• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

A. Profil Pasien Kanker Paru-paru

b. Bagaimana profil pengobatan pada pasien kanker paru-paru yang mengalami kelainan hematologi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008 yang meliputi kelas terapi, golongan dan jenis obat?

c. Apakah ada DRPs yang meliputi :

(1). Penggunaan obat tidak perlu (unnecessary drug)

(2). Butuh tambahan obat (need for additional drug)

(3). Penggunaan obat tidak tepat/salah (wrong drug)

(4). Dosis terlalu tinggi (dosage too high)

(5). Dosis terlalu rendah (dosage too low)

(6). Interaksi antar obat (adverse drug reaction)

d. Bagaimana dampak pasien kanker paru-paru yang dirawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008 setelah menjalani perawatan?

2. Keaslian Karya

Penelitian ini merupakan penelitian hasil karya penulis sendiri dan bukan hasil plagiat dari penelitian orang lain. Sejauh ini penelitian mengenai evaluasi penatalaksanaan kelainan hematologi pada pasien kanker paru-paru belum pernah diteliti. Penelitian serupa mengenai kelainan hematologi pernah dilakukan oleh Antyaning (2007) dan Winarti (2005). Penelitian yang dilakukan Antyaning adalah Evaluasi Penatalaksanaan Kelainan Hematologi Pasca Kemoterapi Pada Pasien Kanker Payudara di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta Tahun 2005 sedangkan penelitian yang dilakukan Winarti adalah Evaluasi Penatalaksanaan Netropenia dan Anemia Pada Kasus Kanker Leher Rahim di Rumah Sakit Panti

Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2004. Perbedaan dengan kedua penelitian sebelumnya terletak pada jenis kanker yang diteliti dan tahun penelitian.

3. Manfaat Penelitian a. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pendukung dalam proses terapi pada pasien kanker paru-paru di RSUP Dr. Sardjito sehingga mutu pelayanan yang diberikan akan semakin meningkat.

b. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi khususnya kerasionalan penatalaksanaan kelainan hematologi dalam proses terapi pada pasien kanker paru-paru.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penatalaksanaan kasus kelainan hematologi pada kemoterapi kanker paru-paru yang dirawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2008.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui profil pasien kanker paru-paru yang mengalami kelainan hematologi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008 yang meliputi umur, stadium, penyakit penyerta, dan riwayat merokok.

b. Mengetahui profil pengobatan pada pasien kanker paru-paru yang mengalami kelainan hematologi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008 yang meliputi kelas terapi, golongan dan jenis obat.

c. Mengetahui adanya DRPs yang meliputi :

(1). Penggunaan obat tidak perlu (unnecessary drug)

(2). Butuh tambahan obat (need for additional drug)

(3). Penggunaan obat tidak tepat/salah (wrong drug)

(4). Dosis terlalu tinggi (dosage too high)

(5). Dosis terlalu rendah (dosage too low)

(6). Interaksi antar obat (adverse drug reaction)

d. Mengetahui dampak pasien kanker paru-paru yang dirawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008 setelah menjalani perawatan.

A. Kanker Paru-paru 1. Anatomi dan Fisiologi Paru-paru

Gambar 1. Paru-paru (Anonim, 2007)

Paru-paru adalah organ tubuh yang berperan dalam sistem pernapasan (respirasi) yaitu proses pengambilan oksigen (O2) dari udara bebas saat menarik napas, melalui saluran napas (bronkus) dan sampai di dinding alveoli (kantong udara) O2 akan ditranfer ke pembuluh darah yang di dalamnya mengalir antara lain sel sel darah merah untuk dibawa ke sel-sel sel di berbagai organ tubuh lain sebagai energi dalam proses metabolisme. Pada tahap berikutnya setelah metabolisme maka sisa-sisa metabolisme itu terutama karbondioksida (CO2) akan

dibawa darah untuk dibuang kembali ke udara bebas melalui paru-paru pada saat membuang napas (Syahruddin, 2006).

2. Definisi kanker paru-paru

Dalam keadaan normal sel akan tumbuh sesuai kebutuhan tubuh dengan melalui tahapan tahapan dalam prosesnya. Mekanisme itu penting sebagai pengganti sel-sel tubuh yang rusak dan perlu peremajaan. Pertumbuhan sel yang berjalan dalam beberapa tahapan dan dikontrol oleh gen (pembawa informasi) yang sebagian bertindak sebagai pemicu, penghambat pertumbuhan dan gen pengkontrol proses lain dalam sel agar berjalan baik. Gangguan pada gen atau proses pertumbuhan itu dapat menyebabkan sel tumbuh tidak terkendali. Pada beberapa kondisi tidak semua gangguan itu berkembang cepat namun dapat berhenti sebelum berubah menjadi ganas itulah yang dikenal dengan tumor jinak. Jika gangguan itu lebih berat dan gangguan pertumbuhan berlangsung terus dan menyebar ke tempat lain (metastasis) disebut dengan tumor ganas atau kanker (Syahruddin, 2006).

