• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 METODE PENELITIAN Kerangka Konsep Penelitian

3. PROFIL PERUSAHAAN

Sejarah Pendirian dan Perkembangan Perusahaan

CV. Babelan Agro Sejahtera (BAS) yang berlokasi di Kampung Kedaung Desa Kedung Jaya Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi didirikan pada tahun 2003. Informasi tentang sulitnya mendapatkan ikan yang dialami petani ikan di Bekasi dipahami oleh Abdul Qodir, SP – yang kemudian menjadi Direktur CV. BAS - sebagai peluang pasar pakan ikan. Inilah yang menjadi inspirasi dirintisnya usaha pengolahan pakan ini. Motivasi lainnya, yaitu turut mengangkat potensi daerah sekaligus membantu menyediakan lapangan kerja bagi orang lain di sekitar tempat tinggalnya. Potensi bahan baku pakan ikan di daerah Bekasi dan sekitarnya cukup banyak, yaitu terdapat bahan baku pakan ikan seperti ikan kering yang tak layak konsumsi sebagai produk sampingan perikanan tangkap dan produk sampingan atau limbah agroindustri seperti dedak, bungkil kelapa, bungkil sawit, dan bahan lainnya. Hal ini sejalan dengan upaya untuk mewujudkan pakan ikan berbasis bahan baku lokal.

Ketika memulai usaha, modal awal yang digunakan sangat minim, yaitu sebesar Rp. 15 juta. Modal itu digunakan untuk membeli peralatan sederhana dan pembelian bahan baku. Mesin pembuatan pakan ikan masih menyewa. Awalnya kapasitas produksi hanya sekitar 300 kilogram per hari. Untuk memasarkan produknya, diawali dengan promosi door to door, dari petani ikan yang satu ke petani ikan lainnya.

Masa-masa sulit tersebut dilalui sekitar tiga tahun. Setelah bergerilya dari satu bank ke bank lainnya, akhirnya dana pinjaman berhasil didapat dari Bank Mandiri pada tahun 2006. Dana tersebut dipergunakan untuk membeli mesin produksi. Setelah itu kapasitas produksi usahanya meningkat tajam, sehingga sehari bisa memproduksi 600 kilogram pakan ikan. Kerjasama dengan Bank Mandiri terus berlanjut, bahkan pada pertengahan 2010, Abdul Qodir mendapat penghargaan dari Bank Mandiri sebagai wirausaha yang sukses dan dengan produk yang unik.

Mengusung merek dagang Babelan Agro Sejahtera, pakan ikan produksinya telah mendapatkan tempat di kalangan para petani. Sebagian besar produknya dipasarkan di daerah Bandung dan Cianjur, yakni petani ikan di Waduk Cirata. Sebagian kecil di Bekasi. Untuk memenangkan pesaingan, perusahaan menerapkan strategi harga dibawah rata-rata harga pasar namun dengan kualitas produk yang standar bahkan sedikit di atas rata-rata. Saat ini rata- rata produksi mencapai sekitar 600-700 kg per hari dengan omset penjualan sekitar Rp. 50 juta per bulan.

Naiknya harga pakan ikan sejak tahun 2011 sampai saat ini membuat petani ikan di Waduk Cirata mengalami kesulitan dalam membeli pakan ikan yang umumnya dipasarkan dengan harga di atas Rp. 5.600,00 per kg membuka peluang pengembangan pasar pakan ikan bagi produk CV BAS yang masih mampu menjual dengan harga di bawah Rp.4.600,00 per kg. Para petani ikan yang tergabung dalam koperasi mencoba mengajak kerjasama pemasaran pakan ikan

Modal dan Aset Perusahaan Modal Usaha

Awalnya usaha ini dilakukan dengan modal sendiri yang kecil dan didukung dana investasi dari seorang Saudara sebesar Rp. 15 juta. Dengan modal yang kecil, produksi ikan dilakukan dengan peralatan seadanya dan bahkan mesin yang digunakan masih menyewa. Pada awalnya lahan yang diatasnya didirikan bangunan sederhana untuk pembuatan pakan ikan adalah lahan milik mertua.

