak Martin secara 2 kali bertemu. Dulunya Ibu Eli juga mengetahui bahwa tanah yang mereka tempati ini adalah tanah milik developer yang sudah lama kosong tidak terpakai, maka dengan modal nekat Ibu Eli memberanikan diri untuk membangun rumah di atas tanah developer. Ibu Eli tinggal dirumah tersebut tidak adanya surat perjanjian dan tidak adanya bayaran seperti kontribusi. Hanya sebuah lisan saja yang dikatakan oleh pihak developer kepada Ibu Eli tersebut. Seperti mengatakan jika suatu saat pihak developer akan menggunakan tanah tersebut,

66 maka Ibu Eli dan keluarganya harus pindah dari rumah tersebut dan tidak adanya ganti rugi yang akan diberikan oleh pihak developer. Oleh karena hal tersebut, maka yang akan dilakukan Ibu Eli beserta keluarganya yaitu dengan cara pindah dan akan mencari rumah sewa lagi.

4.2.4 Informan Keempat

Tipe Rumah “Rumah Sendiri tapi Tanah Developer” Nama : Ibu Cintawati

Usia : 39 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan Terakhir : SMK

Ibu Cintawati ini adalah salah satu warga masyarakat yang tinggal di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun. Dimana dia memiliki 2 orang anak. Ibu Cintawati ini memiliki tipe rumah sendiri tapi tanah developer. Maka maksudnya disini bahwa Ibu Cintawati ini membangun rumah miliknya sendiri, tetapi dia membangun rumahnya di tanah milik developer. Dia sudah tinggal di rumah tersebut selama 2 tahun. Dia telah mendapatkan izin untuk tinggal di tanah tersebut oleh kepala lingkungan atau yang sering kita sebut dengan kepling. Tetapi sebelumnya, Ibu Cintawati sudah mengetahui bahwa tanah yang dia tempati adalah tanah milik developer. Tetapi dia tetap saja nekat untuk membangun rumahnya di atas tanah tersebut.

Menurut Ibu Cintawati, sejarah tanah tersebut adalah awalnya tanah yang dimiliki oleh seorang tuan tanah yang bernama Ibu Asia. Yang mana keluarga Ibu Asia pada zaman dahulu merupakan kerabat dekat dari keluarga Kesultanan Deli.

67 Sehingga keluarga Kesultanan Deli memberikan tanah tersebut kepada keluarga Ibu Asia. Setelah itu, pihak developer membeli tanah tersebut.

Begitu saja yang Ibu Cintawati tahu mengenai sejarahnya tanah yang dia tempati sekarang ini. Yang menjadi latar belakang Ibu Cintawati untuk tinggal di tanah tersebut adalah dikarenakan terdesaknya karena sewa rumah. Karena sewa rumahnya sudah habis, dan dilihatnya ada tanah kosong yang telah lama tidak berpenghuni, maka dia nekat untuk membangun rumahnya di atas tanah developer tersebut. Sebelumnya juga dia telah mengetahui bahwasanya tanah tersebut sudah lama kosong dan tidak ada yang menggunakan tanah tersebut selama 8 tahun. Sehingga dia pun nekat membangun rumahnya disitu. Sebelumnya dia belum pernah bertemu dengan developer tersebut. Tetapi setelah dia berani membangun rumahnya di atas tanah developer tersebut, maka dia sudah 2 kali bertemu dengan developer tersebut.

Ibu Cintawati tinggal di tanah tersebut tanpa adanya surat perjanjian atau apapun yang menyangkut dengan tanah tersebut. Tetapi pihak developer hanya memberikan syarat secara lisan saja, dan tidak menggunakan secara tertulis. Ibu Cintawati mendapatkan izin untuk tinggal di atas tanah milik developer tersebut dengan syarat yang apabila suatu waktu pihak developer tersebut akan menggunakan tanah tersebut, maka keluarga Ibu Cintawati harus meninggalkan rumah tersebut dan pihak developer tidak akan memberikan ganti rugi kepada Keluarga Ibu Cintawati tersebut. Karena berdasarkan isu-isu yang di dengarnya dari warga masyarakat lainnya yang juga tinggal di sekitarnya tersebut, bahwa tanah yang dia tempati akan dibangun sebuah pusat bisnis kota atau yang biasa kita kenal dengan pembangunan CBD (Central Business District). Tetapi sampai

68 sekarang ini kegiatan tersebut belum ada kepastian yang diberikan oleh pihak developer tersebut. Sehingga sampai saat ini keluarga Ibu Cintawati dan warga masyarakat lainnya yang tinggal di atas tanah developer tersebut masih saja menempati rumahnya di atas tanah milik developer tersebut. Jika suatu saat nanti keluarga Ibu Cintawati disuruh pihak developer untuk meninggalkan tanah tersebut, maka keluarga Ibu Cintawati akan meninggalkannya dan berusaha mencari rumah sewa lagi.

