• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.2 Kajian Teori

2.2.4 Profitabilitas

2.2.4.1 Pengertian Profitabilitas

Profitabilitas dapat dikatakan sebagai salah satu indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba selama periode tertentu (Munawir, 2010:33).

Profitability atau profitabilitas akan mengukur seberapa besar bank syariah

mampu memberikan keuntungan atau labanya selama periode tertentu, dengan mengelola usahanya dalam periode tersebut. Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari penjualan barang atau jasa yang diproduksinya. Profiabilitas hanya menggunakan data dari laporan keuangan laba rugi (Rahardjo, 2005: 122).

Laba merupakan tujuan utama yang ingin dicapai dalam sebuah usaha, termasuk juga bagi usaha perbankan. Alasan dari pencapaian laba perbankan tersebut dapat berupa kecukupan dalam pemenuhan dalam memenuhi kewajiban terhadap pemegang saham, penilaian atas kinerja pimpinan, dan meningkatkan daya tarik investor untuk menanamkan modalnya. Laba yang tinggi membuat bank mendapat kepercayaan dari masyarakat yang memungkinkan bank untuk menghimpun modal yang lebih banyak sehingga bank melakukan ekspansi pembiayaan (Simorangkir, 2004:147). Oleh karena itu profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi kebijakan para investor atas investasi yang dilakukan. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba akan dapat menarik para investor untuk menanamkan dananya guna memperluas usahanya, sebaliknya tingkat profitabilitas yang rendah akan menyebabkan para investor menarik

dananya. Sedangkan bagi perusahaan itu sendiri profitabilitas dapat digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolaan badan usaha tersebut (Hidayat, 2014:33).

Profitabilitas perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian kondisi suatu perusahaan, untuk itu dibutuhkan suatu alat analisis untuk bisa menilainya. Alat analisis yang dimaksud adalah rasio-rasio keuangan. Ratio profitabilitas mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang diperoleh dari penjualan dan investasi. Profitabilitas juga mempunyai arti penting dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan apakah badan usaha tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang (Hidayat, 2014:33).

Menurut Kasmir (2008:197) tujuan utama suatu perusahaan adalah mencari keuntungan yang maksimal. Keuntungan yang didapatkan perusahaan mampu membuat bisnis yang mereka jalankan akan terus berkembang. Profitabilitas memiliki beberapa manfaat diantaranya:

a) Mengetahui besarnya laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode b) Mengetahui perkembangan laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun

sekarang

c) Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu

d) Mengetahui tingginya laba bersih dengan pajak dengan total aset

e) Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun model sendiri.

Profitabilitas diukur dengan ROA yang mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan pada tingkat pendapatan, aset dan modal saham tertentu sekaligus untuk menilai kemampuan manajemennya dalam mengendalikan biaya-biaya, maka dengan kata lain dapat menggambarkan produktivitas bank tersebut. Selain itu juga Return On Assets (ROA) merupakan penilaian profitabilitas atas total asset, dengan cara membandingkan laba setelah pajak dengan rata-rata total aktiva. Return On Assets (ROA) menunjukkan efektivitas perusahaan dalam mengelola aktiva baik dari modal sendiri maupun dari modal pinjaman, investor akan melihat seberapa efektif suatu perusahaan dalam mengelola asset (Kasmir, 2008:199).

Dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian ROA daripada ROE karena Bank Indonesia lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat sehingga ROA lebih mewakili dalam mengukur tingkat profitabilitas perbankan (Dendawijaya, 2005:119).

Semakin besar ROA suatu bank semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut, dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset (Dendawijaya, 2005:118). Ukuran atau rumus yang digunakan adalah rasio perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total aset (Dendawijaya, 2005:119). Secara matematis Return On Assets (ROA) dapat dirumuskan sebagai berikut (Kasmir, 2008:202):

ROA =

x

100%

Sumber: Dendawijaya, 2005:118

Tabel 2.10

Kriteria kesehatan ROA Bank Syariah

No. Nilai ROA Predikat

1. ROA ˃ 1,5% Sangat sehat

2. 1,25% ˂ ROA ≤ 1,5% Sehat

3. 0,5% ˂ ROA ≤ 1,25% Cukup sehat 4. 0% ˂ ROA ≤ 0,5% Kurang sehat

5. ROA ≤ 0% Tidak sehat

Sumber : SE Bank Indonesia No.9/24/DPbs tahun 2007

2.2.4.2 Profitabilitas dalam Perspektif Islam

Profitabilitas dapat diartikan kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh laba yang berhubungan dengan penjualan, total aktiva, maupun hutang jangka panjang, laba dalam konsep Islam adalah hasil dari perputaran modal melalui transaksi bisnis, seperti menjual, membeli atau jenis-jenis apapun yang dibolehkan oleh syar'i (Syahatah, 2001: 165). Ibnu Mandzur dalam Syahatah (2001:144) menjelaskan bahwa asal kata laba berasal dari bahasa Arab yang berarti pertumbuhan dalam dagang. Berkata Azhadi, maka jual beli adalah ribh dan perdagangan adalah rabihah yaitu laba atau hasil dagang. Menurut Syahatah (2001:176) yang dimaksud dengan laba dalam konsep Islam ialah pertambahan pada modal pokok dagang: tujuan pertambahan-pertambahan yang berasal dari proses taqlib (barter) dan mukhaarah (ekspedisi yang mengandung resiko) adalah untuk memelihara harta. Laba tidak akan ada kecuali setelah selamatnya modal pokok secara utuh. Allah berfirman dalam Q.S Al-Furqon (25): 67 :

























Artinya:

“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian”. (QS. Al-Furqon :67).

Menurut Syahatah (2001: 144) pengertian laba juga dijelaskan dalam Q.S Al-Baqarah (1): 16 :

























Artinya :

"Mereka Itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, Maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk". (QS. Al-Baqarah:16).

Kesimpulan dari teori dan ayat diatas bahwasannya tujuan bisnis adalah memperoleh keuntungan, akan tetapi dalam bisnis Islam, setiap pencapaian keuntungan itu harus sesuai dengan aturan syariah yaitu halal dari segi materi, halal dari cara perolehannya, serta halal dalam cara pemanfaatannya (Anggraeni, 2015:32). Dalam memanfaatkan harta juga harus memaksimalkan dan mengfungsikannya secara teratur dengan mengatur pembelanjaan harta dengan menggunakannya untuk hal-hal yang baik dan diridhai oleh Allah dan tidak berlebih-lebihan (israf) dalam memanfaatkan harta, seperti dicontohkan pada ayat diatas dalam membelanjakan harta sebaiknya tidak berlebihan, artinya sebuah harta harus dikelola dengan baik terhadap apa yang akan diinginkan dalam usaha

tersebut, sehingga dapat memperoleh keuntungan yang sesuai harapan dari usaha tersebut (Syahatah, 2001: 144).

Dokumen terkait