• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN TEORITIS TENTANG PROGRAM DAKWAH DAN

A. Program Dakwah

E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, yaitu suatu penelitian yang secara langsung, berupaya mencari data berupa kata-kata, tulisan dan lisan.5 Data-data yang sudah terkumpul dianalisa secara mendalam. a. Subjek dan Objek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek dari penelitian adalah Yayasan Pesantren Islam YPI. Kemudian yang menjadi objek adalah Program Dakwah Yayasan Pesantren Islam BSC Al Futuwwah.

b. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini peneliti menggunakan tekhnik pengumpulan data diantaranya :

1) Penelitian Kepustakaan (library research)

Yaitu teknik pengumpulan data dimana penulis melakukan kunjungan langsung ke beberapa perpustakaan, untuk sumber tertulis baik itu buku, artikel, dan hasil tertulis lainya. Yang bersangkutan dengan pembahasan penulis. Penelitian ini merupakan kegiatan tela’ah

pustaka dengan teknik dokumentasi terhadap sumber buku, kitab-kitab

5

Sudarto, Metodologi penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2002. Cet ke 3. H. 62

9

dan lainya yang mendukung dengan kegiatan penulis serta dapat dijadikan acuan dalam suatu penelitian.

2) Penelitian Lapangan

Yaitu teknik pengumpulan data dimana penulis melakukan kegiatan observasi langsung ke tempat penelitian tersebut, dan penelitian ini dilakukan dengan cara meminta data-data dan dokumen langsung kepada objek yang diteliti dan pendapat para pakar yang berkaitan dengan penelitian ini.

Setelah data dan informasi sudah didapatkan, lalu dikumpulkan untuk ditelaah lebih jauh guna mendapatkan atau mengetahui fenomena yang ada hingga dapat menghasilkan data.

3) Observasi

Menurut E.C Wragg dalam bukunya An Introduction Classroom

observation yang dikutip oleh Nurul Hidayati, Observasi yaitu

pengamatan secara sistematis dan analisis yang memegang peranan sangat penting untuk melihat tingkah laku sosial, sehingga hubungan antara satu dengan peristiwa yang lain menjadi jelas.6 Pengumpulan data dengan teknik nini dilakukan dengan mengandalkan pengamatan ke Yayasan Pesantren Islam BSC Al-Futuwwah Cipete Jakarta Selatan, observasi ini dilakukan untuk memperoleh data-data tentang Kegiatan

6

Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006), h. 8

Dakwah yang dilakukan Yayasan Pesantren Islam BSC Al-Futuwwah Cipete Jakarta Selatan melalui cacatan lapangan dan dari dokumen kegiatan program dakwah.

4) Wawancara

Yaitu teknis penulis melakukan wawancara atau komunikasi langsung antara pengumpul data dengan responden atau informan dengan melakukan interview kepada pihak-pihak yang dianggap memberikan Informasi mengenai pembahasan untuk kepentingan penelitian.7 Dan wawancara ini penulis lakukan berkali-kali untuk mendapatkan data yang akurat, dengan mewawancarai M. Sanwani Naim, selaku Pimpinan dan beliau kompeten dalam hal ini. Dan Umar Kamal selaku sekretaris yayasan.berupa percakapan secara tatap muka langsung kepada pihak yang bersangkutan seperti Ketua Yayasan dan Pemulung setempat dengan cara memberikan pertanyaan langsung kepada orang-orang yang di anggap perlu dan mewakili dalam penelitian ini.

5) Dokumentasi

Yakni mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan transkip, buku, agenda dan foto kegiatan, dan sebagainya.8

c. Analisis Data

7

Sutrino Hadi, Metode Research, (Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1994), h. 136

8

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Sebuah Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), Edisi Revisi II, h. 202

11

Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan data yang kemudian di analisis sesuai rumusan masalah dan tujuan penelitian. Setelah itu disusun dalam laporan penelitian. Metode analisis yang digunakan adalah pengumpulan data yang kemudian disajikan selanjutnya dianalisis untuk mengungkap arti data tersebut.

F. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu

Waktu penelitian penulis laksanakan di jam kerja yakni diantara jam 09.00 WIB sampai dengan jam 21.00 WIB, dimulai dari bulan Maret-Mei.

2. Tempat Penelitian

Penulis melakukan penelitian ini di Lokasi penelitian bertempat di Yayasan Pesantren Islam Boarding School of Cipete Al-Futuwwah yang beralamat di Jalan H. Tholib Cipete Utara, Jakarta Selatan.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulis dalam membahas masalah yang diteliti, maka penulis membagi pembahasan dalam lima bab, dengan sistematika sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan. Dalam bab ini memuat Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penlitian, Metodelogi Penelitian, Sistematika Penulisan.

2. Bab II Tinjauan Teoritis. Dalam bab ini akan dijelaskan Aktivitas Dakwah, Pengertian Program Dakwah, Tujuan Program Dakwah. Pemurtadan, Pengertian Murtad dan Pemurtadan, Sejarah Gerakan Pemurtadan dalam Islam. 3. Bab III Gambaran umum Yayasan Pesantren Islam Bina Sani Cemerlang

Al-Futuwwah (YPI BSC AL-FUTUWWAH) membahas tentang sejarah berdirinya Yayasan Pesantren Islam BSC Al-Futuwwah,visi dan misi Yayasan Pesantren Islam BSC Al-Futuwwah, Letak geografis, struktur organisasi dan program kerja pengurus Yayasan Pesantren Islam BSC Al-Futuwwah.

4. Bab IV Anlisis Program Dakwah Yayasan Pesantren Islam BSC Al Futuwwah bagi komunitas Pemulung dalam mengantisipasi pemurtadan dan faktor pendukung serta penghambat dalam kegiatan program dakwah Yayasan Pesantren Islam Boarding School of Cipete Al-Futuwwah di lingkungan para pemulung.

5. Bab V Penutup Merupakan bab terakhir dari tulisan ini, yang berisi kesimpulan dan saran-saran.

13

BAB II

TINJAUAN TEORITIS TENTANG PROGRAM DAKWAH DAN PEMURTADAN

A. Program Dakwah

1. Pengertian Program Dakwah

Program Dakwah terdiri dari dua suku kata : Program dan Dakwah. Secara etimologis, Kata program berasal dari bahasa Inggris Programme yang berarti aturan atau rencana.1

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, program adalah

“rancangan mengenai asas serta usaha yang akan dijalankan”2

. Dalam arti yang sama, program adalah rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha (dalam ketatanegaraan, perekonomian, dan sebagainya) yang akan dijalankan.3

Adapun pengertian secara terminologi, I Gede Suyatno

menjelaskan bahwa : “ Program merupakan pernyataan tertulis tentang

sesuatu yang harus dimengerti dan diusahakan, program menggambarkan tentang apa yang perlu dilaksanakan dan program dapat

1

Morrison, Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi (Tangerang : Ramdina Prakarsa 2005),Cet , 1, h. 97

2

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi 3 (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), Cet.2, h. 897

3

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1997), Cet ke 9,h. 702

hendak dicapai, masalah-masalah yang hendak dipecahkan

pemecahanya”.4

Sedangkan Dakwah berasal dari kata Bahasa Arab, yakni dari kata

Da’a, yad’u, da’watan yang artinya adalah menyeru, mengajak,

memanggil.5

Dakwah secara terminologi menurut Syeikh Ali Mahfuz yang

dikutip oleh Abdul Rahman Shaleh yaitu : “Mendorong manusia agar

berbuat kebajikan dan menurut petunjuk , menyeru, kepada mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan munkar agar

mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat”.6

Menurut Hasanuddin Ibnu Hibban dalam bukunya, dakwah adalah kegiatan mengajak umat manusia supaya masuk kedalam ajaran Allah (sistem Islam) dalam semua segi kehidupan, bentuk kegiatan mengajak terdiri dari mengajak dengan lisan (dakwah bil lisan), dan mengelola dan mengorganisir kegiatan dakwah (bi at tadbir bi al nidzhom) manajemen dakwah secara efektif dan efisien serta program dan kegiatan dengan sumber daya dan waktu yang tersedia, mengajak dengan tulisan (dakwah

bil qolam) dikenal sebagai tabligh islam, mengajak dengan tindakan nyata

(dakwah bil haal) yang disebut dengan pengembangan masyarakat

islam.7

4

I Gede suyatno, Program Pengabdian Masyarakat bentuk, jenis, dan sifatnya dalam metodologi PPM, (Lampung : Universitas Lampung, 1986), h. 88