4.2.5 Informan Kelima

Tipe Rumah “Rumah Sendiri tapi Tanah Developer” Nama : Ibu Normayani

Usia : 36 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan Terakhir : SMP

Ibu Normayani adalah salah satu warga yang tinggal di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun. Dia memiliki 2 orang anak. Dia memiliki tipe rumah milik sendiri tetapi tanah developer. Maka maksudnya disini dapat kita jelaskan bahwa Ibu Normayani membangun rumah miliknya sendiri, tetapi membangun rumah tersebut di atas tanah milik developer. Dia sudah setahun lebih tinggal di rumahnya tersebut. Yang menjadi latar belakang mengapa Ibu Normayani tinggal di tanah terebut yaitu dikarenakan bahwa dari lahir dia sudah berada di rumah tersebut. Menurutnya, dia tidak mengetahui bagaimana sejarah dari tanah yang dia tempati pada saat ini. Lalu dia mendapatkan izin untuk tinggal di tanah tersebut adalah dari developer.

69 Pihak developer tersebut memberikan perjanjian secara lisan yang mengatakan bahwa pada pada suatu waktu jika dveloper tersebut akan menggunakan tanah tersebut, maka keluarga Ibu Normayani harus pindah dari rumah ini, dan pihak developer tidak akan memberikan ganti rugi kepada keluarga Ibu Normayani. Ibu Normayani sudah sekali bertemu dengan pihak developer tersebut. Menurutnya, dia tidak mengetahui bahwa akan dibangunnya pusat bisnis kota atau yang biasa kita kenal dengan CBD (Central Business District) tersebut. Kemudian tidak adanya biaya kontribusi yang harus dibayarnya dan begitu juga tidak adanya pembayaran PBB yang dikenakan kepadanya. Jika suatu waktu nanti hal tersebut akan terjadi kepada keluarganya, maka yang dia lakukan sekeluarga adalah akan pergi meninggalkan tanah tersebut dan akan mencari rumah sewa yang bisa ditempatinya sekeluarga.

4.2.6 Informan Keenam

Tipe Rumah “Rumah Sendiri tapi Tanah Developer”

Nama : Ibu Emi

Usia : 39 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan Terakhir : SMP

Ibu Emi adalah salah satu wraga masyarakat yang tinggal di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun. Dia memiliki 3 orang anak. Tipe rumah yang ditempati Ibu Emi ini adalah tipe rumah milik sendiri tetapi tanah developer. Maka maksudnya disini bahwa Ibu Emi membangun rumah miliknya sendiri di atas tanah milik developer. Dia membangun rumahnya dengan alasan dikarenakan

70 di daerah tersebut sangat enak untuk mencari makan dan karena dia juga sudah lamalahir dan tinggal di rumah tersebut. Dia tinggal di rumah tersebut sudah selama 6 tahun lamanya. Sebelumnya dia juga sudah mendengar dari warga masyarakat lainnya, jika tanah ini akan dibangun pusat bisnis kota. Tetapi sampai sekarang masih belum ada kepastiannya dari pihak developer tersebut. Tidak adanya biaya kontribusi yang dikeluarkan oleh Ibu Emi ini. Tidak adanya pembayaran PBB yang dilakukan oleh Ibu Emi ini.

Menurutnya, sejarah tanah yang dia tempati pada sekarang ini adalah tanah yang masing-masing dijual orang kepada pihak developer. Dia sebenarnya kurang mengetahui bagaimana sejarah awal dari tanah tersebut, menurutnya suaminyalah yang lebih mengetahui bagaimana sejarah yang terjadi pada tanah ini. Dia mendapatkan izin untuk tinggal di tanah tersebut dari pihak kepling dan pihak developer. Menurutnya adanya perjanjian secara lisan antara keluarganya dengan pihak developer tersebut. Ibu Emi ini juga belum pernah bertemu dengan developer tersebut, tetapi suaminya yang sudah pernah bertemu dengan developer tersebut. Sama dengan warga masyarakat lainnya yang tinggal di atas tanah milik developer tersebut, bahwa jika seandainya tanah tersebut akan digunakan oleh pihak developer tersebut, maka keluarga Ibu Emi harus meninggalkan rumah tersebut dan tidak akan mendapatkan ganti rugi dari pihak developer tersebut. Oleh karena itu, jika hal tersebut akan terjadi kepada keluarganya, maka dia akan berusaha untuk mempertahankan dan jika hal tersebut tidak bisa maka dia akan pindah dan mencari rumah lagi.

