• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

F. Profitabilitas

Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan. Rasio-rasio yang telah dibahas sejauh ini dapat memberikan petunjuk-petunjuk yang berguna dalam menilai keefektifan dari operasi sebuah perusahaan, tetapi rasio profitabilitas (profitability ratio)

39

akan menunjukkan kombinasi efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi.( Brigham dan Houston, 2009:107)

Besley dan Brigham (2000) dalam Bangun & Wati (vol. 11, 2007:109) mengatakan bahwa “Profitability ratios area group of ratios that shows the combined effects of liquidity, asset management, and debt on operations.

1. Analisis Rasio Profitabilitas

Beberapa rasio profitabilitas yang sering digunakan adalah sebagai berikut (Sjahrial, 2006:45-47):

a. Return On Assets ( ROA )

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan atau laba secara keseluruhan. Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan asset yang dilakukan oleh perusahaan yang bersangkutan.

ROA = Laba bersih setelah pajak x 100% Total Aktiva

Semakin besar ROA maka semakin besar tingkat keuntungan dan semakin baik posisi perusahaan dari segi penggunaan asset.

b. Return On Equity ( ROE )

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan poerusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan tersebut.

40

ROE = Laba bersih setelah pajak x 100% Modal sendiri

c. Return On Investment ( ROI )

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan menghasilkan keuntungan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Laba bersih setelah pajak yang digunakan.

ROI = Laba bersih setelah pajak x 100% Total aktiva

d. Net Profit margin ( NPM )

Rasio ini digunakan untuk membandingkan tingkat keuntungan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya.

NPM = Laba bersih setelah pajak x 100% Penjualan bersih

Rumus yang digunakan tergantung kepada tujuan penentuan profitabilitas. Para pemilik modal yang menginvestasikan dananya akan lebih menekankan pada profitabilitas bagi modalnya.

G. Biaya Keagenan

Menurut (Jensen dan Meckling:1976) dalam (Pituringsih, vol. 6, 2005:190) Konsep agency theory merupakan suatu hubungan atau kontrak antara principals dan agents. Principal memperkerjakan agents melakukan tugas untuk kepentingan principals, termasuk pendelegasian otoritas pengambilan keputusan dari principals kepada agents. Asumsi agency theory

41

bahwa masing-masing individu semata-mata termotivitasi untuk kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principals

dan agents. Konflik potensial kepentingan antar agents (managers) dan

principals (stockholder/pemilik) menimbulkan agency cost.

Menurut Gitman (2006:20) “Agency costs are the costs borne by stockholders to minimize agency problems and contribute to the maximization of owner’s wealth”

Menurut (Horne & Wachowicz, 2007:243) Biaya Agensi merupakan biaya yang berhubungan dengan manajemen pengawasan untuk memastikan bahwa pihak manajemen berperilaku dalam cara yang konsisten dengan kesepakatan kontraktual perusahaan dengan para kreditor serta pemegang saham. Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam (Horne dan Wachowicz, 2007:243-244) telah mengembangkan teori yang bagus yaitu teori agensi. Di antaranya, mereka menunjukkan bahwa siapa pun yang mengeluarkan biaya pengawasan,biaya tersebut pada akhirnya ditanggung oleh para pemegang saham.

Agency cost akan muncul bila manager sekaligus pemegang saham (owner-manager) menjual sebagian kepemilikannya kepada investor luar (outside equity owner). Owner-manager berusaha memaksimalkan kekayaan dengan mengorbankan outside equityowner yang akan melakukan pengawasan ketat terhadap tindakan owner manager (Rozeff, 1982) dalam (Pituringsih, vol. 6, 2005:191)

42

Biaya keagenan atau agency costs adalah biaya yang timbul karena perusahaan menggunakan utang atau melibatkan hubungan antara pemilik perusahaan (pemegang saham) dan kreditor. Biaya keagenan ini muncul dari problem keagenan (agency problem). Jika perusahaan menggunakan utang, ada kemungkinan pemilik perusahaan melakukan tindakan yang merugikan kreditor. (Sjahrial,2008: 202)