Kanker paru-paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru-paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer) dan metastasis tumor di paru. Metastasis tumor di paru-paru adalah tumor yang tumbuh sebagai akibat penyebaran (metastasis) dari tumor primer organ lain. Definisi khusus untuk kanker paru-paru primer yakni tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus (Syahruddin, 2006).

3. Epidemiologi

Kanker paru-paru merupakan penyebab paling banyak untuk kematian-kematian yang disebabkan kanker pada pria dan wanita di seluruh dunia. The American Cancer Society memperkirakan bahwa 213.380 kasus-kasus baru kanker paru-paru di Amerika akan didiagnosis dan 160.390 kematian-kematian yang disebabkan kanker paru akan terjadi pada tahun 2007. Kanker paru-paru sebagian besar adalah suatu penyakit dari orang tua, hampir 70% dari orang-orang yang terdiagnosis dengan kondisi ini adalah berumur di atas 65 tahun, dimana kurang dari 3% kasus-kasus terjadi pada orang-orang di bawah umur 45 tahun (Anonim, 2008a).

4. Etiologi

Paparan atau inhalasi yang berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama di samping adanya faktor lain sepeti kekebalan tubuh, genetik. Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah rokok yang dihisap per hari dengan tingginya insiden kanker paru-paru, 1 dari 9 perokok berat akan menderita kanker paru-paru. Anak-anak yang terpapar asap rokok selama 25 tahun pada usia dewasa akan terkena resiko kanker paru-paru dua kali lipat dibandingkan dengan yang tidak terpapar dan perempuan yang hidup dengan pasangan perokok akan terkena resiko kanker paru-paru 2-3 kali lipat. Diperkirakan 25% kanker paru-paru dari bukan perokok adalah berasal dari perokok pasif (Sudoyo, 2006).

Merokok menyebabkan sampai 40 kali lipat peningkatan untuk mengalami resiko karsinoma paru bronkogenik dibandingkan dengan bukan perokok yang

memiliki resiko seumur hidup kurang dari 1%. Resiko terkait pajanan diukur dalam bungkus-tahun. Berhenti merokok akan menurunkan resiko tersebut seiring berjalannya waktu, bekas perokok memiliki resiko dua kali lipat menderita kanker paru-paru daripada mereka yang tidak pernah merokok (Jeremy, 2002).

Kanker paru-paru disebabkan oleh paparan zat-zat karsinogen melalui rokok. Kecepatan kematian akibat kanker paru-paru berhubungan dengan jumlah rokok yang dihisap, resiko akan meningkat 60-70 kali lipat pada orang laki-laki dewasa yang merokok 2 bungkus per hari selama 20 tahun dibandingkan dengan orang yang tidak merokok (Minna, 2001).

5. Tanda dan gejala

Gejala dari kanker paru-paru bervariasi tergantung dari banyak faktor termasuk tipe dari sel kanker tersebut. Penyebaran yang langsung dari tumor menuju jaringan yang ada didekatnya dan metastasis yang tidak langsung melalui darah, sekresi hormon dan agen lain dari tumor (Harman, 2002). Gejala kanker paru-paru tergantung kepada jenis, lokasi dan cara penyebarannya. Gejala kanker paru-paru yaitu batuk dengan atau tanpa dahak, sesak nafas, nafas pendek, suara serak, nyeri pada bagian dada, suara serak dan timbul bunyi saat bernafas (Syahruddin, 2006).

6. Klasifikasi dan stadium

Penentuan stadium merupakan penilaian luasnya tumor, dan sebagian besar menentukan pemilihan pengobatan dan prognosis. Sistem penentuan stadium yang berbeda digunakan untuk kanker Small Cell dan Non Small Cell.

luas. Penentuan stadium kanker Non Small Cell didasarkan pada sistem klasifikasi tumor (T), nodus (N), dan metastatis (M).