71 4.2.7 Informan Ketujuh

Tipe Rumah : “Rumah Sewa”

Nama : Ermawati

Usia : 51 Tahun

Pekerjaan : Jualan Sarapan Pendidikan Terakhir : SD

Ibu Ermawati ini adalah salah satu warga masyarakat yang tinggal di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun. Dia memiliki 6 orang anak. Dia memiliki tipe rumah sewa. Maksudnya adalah Ibu Ermawati ini menyewa rumah dari seorang tuan tanah yang menjadi pemilik dari rumah tersebut. Dia sudah 5 tahun lamanya tinggal di rumah sewa tersebut. Yang menjadi latar belakangnya dia menyewa rumah tersebut dikarenakan bahwa di daerah tersebut sangat enak dan mudah dalam bertetangga. Makanya dia memilih tinggal di daerah tersebut. Dia mengetahui adanya rumah sewa disitu dari saudaranya, tetangga serta adiknya yang juga tinggal di daerah tersebut. Sehingga dapat memudahkannya dalam mencari rumah sewa untuk ditempatinya.

Ibu Ermawati harus membayar kontribusi seperti pembayaran uang lampu, listrik, serta air kepada Ibu Ruqiyah, yang merupakan Ibu dari Buk Ana yang dikatakan sebagai tuan tanah atau pemilik rumah sewa tersebut. Harga biaya sewa rumah tersebut adalah sebesar Rp 2.500.000/tahunnya. Biasanya menggunakan kuitansi setelah pembayaran tersebut. Jumlah uang sewa rumah pada setiap rumah sewa pada masyarakat lainnya tidaklah sama. Jumlah biaya sewa rumahnya berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat dari bangunan rumahnya. Ibu Ermawati ini

72 tidak membayar PBB. Hal ini dikarenakan tuan tanah atau pemilik rumah sewa sendiri yang membayar PBBnya.

4.2.8 Informan Kedelapan

Tuan Tanah (Pemilik Rumah Sewa)

Nama : Ibu Endang Susanti

Usia : 45 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan Terakhir : SMK

Ibu Endang Susanti adalah salah satu warga masyarakat yang tinggal di Lingkungan XI di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun. Yang menjadi latar belakang mereka tinggal di daerah tersebut dikarenakan mereka tidak memiliki pilihan dan tidak memiliki rumah. Tetapi dikarenakan nenek dari Ibu Endang ini memiliki rumah, jadi mereka tinggal bersama dan mereka juga memiliki satu rumah sewa di dekat rumah yang mereka tempati dan mereka menyewakan rumah tersebut kepada Ibu Ermawati. Ibu Endang ini memiliki 2 orang anak. Rumah yang mereka tempati sekarang ini adalah rumah milik sendiri.

Dia sudah tinggal disitu selama 45 tahun. Ibu Endang ini tidak membayar PBB melainkan neneknyalah yang membayar PBB tersebut sebesar Rp 65.000/tahun. Kemudian bayar uang lampu tiap bulannya. Karena rumah yang mereka tempati adalah rumah milik sendiri, maka pihak-pihak seperti developer, mulai dari kepling sampai orang-orang yang bekerja kepada developer pun datang menjumpai Ibu Endang Susanti ini. Rupanya pihak developer sangat tertarik untuk membeli tanah yang ditempati oleh keluarga Ibu Endang Susanti ini.

73 Kemudian pihak developer menawarkan harga untuk membeli tanah yang ditempati Ibu Endang ini. Tetapi menurut Ibu Endang Susanti ini, pihak developer menawarkan harga yang terlalu rendah dibawah normal dalam jual beli tanah menurutnya. Menurutnya tidak adanya kejujuran pada pihak developer itu sendiri.

Hal ini dikarenakan pihak developer meminta 500 semeter. Dia sudah 5 kali bertemu dengan pihak developer tersebut. Tetapi menurut pengamatannya, pihak developer akan menjual tanah yang sudah dibelinya kepada pihak lain dengan harga yang jauh lebih mahal. Seperti dengan harga 2 juta/meter itu masih tanahnya saja, bangunan belum termasuk hitungan harga tersebut. Sehingga menurut Ibu Endang ini dapat dilihat bahwa adanya spekulan-spekulan tanah yang bermain dalam jual beli tanah tersebut. Menurut pengamatannya sendiri warga masyarakat ada yang dikarenakan keluarganya mendesak, makanya orang tersebut menjual tanahnya. Bahkan ada juga yang sampai menggadaikan tanahnya tersebut kepada pihak developer tersebut. Begitulah yang dikatakan Ibu Endang Susanti terhadap masalah tanah yang terjadi di lingkungan tersebut.