Dalam (Fadah, vol. 5, 2007:193) Ada beberapa alternatif untuk mengurangi agency cost, yaitu:

a) Dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen sehingga manajer merasakan langsung bermanfaat dari keputusan yang diambil, dan juga apabila ada kerugian yang timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Kepemilikan ini mensejajarkan kepentingan manajemen dengan pemegang saham (Jensen & & Meckling, 1976). Dengan demikian, maka kepemilikan saham oleh manajemen merupakan insentif bagi para manajer untuk meningkatkan kinerja perusahaan.

b) Dengan menggunakan dividen payout ratio, dengan demikian tidak tersedia cukup banyak free cash flow (Crutchley & hansen, 1989) dan manajemen tidak memiliki kesempatan untuk berinvestasi yang tidak sesuai dengan keinginan pemegang saham.

c) Institutional investor sebagai monitoring agents. Moh’d, et al. (1998) menyatakan bahwa distribusi saham antara pemegang saham dari luar

43

yaitu institutional investor dan shareholder dispersion dapat mengurangi agency cost. Hal ini karena kepemilikan mewakili suatu sumber kekuasaan (source of power) yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya menentang terhadap keberadaan manajemen. Adanya kepemilikan oleh institutional investor seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi atau institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen.

Menurut Jensen & Meckling (1976) dalam (Brigham & Houston,2009:26) Hubungan keagenan (agency relationship) terjadi ketika satu atau lebih individu, yang disebut sebagai prinsipal menyewa individu atau organisasi lain, yang disebut sebagai agen, untuk melakukan sejumlah jasa dan mendelegasikan kewenangan untuk membuat keputusan kepada agen tersebut.

Megginson (1997) dalam (Pituringsih, vol. 6, 2005:191) menjelaskan model agency cost, pembayaran dividen sebagai tindakan untuk memaksimalkan nilai oleh manager untuk meminimalkan biaya karena konflik keagenan antara manager dan pemegang saham yang muncul pada perusahaan publik, dimana terdapat pembagian antara kepemilikan dan pengendalian. Pembayaran dividen bagi perusahaan hanya dapat ditentukan melalui trial and error. Agency cost muncul kapan saja dari owners-managers menjual membagikan saham bursa mereka kepada outside security yang tidak mempunyai suara di dalam manajemen.

44

Jensen dan Meckling (1976) dalam (Pawestri, vol. 3, 2005:211) menyatakan bahwa konflik keputusan timbul pada saat pengelolaan perusahaan diserahkan pada agents oleh principals di mana adanya kecenderungan manajemen bertindak untuk memenuhi keinginannya atas beban pemilik saham sehingga menimbulkan perbedaan kepentingan. Pemisahan antara pemilik perusahaan dan pengelolaan perusahaan ini berdampak pula pada ketidakseimbangan informasi (Asymmetric information) yang diperoleh dari masing-masing stakeholder. Manajer perusahaan memiliki perusahaan dibandingkan dengan investor. Jensen & Meckling (1976) berpendapat bahwa salah satu cara untuk mengurangi agency cost yang timbul karena adanya

agency problem adalah dengan lebih banyak menggunakan pendanaan lewat utang dan mengurangi pendanaan lewat modal. Pengurangan pendanaan lewat modal mengurangi ruang lingkup konflik antara manajer dan pemegang saham. Dalam (Sihombing, vol. 2, 2008:140) adanya agency costs, ketika perusahaan memiliki hutang, maka konflik kepentingan akan muncul antara

stockholders dan debtholders. Baik stockholders maupun debtholders memiliki kepentingan-kepentingan yang berbeda. Pemegang saham (stockholders), pemegang surat hutang (debtholders), dan juga manajemen perusahaan masing-masing merupakan pihak yang memiliki kepentingan dan sudut pandang yang berbeda dalam memandang nilai perusahaan (value of the firm).

Stockholders akan senantiasa menginginkan pembagian keuntungan yang lebih besar atas saham mereka, sebaliknya debtholders akan senantiasa berusaha

45

menjaga dana yang telah mereka tempatkan dalam perusahaan melalui berbagai kebijakan yang ketat (strict monitoring policy). Konflik kepentingan yang timbul antar pihak-pihak dalam perusahaan (managers, stockholders, debtholders) dikenal sebagai agency problem yang pada akhirnya melahirkan

agency theory.