Tabel I. Klasifikasi Stadium Kanker Paru-paru

Stadium TNM IA IB IIA IIB IIIA IIIB IV T1 N0 M0 T2 N0 M0 T1 N1 M0 T2 N1 M0 T3 N0 M0 T1-2-3 N2 M0 T4 N0-1-2-3 M0 T1-2-3-4 N3 M0 Any T any N M1 T : Tumor Primer

T0 Tidak ada bukti tumor primer

Tx 1). Tumor terbukti ganas didapat dari sekret bronkopulmoner, tapi tidak terlihat secara bronkoskopis dan radiologis. 2). Tumor tidak bisa dinilai pada staging retreatment

Tis carcinoma in situ (pre invasive carcinoma), kanker hanya ada di daerah dimana tumor mulai dan belum menyebar ke jaringan

T1 tumor, diameter <3cm

T2 tumor, diameter >3cm atau terdapat ateleksitas pada distal hilus

T3 tumor ukuran apapun meluas ke pleura, dinding dada, diafragma, perikardium, < 2 cm dari carina, terdapat atelektasis total

T4 tumor ukuran apapun invasi ke mediastinum atau terdapat efusi pleura malignan

N : Kelenjar getah bening regional (KGB) Daerah NX kelenjar getah bening tidak dapat dinilai

N0 tidak ada kelenjar getah bening (KGB) yang terlibat N1 metastatis KGB bronkopulmoner atau ipsilateral hilus N2 metastatis KGB mediastinal atas sub carina

N3 metastatis KGB mediastinal kontra lateral atau hilus atau KGB skaleneus atau supraklavikular

M : Metastasis

MX Kanker menyebar tidak dapat dinilai M0 tidak ada metastatis jinak

7. Diagnosis

Anamnesis yang lengkap dan pemeriksaan fisik yang lengkap merupakan kunci dari diagnosis yang tepat. Beberapa faktor perlu diperhatikan pada pasien yang diduga mengidap kanker paru-paru yaitu faktor umur, kebiasaan merokok, terpapar zat karsinogen, dan adanya riwayat kanker dalam keluarga (Sudoyo, 2006).

Suatu tanda dan gejala pada kanker paru-paru dapat ditegakkan dengan test diagnostic yang sesuai. Test diagnostik tersebut antara lain Sinar X pada rongga dada, CT scan dan Positron Emission Tomography (PET). Sinar X pada rongga dada merupakan metode utama dalam mendeteksi kanker paru-paru dan juga digunakan untuk mengukur ukuran tumor, pembesaran kelenjar getah bening dan membantu mendeteksi adanya penyebaran tumor (Dipiro, 2005).

8. Prognosis

Pada small cell lung cancer (SCLC) dengan adanya perubahan terapi 15 tahun kebelakang ini, kemungkinan hidup rata-rata meningkat dari < 3 bulan menjadi 1 tahun, 30% meninggal karena komplikasi lokal dari tumor dan 50% bermestatasis ke otak. Pada pasien non small cell lung cancer (NSCLC) dengan jenis karsinoma skuamosa kemungkinan hidup 5 tahun setelah operasi adalah 30% (Sudoyo, 2006).

B. Kemoterapi dan Efek Samping Kemoterapi

Kemoterapi adalah suatu tindakan dalam pengobatan kanker menggunakan obat-obat antikanker. Senyawa kemoterapi merupakan senyawa yang manjur, namun berpotensi memberikan efek yang merugikan. Toksisitas dan efek

sampingnya sering menimbulkan kerusakan pada pembelahan sel. Sel itu sangat mudah diserang sehingga kecepatan pembelahan selnya terganggu, sel tersebut ditemukan dalam sumsum tulang, folikel rambut, dan gastrointestinal (Berkery, 1997). Kemoterapi adalah proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang bertujuan untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel kanker. Banyak obat yang digunakan dalam kemoterapi. Kemoterapi dapat diberikan dengan cara infus, suntikan langsung (otot, bawah kulit, rongga tubuh) dan cara diminum (tablet/kapsul). Jenis dan jangka waktu kemoterapi tergantung pada jenis kanker dan obat yang digunakan.

Efek samping kemoterapi yang sering terjadi adalah gejala gastrointestinal, supresi sumsum tulang dan kerontokan rambut (Sudoyo, 2006). Efek samping dapat muncul ketika sedang dilakukan pengobatan atau beberapa waktu setelah pengobatan.