Selanjutnya setelah mencoba mengajukan pinjaman ke beberapa bank, CV. Babelan Agro Sejahtera berhasil mendapatkan pinjaman dari Bank Mandiri. Sampai saat ini, Bank Mandiri telah mengucurkan pinjaman sebanyak 3 (tiga) kali sebagaimana tercantum pada Tabel 12 berikut.

Tabel 12. Besar pinjaman yang diberikan Bank Mandiri kepada CV. BAS No. Tahun Besar Pinjaman (Rp)

1. 2006 30.000.000,00 2. 2008 50.000.000,00 3. 2010 60.000.000,00

Kesulitan mendapatkan pinjaman dialami CV, BAS hanya terjadi pada tahap awal. Pinjaman yang kedua dan ketiga relative mudah karena sudah ada kepercayaan. Bahkan saat ini Bank Mandiri telah menawarkan pinjaman yang keempat meskipun pinjaman yang ketiga yang didapat tahun 2010 sampai saat penelitian ini dilakukan belum lunas angsurannya.

Aset Perusahaan

Sejak akhir tahun 2011 CV. Babelan Agro Sejahtera telah memiliki lahan sendiri dengan luas 500 m2. Di atas lahan tersebut berdiri bangunan permanen untuk pabrik pakan dengan spesifikasi sebagaimana tertera pada Tabel 13 berikut.

Tabel 13. Lahan dan Bangunan Perusahaan No. Lahan dan

Bangunan Luas (m2) Harga (Rp. Juta) Tahun pembelian /pembangunan 1.  Lahan  500 50  2010 2.  Bangunan Bangunan Utama 12x8 50 2009 akhir Teras 12x2 2009 akhir Ruang Oven 4x8 21 2011 akhir

Bangunan oven 1.2x6.8 2011 akhir

Sampai dengan tahun 2009 bangunan utama didirikan di atas lahan mertua, setahun kemudian lahan tersebut dibeli, dan pada tahun 2011 akhir bangunan telah dilengkapi dengan ruang oven. Aset berupa sejumlah alat dan mesin sebagai tercantum pada Tabel 14 sebagai berikut :

Tabel 14. Mesin dan peralatan produksi pakan ikan No. Nama Mesin dan

Alat

Kapasitas Produksi

Daya (Watt)

Sumber energi Tahun pembelian

Harga (Rp juta) 1. Mesin giling 1 150 kg / jam 10000 Listrik PLN Awal 2011 6 2. Mesin giling 2 150 kg / jam 23 pk Listrik Diesel Pertengahan

2011

8 3. Mesin cetak pakan 100 kg / jam

150 kg / jam

10000 Listrik PLN Agt 2009 40 4. Alat pendingin 30 kg / 5 mnt 250 Listrik PLN 0.6 5. Oven dilengkapi dengan Blower 90 kg / 30 mnt 350 Kayu bakar Listrik PLN Akhir 2011

5. Timbangan(2 unit) 500 kg 2003 & 2011 1.6

6. Mesin jahit Listrik PLN 2010 0.75

7. Sekop

Secara bertahap, mesin dan alat produksi mengalami peningkatan, sehingga kapasitas produksi meningkat dan kualitas produk juga meningkat. Persalahan yang menonjol adalah belum adanya mesin pencampur dan sering terjadi kerusakan pada mesin cetak ikan. Pengusaha menyadari hal ini, namun upaya untuk mengatasinya, yakni pengadaan mesin pencampur dan penambahan mesin cetak pakan ikan memerlukan investasi yang besar. Hal ini sampai sekarang belum bisa di atasi. Namun tawaran pinjaman dari bank mandiri dan sumber modal sendiri telah diancangkan untuk mengatasi masalah tersebut.