Menurut (Jensen & Meckling, 1976) dalam (Fadah, vol. 5, 2007:192) Pemisahan “kepemilikan” dan “pengelolaan telah melahirkan apa yang disebut

agency problem. Adanya pemisahan ini memungkinkan terjadinya konflik kepentingan antara para pemilik dengan para manajer. Konflik tersebut diharapkan menjadi daya kreatif, karena merupakan mekanisme perimbangan kekuasaan. Dari sudut para pemilik bisnis, masalah keagenan berisi soal bagaimana menjamin agar para eksekutif-manajer selalu bertindak menurut kepentingan para pemegang saham (shareholder).

Dalam Fadah (vol. 5, 2007:197) Biaya keagenan juga dapat diukur melalui

total asset turn over. dimana rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan dalam menghasilkan total penjualan bersih. Semakin tinggi rasio

Total Assets Turnover menunjukkan semakin efektif perusahaan dalam penggunaan aktivanya untuk menghasilkan total penjualan bersih. Semakin efektif perusahaan menggunakan aktivanya untuk menghasilkan penjualan bersihnya menunjukkan semakin baik kinerja yang dicapai oleh perusahaan. Menurut Rober Ang (1997) dalam Aminatuzzahra (2010) sangat dimungkinkan bahwa hubungan antara Total Assets Turnover dengan ROE adalah positif.

46

Semakin besar total asset turnover akan semakin baik karena berarti semakin efisien seluruh aktiva yang digunakan untuk menunjang kegiatan penjualan. ROE yang meningkat karena dipengaruhi oleh total asset turnover (Brigham dan Houston, 2001).

H. Nilai Perusahaan

Menurut M&M dalam (Horne dan Wachowicz, 2007:271) berargumen bahwa nilai perusahaan ditentukan hanya oleh kemampuan menghasilkan laba dari aset-aset perusahaan atau kebijakan investasinya, dan bahwa cara aliran laba dipecah antara dividen dan laba ditahan tidak mempengaruhi nilai ini.

Menurut Jensen dan Merckling (1976) dalam Nasarudin & Maimunah (vol. 8, 2009:38) berargumentasi bahwa konflik keagenan terjadi karena adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian. Konflik keagenan menyebabkan penurunan nilai perusahaan. Penurunan nilai perusahaan akan mempengaruhi kekayaan dari pemegang saham sehingga pemegang saham akan melakukan tindakan pengawasan terhadap perilaku manajemen.

Jensen (2001) dalam (Pawestri, vol. 3, 2005:210) menjelaskan bahwa untuk memaksimumkan nilai perusahaan tidak hanya nilai ekuitas saja yang harus diperhatikan, tetapi juga semakin klaim keuangan seperti utang, warran, maupun saham preferen. Oleh karena itu, manajer dituntut membuat keputusan yang selalu memperhitungkan kepentingan semua stockholder, sehingga

kinerja manajer akan dinilai berdasarkan kemampuannya

47

Nilai perusahaan diukur dengan Price Book value (PBV) yaitu perbandingan antar nilai pasar saham dengan nilai buku saham. Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh (Brigham,2001:92)

I. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan yang pernah dilakukan antara lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Indo Yama Nasarudin & Umi Maimunah (2009) meneliti tentang “pengaruh struktur kepemilikan saham, struktur modal, faktor intern dan faktor ekstern terhadap nilai perusahaan”. Penelitian ini menggunakan menggunakan variabel yang diteliti yaitu struktur kepemilikan saham, struktur modal (leverage), faktor ekstern, faktor intern, dan nilai perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur kepemilikan saham mempunyai koefisien path (jalur) negatif dan berpengaruh signifikan terhadap struktural modal (leverage), struktur kepemilikan saham mempunyai koefisien path (jalur) positif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, faktor ekstern mempunyai koefisien path (jalur) negatif dan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal (leverage), faktor ekstern mempunyai

koefisien path (jalur) positif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, faktor intern mempunyai koefisien path (jalur) negatif dan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal (leverage), faktor intern