4.2.9 Informan Kesembilan

Tipe Rumah : Tidak Memiliki Tanah tetapi Punya Rumah Sendiri”

Nama : Ibu Dani

Usia : 45 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga + Jualan Sarapan Pendidikan Terakhir : SMK

Ibu Dani adalah salah satu warga masyarakat yang tinggal di Lingkungan XI di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun. Dia sudah tinggal selama

74 33 tahun di rumah tersebut. Ibu Dani ini memiliki 3 orang anak. Tipe rumah yang ditempati Ibu Dani ini adalah tipe rumah yang tidak memiliki tanah tetapi mempunyai rumah sendiri. Maksudnya disini bahwa tanah yang ditempatinya adalah bukan miliknya tetapi dia membangun rumah miliknya sendiri di tanah tersebut. Yang menjadi latar belakang Ibu Dani ini tinggal di rumah ini adalah dikarenakan dibawa oleh kedua orang tuanya dan dikarenakan tanggung jawab keluarga, serta merasa nyaman dan tempatnya sangat strategis untuk tinggal di rumah tersebut.

Mereka tinggal di rumah tersebut tanpa adanya izin tetapi rumah sewa terus dibeli tapi tetap tidak ada sewa jadi Ibu Dani tersebut melapor hal tersebut kepada kepling. Setahu Ibu Dani ini, tanah yang ada di daerah tersebut adalah tanah dari Sultan Deli yang kemudian tanah tersebut digarap sama warga. Seperti tanah yang ditempati oleh Ibu Dani ini adalah tanah yang dimiliki oleh seorang warga yang bernama Ibu Anti. Ibu Anti adalah salah satu warga yang tinggal di lingkungan tersebut, dan mamaknya adalah seorang anak dari panti asuhan. Sehingga mamak Ibu Anti tersebut dipercayakan untuk mengurus tanah tersebut sama pengurus panti asuhan. Dikarenakan pemikiran maju yang dimiliki mamaknya Ibu Anti tersebut, dan dia juga berdekatan dengan Sultan Deli, maka dia mengurus kepemilikan atas lahan tersebut.

Menurutnya lagi, bahwa suratnya masih atas nama Grand Sultan. Pihak developer pun mengatakan bahwa surat tersebut masih atas nama Grand Sultan, tetapi sertifikatnya hak pakai dan bukan hak milik. Maka timbulnya prona, yaitu ketika sebuah tanah tidak dikelola selama ± 25 tahun maka Ibu ini ada haknya

75 untuk mengelola lahan tersebut. jadi dikarenakan dia yang mengelola tanah tersebut, maka dialah yang direkomendasikan untuk mengelola tanah tersebut.

Begitulah menurut sejarah yang diketahui oleh Ibu Dani ini. Biaya kontribusi yang harus dibayar oleh Ibu Dani ini adalah sebesar Rp 300.000/ tahun. Tiap bulannya dia harus membayar uang lampu, sewa tanah, dan juga PBB. Biaya PBB ynag harus dibayarnya adalah sebesar Rp 42.000/tahun. Ibu Dani ini sudah pernah beberapa kali bertemu dengan pihak developer. Mereka akan bertemu jika ada masalah yang terjadi antara warga masyarakat yang tinggal di daerah tersebut dengan pihak developer mengenai masalah tanah yang ada di daerah tersebut.

4.2.10 Informan Kesepuluh Tuan Tanah (Pemilik Rumah Sewa)

Nama : Ibu Asia

Usia : 65 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan Terakhir : SMP

Ibu Asia ini adalah salah satu warga masyarakat yang tinggal di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun. Ibu Asia ini adalah salah satu tuan tanah atau pemilik rumah sewa yang ada di lingkungan rumah tersebut. Dia mendapatkan tanah tersebut dari Kesultanan Deli. Dimana dari ayahnya yang merupakan orang terdekat dengan Kesultanan Deli dan kemudian sepupunya membeli tanah tersebut yang bernama Zainal Abidin Arsyad, yang kemudian dibeli oleh pihak developer dengan harga 1 milyar rupiah. Dibayar kepada Bank Mestika. Sudah 8 tahun lamanya. Ibu Asia ini memiliki ± 50 rumah yang

76 disewakannya. Masyarakat yang menyewa rumahnya tersebut harus membayar kontribusi kepadanya 1 tahun hanya Rp 100.000.

Tetapi dengan berjalannya waktu, masyarakat yang menyewa rumahnya tersebut ada yang membayar uang sewa, tetapi ada juga yang tidak membayar uang sewa. Tetapi Ibu Asia ini hanya mendiamkan saja masyarakat yang tidak membayar uang sewanya tiap tahun. Dia tidak begitu tahu lebih jelas mengenai tanah yang dibeli oleh developer tersebut. Dikarenakan saudaranya yang lain yang lebih mengerti dan memahami masalah yang terjadi mengenai tanah tersebut. Tetapi tidak semuanya tanah yang dibeli developer itu adalah tanahnya, tetapi tanah milik masyarakat lainnya yang dibeli oleh pihak developer.

Dokumen terkait