Perkembangan Asset Perusahan

Sebagaimana digambarkan di atas, asset milik perusahan terus berkembang sejalan dengan perkembangan usaha dan meningkatnya kepercayaan dari Bank Mandiri. Data perkembangan asset dapat disajikan pada Tabel 15 sebagai berikut :

Tabel 15 Perkembangan aset perusahaan

Tahun Nama aset

2006 Mesin dan peralatan, bangunan non permanen 2007 Mesin dan peralatan, bangunan non permanen 2008 Mesin dan peralatan, bangunan non permanen

2009 Mesin dan peralatan, bangunan permanen seluas 120 m2

2010 Mesin dan peralatan, lahan 500 m2bangunan permanen seluas 120 m2 2011 Mesin dan peralatan, Lahan 500 m2 dan bangunan seluas 160 m2 2012 Mesin dan peralatan, Lahan 500 m2 dan bangunan seluas 160 m2

Sejak 2006, perusahaan melakukan investasi mesin dan peralatan. Fokus tersebut terus dilakukan sampai dengan tahun 2008. Sejak 2009, perusahaan mulai melakukan investasi bangunan dengan membuat bangunan pabrik yang permanen meskipun di atas lahan pinjaman. Selanjutnya pada tahun 2010 lahan yang dipinjam tersebut dibeli, bahkan termasuk lahan sekitarnya hingga lahan yang dimiliki seluas 500 m2. Terakhir pada akhir tahun 2011 yang lalu, bangunan diselesaikan, yakni bangunan atau ruangan oven seluas 32 m2, berikut membangun alat oven permanen.

Proses Produksi Bahan Baku Pakan Ikan

Komposisi bahan baku yang digunakan dalam pembuatan pakan ikan mengalami beberapa kali pergantian. Tepung ikan, dedak, dan vitamin merupakan bahan pakan yang tetapu ada, sedangkan yang lainnya mengalami pergantian. Penyebab pergantian adalah tuntutan peningkatan kualitas pakan, masalah ketersediaan pasokan, dan masalah teknik pembuatan. Bahan baku pakan ikan merupakan produk sampingan perikanan tangkap dan agroindustri yang berasal dari Bekasi dan sekitarnya. Pengadaan bahan baku dilakukan dengan cara pesan antar dan sebagian lagi membeli sendiri.

Formulasi pakan ikan yang dilakukan CV. BAS menggunakan metode diagonal (Pearson’s Square).. Data pembelian bahan baku pakan ikan berikut formulasi (komposisi) pakan ikan dapat dilihat pada Tabel 16 berikut :

Tabel 16 Pembelian bahan baku pembuatan pakan ikan dan formulasinya.

No. Nama Bahan Asal Cara pembelian Frekuensi pembelian kapasitas pembelian Harga satuan (Rp/kg) Komposisi (%)

1. Ikan kering Bekasi, Jakarta Pesan antar mingguan 1.5 -2 ton 3.500 25 2. Bungkil sawit Tangerang Beli sendiri 2 mingguan 1 ton 2.300 16 3. Bungkil kopra Tangerang Beli sendiri 2 mingguan 1 ton 2.300 16 4. Bungkil Kedelai Tangerang Beli sendiri 2 mingguan 1.5 3700 18 5. Tepung Susu Cikarang Pesan antar 2-3 mingguan 1.5 ton 4.500 5 6. Dedak Babelan Beli sendiri 3 harian 1 ton 2.100 35 7. Vitamin Pulogadung Beli sendiri 50 kg 2 mingguan 12.000 0.5 8. Minyak ikan Pulogandung Beli sendiri 50 kg 2 mingguan 7.000 0.5

Kelangsungan dan perkembangan bisnis pakan ikan sangat tergantung dari manajemen pasokan bahan baku, baik dari aspek kuantitas, kualitas, maupun kontinuitas. Bahan baku yang terdiri dari 8 bahan tersebut belum dapat dikelola dengan baik – sebagaimana terlihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Keadaan Pasokan Bahan Baku Pakan Ikan

No. Nama Bahan Keadaan Pasokan

Kuantitas Kualitas Kontinuitas

1. Ikan kering memenuhi kurang Kurang

2. Bungkil sawit memenuhi kurang Kurang

3. Bungkil kopra memenuhi kurang Kurang

4. Bungkil Kedelai memenuhi kurang Kurang

5. Tepung Susu memenuhi kurang Kurang

6. Dedak memenuhi memenuhi Memenuhi

7. Vitamin memenuhi memenuhi Memenuhi

8. Minyak ikan memenuhi memenuhi Memenuhi

Catatan :

 keadaan kurang untuk kualitas berarti kadang-kadang memenuhi dan kadang-kadang kurang memenuhi

 keadaan kurang untuk kontinuitas berarti pasokan kadang-kadang kurang dari jumlah yang dipesan.