48

mempunyai koefisien path (jalur) positif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, struktur modal (leverage) mempunyai koefisien path

(jalur) negatif dan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Isti Fadah (2007) meneliti tentang “faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden kas dan biaya keagenan serta dampaknya terhadap nilai perusahaan (studi pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta)”. Penelitian ini menggunakan tiga variabel eksogen yaitu Risk, ownership structure, free cash flow dengan variabel endogen yaitu agency cost, cash dividend policy firm value. Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukkan Struktur kepemilikan saham secara tidak langsung pengaruhnya tidak signifikan baik melalui dividen kas maupun biaya keagenan. Free cash flow secara tidak langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan yaitu apabila melalui dividen kas, sedangkan yang melalui variabel biaya keagenan tidak signifikan. Hal ini dapat diartikan bahwa free cash flow berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan dengan catatan free cash flow tersebut dibayarkan sebagai dividen kas kepada pemegang saham. Variabel risiko berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui variabel dividen kas ataupun biaya keagenan, namun pengaruhnya yang paling besar adalah pengaruh langsung variabel risiko terhadap nilai perusahaan.

49

Penelitian lain yang dilakukan oleh Nurainun Bangun dan Sinta Wati (2007) meneliti tentang “analisis pengaruh profitabilitas dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan perdagangan, jasa, dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta ”. penelitian ini menguji variabel independen yaitu profitabilitas dan kebijakan dividen dengan variabel dependen yaitu nilai perusahaan. Dimana populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perdagangan, jasa, dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta sebanyak 64 perusahaan dan yang terpilih sebagai sampel sebanyak 30 perusahaan yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan dengan lama periode 2003 sampai 2005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan perdagangan jasa, dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari tahun 2003 sampai tahun 2005. Kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan perdagangan, jasa, dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari tahun 2003 sampai tahun 2005. Profitabilitas dan kebijakan dividen secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan perdagangan, jasa dan investasi yang terdaftar di Burasa Efek Jakarta. Kemampuan profitabilitas dan kebijakan dividen dalam menjelaskan nilai perusahaan perdagangan, jasa dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta adalah lemah.

Penelitian yang dilakukan oleh Hartini Prasetyaning Pawestri (2005) berjudul “keputusan investasi, pendanaan, dan kebijakan dividen: implikasinya

50

pada nilai perusahaan (studi pada Bursa Efek Jakarta)”. Penelitian ini menguji 3 variabel independen yaitu keputusan investasi (IOS), keputusan pendanaan (BDE, BDA, LDE, dan MDA), kebijakan dividen (DPR dan dividend yield) dengan nilai perusahaan. Metode statistik yang digunakan adalah model persamaan regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keputusan investasi yang diproksikan dengan IOS mempengaruhi secara positif nilai suatu perusahaan. Keputusan pendanaan berpengaruh positif terhadap nilai suatu perusahaan. Kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Secara bersama-sama keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen mempengaruhi nilai perusahaan.

Penelitian lain yang dilakukan Taswan (2003) berjudul “analisis pengaruh insider ownership, kebijakan hutang dan dividen terhadap nilai perusahaan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya”. Penelitian tersebut menguji empat variabel eksogen, yaitu risiko bisnis, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan dengan variabel endogen yaitu kebijakan hutang,kebijakan dividen, insider ownership, nilai perusahaan. Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa variabel kebijakan hutang berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, kebijakan dividen yang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, begitu juga faktor insider ownership yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan tetapi insider tidak menyukai peningkatan size serta pertumbuhan.

51

J. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan suatu proses dari peneliti memperoleh data kemudian mengolah data tersebut dan menginterprestasikan hasil data yang telah diolah.

Penelitian ini didasarkan atas penelitian-penelitian dan teori-teori yang telah ada sebelumnya. Dari beberapa teori yang telah ada peneliti merangkainya menjadi satu kesatuan yang saling berhubungan. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Path atau analisis Jalur. Hal ini dikarenakan analisis jalur dapat memperlihatkan hubungan langsung dan tidak langsung antar variabel.