C. Anemia 1. Pengertian

Anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin, dan volume padat sel darah merah (hematokrit) per seratus millimeter darah kurang dari normal (Price, 1995). Reduksi sementara jumlah sel-sel darah merah yang bersirkulasi dan kadar hemoglobin yang disebabkan oleh destruksi sel selama kemoterapi, mengarah pada hipoksis jaringan karena kerusakan kapasitas pembawa oksigen (Price, 1995). Sel darah merah terdiri dari hemoglobin dan hematokrit. Kadar hemoglobin (Hb) normal 12-16 g/dl dan hematokrit sebesar 37%-48% untuk wanita, sedangkan untuk pria kadar

hemoglobin (Hb) normal 13-18 g/dl dan hematokrit sebesar 42%-52% (Tietze, 2004).

2. Penyebab

Anemia dapat terjadi akibat efek langsung dari kanker ataupun efek samping dari penggunaan obat-obat sitostatika. Kanker yang bermestatasis atau yang mempengaruhi sumsum tulang langsung dapat mempengaruhi sumsum tulang untuk memproduksi sel darah merah. Gejala yang terjadi pada pasien yang mengalami anemia adalah kelelahan, sakit kepala, pucat, kesulitan bernafas, denyut jantung cepat dan tidak teratur.

3. Penanganan

Jika level hemoglobin yang rendah maka dapat ditingkatkan dengan cara pemberian tranfusi darah atau dengan pemberian eritropoetin. Untuk mendukung eritropoesis maka dilakukan terapi zat besi tambahan. Pemberian tranfusi darah mampu menaikan kadar hemoglobin secara cepat (Anonim, 2006).

D. Trombositopenia 1. Pengertian

Trombositopenia merupakan kelainan hematologis yang ditandai oleh adanya penurunan jumlah trombosit dalam darah perifer. Hal ini bisa disebabkan oleh adanya kegagalan sumsum tulang dalam produksi trombosit yang memadai dan peningkatan destruksi trombosit perifer atau sekuestrasi trombosit dalam limpa. Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit seperti petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan adanya

kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme hemostatis secara normal.

2. Penyebab

Beberapa jenis kemoterapi dapat merusak sumsum tulang sehingga sumsum tulang tidak dapat memproduksi platelet. Trombositopenia yang disebakan oleh obat sitostatika biasanya hanya bersifat sementara. Obat-obat lain juga dapat menurunkan jumlah platelet. Meskipun jarang, trombositopenia dapat terjadi jika kanker lainnya seperti kanker prosat atau kanker payudara menyebar menuju ke sumsum tulang (Anonim, 2009a).

3. Penanganan

Orang yang mengalami masalah trombositopenia dapat diberikan tranfusi platelet, beberapa pasien yang menerima kemoterapi dapat diberikan obat yang disebut oprelvekin (neumega) untuk membantu mencegah trombositopenia berat (Anonim, 2009a).

E. Netropenia 1. Pengertian

Pertahanan melawan infeksi adalah peranan utama dari leukosit atau sel darah putih. Batas normal jumlah sel darah putih berkisar dari 4000 sampai 10000 per mm3. Jika jumlah sel darah putih di bawah normal, maka berpotensi terjadi netropenia karena sebagian besar isi sel darah putih adalah netrofil. Lima jenis sel darah putih yang diidentifikasi dalam darah perifer adalah netrofil, eosinifil, basofil, monosit dan limfosit. Netropenia menyatakan penurunan jumlah absolut netrofil, peranan netrofil untuk pertahanan hospes, maka jumlah netrofil yang

kurang dari 1000/mm3 mempengaruhi individu terhadap infeksi (Price,1995). Netropenia adalah kondisi dimana jumlah dari netrofil dalam aliran darah berkurang. Netrofil adalah tipe dari sel darah putih juga dikenal sebagai

polymorphonuclear leucocytes atau PMNs. Netropenia mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi-infeksi (Anonim, 2008b).

2. Penyebab

Netropenia mungkin timbul sebagai akibat dari banyak kondisi-kondisi medis:

a. Infeksi-infeksi (lebih umum infeksi virus, namun juga infeksi-infeksi bakteri atau parasit). Misalnya HIV, tuberculosis, malaria, Epstein Barr Virus (EBV).

b. Obat-obat yang merusak sumsum tulang (bone marrow) atau netrofil, termasuk kemoterapi kanker.

c. Kekurangan vitamin (anemia megaloblastik yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 dan/atau folate).

d. Penyakit-penyakit sumsum tulang seperti leukemia, myelodysplastic syndrome, aplastic anemia, myelofibrosis.

e. Terapi radiasi.

f. Penyakit-penyakit bawaan (sejak lahir) dari fungsi sumsum tulang atau dari produksi netrofil. Contohnya Kostmann syndrome.

g. Penghancuran autoimun dari netrofil (sebagai kondisi primer atau berhubungan dengan penyakit lain seperti Felty's syndrome) atau dari obat-obat yang menstimulasi sistem imun untuk menyerang sel-sel.