Nampak pada Tabel 16, bahwa hanya 3 bahan baku yang benar-benar baik keadaan pasokannya, yakni dedak, vitamin, dan minyak ikan. Bahan baku

lainnya sebanyak 5 (lima), yaitu ikan kering, bungkil sawit, bungkil kopra, bungkil kedelai, dan tepung susu secara kuantitas memenuhi, namun kadang- kadang kualitasnya kurang memenuhi dan belum tentu kontinu.

Pengadaan bahan baku ikan kering belum stabil, baik dari sisi kualitas,dan kontinuitas. Kondisi ini terjadi karena ikan kering yang dijadikan bahan baku adalah ikan-ikan kecil dan cacat yang tidak layak konsumsi yang dikumpulkan dari para nelayan. Sisi lain aktivitas perikanan tangkap sangat tergantung dari musim. Hasil tangkapan nelayan yang tidak menentu berimbas pada tidak stabil jumlah ikan kecil dan cacat. Selama ini, bahan baku ini menjadi andalan CV. BAS untuk mendapatkan sumber protein pakan ikan yang memadai dengan harga murah. Upaya menambah sumber bahan baku ini telah dilakukan, namun belum sesuai kebutuhan. Upaya untuk mengatasi masalah kualitas ikan kering, yakni kadar air yang masih tinggi telah ada upaya yaitu dengan mengeringkan lagi bahan baku ikan kering, karena biasanya kadar airnya masih perlu diturunkan. Sedangkan untuk mengatasi masalah kuantitas, perusahaan mengambil langkah untuk menambah stok tepung ikan dalam jumlah yang layak yakni dengan membeli ikan kering dalam jumlah besar pada saat barang tersedia dan segera mengeringkan dan menggiling menjadi tepung ikan. Masalah kontinuitas masih menjadi masalah yang belum bisa diatasi secara optimal.

Upaya untuk mencari alternatif bahan baku pakan ikan berbasis lokal dan produk sampingan masih terus dilakukan. Saat survey ini dilakukan misalnya, CV. BAS mencoba menggunakan tepung bulu ayam sebagai substitusi tepung ikan dan sekaligus meningkatkan kandungan protein pakan ikan. Beberapa kali percobaan dengan variasi kandungan tepung bulu ayam telah dicoba, namun belum memenuhi kualifikasi teknis, yakni tepung bulu ayam belum bisa tercampur dengan baik, sehingga pelet mudah pecah.

Spesifikasi Produk

Pakan ikan yang diproduksi CV. BAS adalah jenis pakan ikan yang tenggelam. Memproduksi pakan ikan yang tenggelam memerlukan teknologi yang lebih sederhana dibandingkan pakan ikan yang terapung. Dengan demikian total investasi mesin-mesin pengolahan pakan ikan tenggelam lebih kecil dibanding total investasi mesin-mesin pengolahan pakan ikan terapung. Pakan ikan yang tenggelam ini sering dikhawatirkan petani ikan karena dianggap tidak dimakan ikan. Untuk mengatasi kekhawatiran tersebut, pemberian pakan perlu jadwal yang tepat sehingga ketika pakan ditebar ke kolam, ikan dalam keadaan membutuhkan pakan sehingga pakan tersebut tidak sempat tenggelam karena langsung dimakan ikan.