Setelah menentukan judul dan metode analisis, peneliti mengumpulkan data-data dari variabel-variabel yang akan diteliti. Objek yang akan diteliti merupakan salah satu jenis perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu Perusahaan Manufaktur. Variabel yang diteliti adalah struktur kepemilikan saham, free cash flow (arus kas bebas), profitabilitas, kebijakan dividen kas, biaya keagenan, dan nilai perusahaan. Dalam penelitian ini yang akan menjadi variabel eksogen adalah struktur kepemilikan saham, free cash flow, dan profitabilitas. Sedangkan yang akan menjadi variabel endogen adalah kebijakan dividen kas, biaya keagenan, dan nilai perusahaan.

Peneliti mengambil data dari laporan keuangan tahunan pada perusahaan manufaktur selama periode 2004-2009 yang dipublikasikan di

52

BEI dan telah diaudit oleh auditor independen. Peneliti juga mengambil data melalui website www.idx.co.id dan IDX quarterly Statistics (Cumulative data).

Setelah memperoleh data-data dari setiap variabel peneliti mulai melakukan analisis. Langkah awal yang diperlukan adalah menentukan struktur persamaan linier yang dibentuk berdasarkan teori-teori yang ada. Sebelum melakukan analisis, peneliti merubah beberapa variabel ke dalam bentuk Ln agar nominal beberapa variabel tidak terlalu besar. Setelah data tersebut diubah kedalam bentuk Ln, Kemudian data diolah dengan menggunakan Software AMOS 16. Dari output tersebut dapat dianalisa korelasi, hubungan anatara variabel, besarnya R square dan kesesuaian model (Goodness of Fit). Setelah melakukan analisis tersebut peneliti dapat mengambil kesimpulan dan implikasi dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

Berikut ini adalah gambaran mengenai kerangka pemikiran yang peneliti bentuk secara sederhana untuk menjelaskan proses penelitian ini:

53

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI 2004-2009

Variabel Eksogen:

-Struktur kepemilikan Saham -Free cash flow

-Profitabilitas

Analisis PATH : -Uji Korelasi

-Uji Goodness of Fit

Interpretasi

Kesimpulan

Variabel Endogen: -Kebijakan dividen kas -Biaya keagenan -Nilai perusahaan

54

Gambar 2.2 Paradigma Penelitian

Keterangan:

X1 = Struktur kepemilikan saham Y1 = Kebijakan dividen kas

X2 = Free cash flow Y2 = Biaya keagenan

X3 = Profitabilitas Z = Nilai perusahaan

ε

= Residual Error K. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Struktur kepemilikan saham, Free Cash Flow, profitabilitas terhadap kebijakan dividen kas

Ho; = 0: tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara struktur kepemilikan saham, Free Cash Flow, dan profitabilitas terhadap kebijakan dividen kas. X1 X2 X3 Y1 Y2 Z e1 1 e2 1 e3 1

55

Ha; 0: terdapat pengaruh yang signifikan antara struktur kepemilikan saham, Free Cash Flow, dan profitabilitas terhadap kebijakan dividen kas. 2. Struktur kepemilikan saham, Free Cash Flow, profitabilitas, dan kebijakan

dividen kas terhadap biaya keagenan

Ho; = 0: tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara struktur kepemilikan saham, Free Cash Flow, profitabilitas, dan kebijakan dividen kas terhadap biaya keagenan.

Ha; 0: terdapat pengaruh yang signifikan antara struktur kepemilikan saham, Free Cash Flow, profitabilitas, dan kebijakan dividen kas terhadap biaya keagenan.

3. Struktur kepemilikan saham, Free Cash Flow, profitabilitas, kebijakan dividen kas, dan biaya keagenan terhadap nilai perusahaan

Ho; = 0: tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara struktur kepemilikan saham, Free Cash Flow, profitabilitas, kebijakan dividen kas, dan biaya keagenan terhadap nilai perusahaan.

Ha; 0: terdapat pengaruh yang signifikan antara struktur kepemilikan saham, Free Cash Flow, profitabilitas, kebijakan dividen kas, dan biaya keagenan terhadap nilai perusahaan.

56

Dokumen terkait