3. Penanganan

Penanganan untuk seseorang yang mengalami netropenia antara lain : a. Obat-obat antibiotik atau obat-obat anti jamur untuk membantu melawan

infeksi-infeksi.

b. Pemasukan dari faktor-faktor pertumbuhan sel-sel darah putih seperti

recombinant granulocyte colony-stimulating factor (G-CSF, filgrastim) pada beberapa kasus-kasus dari netropenia yang parah.

c. Transfusi granulosit.

d. Terapi kortikosteroid atau intravenous immune globulin untuk beberapa kasus-kasus dari netropenia yang ditengahi oleh imun (Anonim, 2008b).

F. Drug Related Problems (DRPs)

Permasalahan dalam farmasi klinis muncul karena pemakaian obat. DRPs adalah kejadian atau efek yang tidak diharapkan yang dialami pasien dalam proses terapi dengan obat dan secara langsung berhubungan dengan outcome pasien setelah mendapat perawatan akibat dari suatu penyakit.

Masalah-masalah yang menjadi kajian Drug Related Problems sebagai berikut:

1. Tidak perlu obat, jika pasien mengalami komplikasi akibat obat yang tidak dibutuhkan, tidak ada indikasi pada saat itu, menelan obat dengan jumlah yang toksik, pemakaian dosis ganda yang seharusnya cukup dengan terapi dosis tunggal, pasien minum obat untuk mencegah efek samping obat lain yang seharusnya dapat dihindarkan.

2. Butuh tambahan obat, jika pasien akan mendapatkan resiko yang lebih tinggi bila tidak mendapatkan terapi tambahan, meliputi kondisi medis yang membutuhkan terapi obat baru, keadaan kronis yang membutuhkan kelanjutan terapi, kondisi yang membutuhkan kombinasi obat untuk mendapatkan efek sinergis atau potensiasi, kondisi dengan resiko dan butuh obat untuk mencegahnya.

3. Obat salah, jika obat yang diberikan kurang efektif untuk indikasinya, pasien alergi terhadap obat tertentu, faktor resiko yang kontraindikasi dengan obat lain yang dibutuhkan, efektif tetapi bukan yang paling murah dan aman. Antibiotika yang resisten terhadap infeksi pasien, penyakit sukar disembuhkan dengan terapi obat baru, kombinasi yang tidak perlu.

4. Dosis obat yang berlebih, jika dosis obat yang diberikan terlalu tinggi, konsentrasi obat dalam serum terlalu tinggi, dosis terlalu cepat dinaikkan, akumulasi obat karena penyakit kronis, obat, dosis, rute, konversi formula yang tidak sesuai untuk pasien.

5. Dosis terlalu rendah, jika dosis obat yang diberikan terlalu rendah untuk memberikan respon, konsentrasi obat di bawah therapeutic range ( obat, dosis rute, atau konversi formula obat tidak cukup).

6. Efek yang tidak diiinginkan atau efek samping obat dan adanya interaksi obat,jika obat yang diberikan diberikan terlalu tinggi kecepatannya, pasien mengalami alergi, faktor resiko, adanya interaksi obat-obat atau makanan, hasil laboratorium yang berubah akibat obat.

7. Ketidaktaatan pasien, jika pasien tidak menerima obat sesuai regimen karena

medication error, tidak taat pada instruksi, harga obat terlalu mahal, tidak dapat menelan, tidak mengetahui cara pemakaian obat (Cipolle et all,2004).

G. Keterangan Empiris

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai penatalaksanaan kelainan hematologi pada kasus kanker paru-paru yang dirawat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2008 terkait dengan Drug Related Problems dan solusinya.

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian mengenai ”Evaluasi Penalaksanaan Kasus Kelainan Hematologi Pada Kemoterapi Kanker Paru-paru di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Tahun 2008

(Kajian Anemia, Trombositopenia dan Netropenia)” merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif evaluatif dan menggunakan metode retrospektif. Jenis penelitian non eksperimental karena tidak ada perlakuan yang diberikan kepada subjek uji. Rancangan deskriptif evaluatif yaitu menggambarkan data yang ada secara jelas tanpa ada analisis lebih lanjut. Evaluasi yang dilakukan adalah untuk melihat apakah terjadi anemia, trombositopenia dan netropenia pada saat kemoterapi dan bagaimana penatalaksanaannya kemudian mengidentifikasikannya ke dalam drug related problems. Penelitian ini menggunakan metode retrospektif yaitu dengan melakukan penulusuran terhadap data rekam medik pasien kanker paru-paru di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2008.