CV. BAS memproduksi pakan ikan dalam bentuk pelet dengan panjang 1 cm dan diameter 3 m dan 2.5 mm. Variasi diameter ini dapat dipenuhi dengan mengganti komponen mesin cetak ikan, yaitu berupa lempengan besi tempat keluarnya pelet. Mencetak pelet dengan diameter 2.5 mm memerlukan waktu yang lebih lama dibanding mencetak pelet dengan diameter 3 mm. Pelet dengan dua macam diameter tersebut memiliki komposisi kandungan nutrisi yang sama. Pelet produksi CV. BAS memiliki kandungan protein kasar sebesar 25 persen. Kandungan protein sesungguhnya berkisar 27-30 %, namun untuk menjaga kemungkinan penurunan kualitas selama distribusi, perusahaan menyatakan kandungan proteinnya sebesar 25 persen. Untuk keperluan budidaya ikan,

paremeter nutrisi yang paling penting dalam pakan ikan adalah protein. Dalam pemasaran pakan ikan, kandungan protein inilah yang seringkali menjadi tolok ukur kualitas pakan ikan.

Dengan komponen bahan baku dan formulasi yang dibuat, pakan ini cukup memadai untuk pemeliharaan ikan di dalam jaring apung yang meliputi ikan patin, ikan bawal dan ikan nila. Pernah ada petani ikan lele yang mencobanya, tapi kurang cocok, karena kadar proteinnya kurang sehingga lambat dalam pembesaran ikan lele. Produk dengan hanya satu macam kandungan protein seperti ini menyebabkan keterbatasan pasar. Dengan demikian, perlu melakukan strategi pengembangan produk untuk memperluas jangkauan pasar.

Tahapan Proses Produksi

Pakan ikan yang memerlukan 8 bahan baku yang diproduksi dengan tahapan proses pengolahan sebagaimana terlihat pada gambar 5.

Ikan Rucah Kering Bahan Baku Lainnya

Tepung Ikan

Pelet Ikan

Gambar 5. Tahapan Proses Pengolahan Pakan Ikan Penggilingan I Penggilingan II Penimbangan Pencampuran Pengeringan Pencetakan Pendinginan Pengemasan

Bahan Baku Lainnya terdiri dari :

1. Bungkil kelapa atau Bungkil sawit 2. Dedak 3. Tepung susu 4. Vitamin 5. Minyak Ikan

1. Pengeringan

Pengeringan dilakukan untuk menurunkan kadar air bahan baku berupa ikan rucah kering sebelum digiling. Meskipun ikan dibeli dalam keadaan kering, namun sering kali tingkat kekeringannya belum cukup, sehingga perlu dikeringka lagi. Dalam keadaan matahari bersinar terang, proses pengeringan dilakukan dengan menjemur ikan di lantai jemur. Namun demikian oven juga diperlukan untuk mempercepat pengeringan. Dalam kondisi sinar matahari tidak bersinar terang, misal ketika mendung atau hujan atau pada sore/malam hari, pengeringan sangat mengandalkan oven. Oven yang dipakai berjumlah satu unit. Oven ini masih bersifat tradisional, mirip seperti tungku besar, menggunakan bahan bakar kayu. Oven ini sengaja dipilih karena disekitar lokasi banyak tersedia bahan bakar kayu, sehingga biaya energi lebih murah. 2. Penggilingan I

Penggilingan I adalah penggilingan ikan kering menjadi tepung ikan. Penggilingan dilakukan dengan mesin giling bertenaga listrik.

3. Penimbangan

Semua bahan baku ditimbang sesuai dengan komposisi bahan yang telah ditetapkan sebagai persiapan untuk pencampuran.

4. Pencampuran

Semua bahan baku yang telah disiapkan sesuai dengan berat yang ditentukan dicampur di atas lantai dengan menggunakan sekop. Pencampuran ini masih dilakukan secara manual, belum menggunakan mesin pencampur (mixer) bertenaga listrik. Menurut perhitungan pengelola, mencampur secara manual cukup efektif dan lebih ekonomis dibanding dengan mesin. Investasi mesin pencampur dinilai oleh pemilik belum layak dilakukan.

5. Penggilingan II

Penggilingan tahap ke-2 dilakukan untuk menghaluskan semua bahan baku pakan yang telah dicampur. Seperti pada penggilingan I, penggilingan ke-2 juga menggunakan mesin bertenaga listrik.

6. Pencetakan

Semua bahan baku yang telah dicampur dan digiling dimasukkan ke mesin cetak pakan ikan bertenaga listrik. Pakan ikan berbentuk silinder dengan panjang 1 cm dan diameter 2 -3 mm. Mesin ini memiliki kapasitas 100 kg/jam untuk pakan ikan berdiameter 2 mm dan 150 kg/jam untuk pakan ikan berdiameter 3 mm.

7. Pendinginan

Pakan ikan yang tekah dicetak dalam keadaan panas, sehingga perlu didinginkan. Alat pendingin pakan ikan ini sederhana, dan merupakan rakitan dari pemilik usaha ini. Prinsip kerjanya adalah pakan ikan yang baru dicetak dalam keadaan panas didinginkan dengan cara dikipasi. Kipas yang digunakan adalah kipas angin biasa. Alat ini bisa mengatur sedemikian rupa sehingga pakan ikan yang masih panas dapat dikipasi secara berurutan seperti air yang mengalir.

8. Pengemasan

Pakan ikan yang telah dingin dikemas dengan karung plastic dan dijahit dengan mesin jahit karung bertenaga listrik. Masing-masing kemasan berisi pakan ikan seberat 50 kg. Pakan ikan jadi berupa pelet.

Kapasitas Produksi

Berdasarkan fasilitas bangunan, alat dan mesin pengolahan, serta produktivitas tenaga kerja, CV. BAS mampu memproduksi pakan ikan sebesar 1 ton per hari. Namun rata-rata produksi hanya 600 – 700 kg per hari. Upaya untuk meningkatkan kapasitas produksi telah dilakukan, yakni dengan cara meningkatkan kapasitas mesin untuk meningkatkan produktivitas, menambah jumlah tenaga kerja untuk meningkatkan kapasitas penanganan bahan dan operasional alat dan mesin, dan meningkatkan kualitas manajemen pasokan bahan baku untuk mendapatkan bahan baku dalam jumlah yang cukup, berkelanjutan, dan berkualitas.

Permasalahan yang masing sering muncul dalam upaya peningkatan kapasitas produksi adalah :

1. Pengadaan Bahan baku belum stabil – sebagaimana telah diuraikan di atas. 2. Mesin pencetak pakan ikan terkadang rusak

Proses pembuatan pakan ikan terkadang harus berhenti karena kerusakan mesin pencetak pakan ikan. Kerusakan akan semakin menghambat bila tidak bisa ditangani sendiri. Selama ini pakan ikan yang telah dicampur harus segera dicetak maksimal 2 hari. Lebih dari itu mutu produk menurun. Upaya untuk mengatasi ini adalah dengan menambahkan campuran pakan lama (lewat dua hari) sedikit demi sedikit ke dalam campuran pakan baru atau menambahkan tepung susu pada campuran pakan lama. Upaya yang didambakan adalah menambah mesin cetak pakan dengan kualitas yang lebih baik. Bila memiliki 2 unit mesin cetak, maka bila rusak satu masih bisa didikapai yang satunya lagi, sehingga produksi tidak terhenti.

3. Permintaan pasar pakan ikan masih fluktuatif.

Dalam situasi tidak ada kendala bahan baku – terutama tepung ikan dan tidak kendala kerusahan mesin cetak ikan, bukan berarti pakan ikan akan leluasa untuk diproduksi. Ada permasalahan lain yang masih terjadi, yaitu permintaan pasar yang fluktuatif. Dalam setahun permintaan pasar pakan ikan memiliki masa ramai pada bulan April – November dan masa agak sepi pada bulan Desember – Maret. Terutama pada masa agak sepi inilah perusahaan tidak bisa leluasa mengoptimalkan kapasitas produksi karena permintaan pasar yang terbatas. Hal ini memang masih menjadi kelemahan dalam pemasaran pakan ikan ini yang masih mengandalkan produksi berdasarkan order dan jaringan distribusi yang sangat tetbatas.