B. Definisi Operasional

1. Evaluasi DRPs adalah melihat kembali dan mengumpulkan tindakan terapi dengan obat dan menyesuaikannya dengan prosedur yang ada.

2. Kasus kelainan hematologi adalah frekuensi pasien ke rumah sakit untuk menjalani kemoterapi kanker paru-paru dan mengalami satu atau lebih kelainan hematologi (anemia, trombositopenia dan netropenia).

3. Anemia adalah kondisi dimana suplai sel darah merah tidak mencukupi yang mengakibatkan penurunan kemampuan darah dalam membawa oksigen dengan Hb < 11 g/dL.

4. Kejadian netropenia dilihat dari nilai white blood cell (WBC) kurang dari 4.103/UL.

5. Trombositopenia adalah penurunan jumlah trombosit/platelet di dalam darah yang dapat mengakibatkan pendarahan dengan nilai normal lebih dari 150.103/UL.

6. Drug Related Problems adalah suatu permasalahan yang dialami pasien mengenai obat yang diberikan saat proses terapi yang meliputi penggunaan obat tidak perlu (unnecessary drug), butuh tambahan obat (need for additional drug), penggunaan obat tidak tepat/salah (wrong drug), dosis terlalu tinggi (dosage too high), dosis terlalu rendah (dosage too low), dan interaksi antar obat (adverse drug reaction).

7. Tidak perlu obat adalah pasien mengalami komplikasi akibat obat yang tidak dibutuhkan dan tidak ada indikasi yang mengharuskan pasien mengkonsumsi suatu obat.

8. Butuh tambahan obat adalah pasien membutuhkan terapi obat baru sebagai tambahan untuk memperbaiki keadaannya.

9. Obat tidak tepat adalah pemberian obat yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasien.

10. Dosis terlalu tinggi adalah dosis obat yang diberikan kepada pasien melebihi aturan pemberian yang seharusnya.

11. Dosis terlalu rendah adalah dosis yang diberikan kepada pasien tidak mencukupi untuk memberikan efek terapi yang diharapkan.

12. Interaksi antar obat adalah adanya efek terapi yang tidak diinginkan dari terapi obat yang diketahui efek farmakologinya.

13. Data rekam medik adalah lembar catatan yang diberikan oleh dokter atau perawat yang berisi data-data pasien kanker paru-paru di RSUP Dr.Sardjito tahun 2008.

14. Jenis obat adalah obat yang diresepkan pada pasien yang disebutkan dalam nama generik atau zat aktif tunggal yang terkandung di dalamnya, kecuali dalam bentuk kombinasi disebutkan dalam nama paten.

15. Dampak pasien adalah kondisi pasien setelah menjalani perawatan di rumah sakit (belum sembuh, membaik).

C. Subyek Penelitian

Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh kasus kelainan hematologi pada kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta pada tahun 2008. Kasus kemoterapi pada kanker paru-paru sebanyak 83 kasus dan jumlah kasus kelainan hematologi yang terjadi sebanyak 26.

D. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen rekam medik pasien kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr.Sardjito pada tahun 2008. Dokumen rekam medik ini ditulis oleh dokter, perawat dan apoteker yang berisi data klinis pasien dan juga data-data laboratorium selama pasien menjalani perawatan di RSUP Dr.Sardjito.

E. Lokasi Penelitian

Tempat penelitian mengenai Evaluasi Penalaksanaan Kasus Kelainan Hematologi Pada Kemoterapi Kanker Paru-paru di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Tahun 2008 (Kajian Anemia, Trombositopenia dan Netropenia) dilakukan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Jalan Kesehatan 01 Sekip Yogyakarta 587333, khususnya di bagian Instalasi Catatan Medis.

F. Tata Cara Penelitian 1. Perencanaan

Tahap ini dimulai dengan melihat pola penyakit kanker paru-paru di RSUP Dr.Sardjito yang diperoleh dari instalasi catatan medik. Laporan tersaji dalam bentuk catatan terdistribusi pola penyakit tiap tahun. Dari penulusuran dokumen rekam medik pasien kanker paru-paru di RSUP Dr.Sardjito tahun 2008, dapat

Dokumen terkait