Pengendalian Mutu Pakan Ikan

Mutu pakan ikan sangat tergantung dari mutu bahan baku. CV. BAS menggunakan bahan baku berbasis produk lokal dan produk sampingan perikanan tangkap dan agroindustri. Pilihan ini menuntut pengendalian mutu yang ketat. Upaya yang dilakukan adalah melakukan pemeriksaan terhadap bahan baku yang akan dipakai. Untuk mendapat bahan baku, ada 2 cara yang selama ini berlangsung, yakni CV.BAS secara pro aktif mencari bahan baku, atau merespon tawaran bahan baku dari pemasok. Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman, pengelola CV.BAS secara empiris dapat menduga kualitas bahan baku. Sedangkan untuk lebih akurat, dilakukan uji laboratorium terhadap kandungan nutrisi bahan baku. Bahan baku yang perlu mendapat perhatian serius adalah ikan

kering. Begitu sampai di perusahaan, kadar air ikan kering harus diperiksa. Bila kurang kering, ikan harus segera dikeringkan atau dioven dan kemudian digiling.

Pengendalian mutu selama proses yang perlu dilakukan adalah perlunya senantiasa menjaga kebersihan ruangan proses dan antisipasi penundaan proses produksi akibat kerusakan mesin. Kerusakan mesin yang kadang terjadi adalah mesin cetak, sehingga bahan baku yang telah dicampur terlambat dicetak. Keterlambatan pencetakan pakan ikan ini akan menurunkan kualitas pakan secara serius.

Bila proses produksi berjalan normal, selama ini tidak ada permasalahan yang berarti pada kualitas produk. Pengusaha masih berpatokan bahwa pakan yang dihasilkan telah cukup memadai sebagai pakan ikan bagi petani ikan dan jarang terhaji complain dari pelanggan. Namun demikian karena masih sedikit jumlah pengusaha pakan ikan skala kecil dan ketatnya persaingan dengan pengusaha pakan ikan besar, sudah seharusnya pengusaha berpikir tentang standarisasi kualitas pakan ikan. Termasuk diversifikasi produk pakan ikan berdasar kandungan nutrisi sebagai upaya untuk merebut pangsa pasar yang lebih besar.

Tenaga Kerja

Idealisme pengusaha untuk merekrut tenaga kerja putus sekolah atau berpendidikan hanya lulus SD yang ada di sekitar lokasi tentu memiliki resiko. Resikonya adalah ketrampilan pekerja juga kurang memadai sehingga harus melatih dan mendampingi secara ketat. Sampai saat ini, kendali perusahaan masih sepenuhnya dipegang oleh pemilik. Sehari hari pemilik mengurus pengadaan bahan baku, keuangan, pemasaran dan mengendalikan produksi. Pernah dicoba untuk mendelegasikan sebagian pengeloaan usaha kepada salah satu pekerja, tapi belum sesuai dengan harapan. Sampai saat ini semua pekerja masih berada pada kualifikasi operator.

Sisi lain, ada permasalahan secara mental, terutama pekerja yang masih bujangan. Kebiasaan begadang pada saat hajatan, nonton layar tancep, dan nonton dangdut masih sering dillakukan. Bila hal ini terjadi, pekerja malas bekerja pada saat malam hari, bahkan juga malas bekerja saat siang hari.

Dilihat dari jumlah tenaga kerja, CV. BAS memiliki perkembangan meskipun tidak pesat. Sejak usaha dimulai tahun 2003, perkembangan jumlah tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 18 sebagai berikut :

Tabel 18 Perkembangan jumlah tenaga kerja

No. Tahun Banyaknya Tenaga Kerja

1. 2003-2006 2

2. 2007 3

3. 2008-2009 4

4. 2010-2012 5

Catatan : Pemilik yang sekaligus direktur tidak dihitung sebagai tenaga kerja

Saat ini dengan jumlah pekerja sebanyak 5 orang, operasional produksi

Dokumen terkait