5

Hasanuddin Ibnu Hibban, Manajemen Dakwah, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 39

6

Abdul Rasyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, Bulan Bintang, Jakarta, Indonesia, 1997, h.8

7

Hasanuddin Ibnu Hibban MA, Manajemen Dakwah, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h.51-52

15

Dengan demikian, program dakwah adalah sederetan rencana atau kegiatan yang akan dilakukan melalui program dakwah bil lisan yaitu dengan media penyiaran (broadcasting), dakwah bil qolam yaitu melalui media massa

(journalism), dan dakwah bil haal melalui aksi atau tindakan nyata untuk

meningkatkan kualitas umat yang pada akhirnya akan membawa pada perubahan sosial.

Melihat pernyataan diatas adapun bentuk dakwah antara lain adalah : 1) Dakwah Bil Lisan

Dakwah bil lisan adalah memanggil, menyeru kejalan Tuhan untuk kebahagiaan dunia dan akhirat dengan menggunakan lisan (bahasa).8 Kegiatan dakwah bil lisan meliputi :

a) Mudzakarah adalah menggingatkan orang lain jika berbuat

salah, baik dalam ibadah maupun perbuatan.

b) Qaulun Ma’rufun adalah dengan berbicara dalam pergaulan

sehari-hari yang disertai dengan misi ajaran Islam.

c) Nasehat yaitu memberi nasehat kepada orang lain yang tengah dilanda masalah kehidupan agar mampu melaksanakan ajaran agama Islam dengan baik.

d) Majelis Ta’lim yaitu dengan memberikan penjelasan terhadap bab-bab ajaran Islam dengan menggunakan kitab dan diakhiri dengan dialog.

8

H. Munzier Suparta, MA & H. Harjani. Lc. MA, (Editor), Metode Dakwah, (Jakarta :Prenda Media,2006) cet ke-2, h. 215

e) Pengajian Umum yaitu menyajikan materi dakwah di depan umum, isi dari materi tersebut jangan terlalu banyak, tetapi yang terpenting dapat menarik perhatian mad’u.

f) Mujadalah yaitu dengan berdebat menggunakan argumentasi

serta alas an dan diakhiri dengan kesepakatan bersama dengan menarik kesimpulan.9

2) Dakwah Bil Haal

Dakwah bil haal menurut Alamsyah Ratu Prawira Negara kata haal disini menunjukan keadaan seperti dapat dicontohkan seperti usaha membantu orang jahat untuk menjadi individu yang tawakal dan penuh taubat, yang dimana keadaan orang tersebut berubah yang pada awalnya individu yang jahat menjadi individu yang tawakal dan penuh taubat, atau seperti mendidik orang bodoh agar lebih berilmu.10

Aqib Suminto memberikan pengertian dakwah bil haal adalah amaliah berupa pengembangan masyarakat dalam rangka mewujudkan tatanan sosial, ekonomi, budaya yang sesuai dengan prinsip-prinsip agama Islam.11

Nampak jelas bahwa dakwah bil haal lebih tertuju pada sikap dan perilaku yang mengarah pada perubahan terhadap kondisi yang

9

Rafiudin, Maman Abdul Jalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Jakarta: Pustaka Setia, 1997), h. 58

10

Alamsyah Ratu Prabu Negara, Dakwah bil Haal Menutup jurang dhua’fa, (Jakarta : Panji Masyarakat, 1985), h. 14

11

Aqib Suminto, Pendekatan Dakwah Bagi Masyarakat Modern Indonesia, (Jakarta : Pelita, 1989), h, 10

17

kurang baik kepada kondisi yang lebih baik, seperti meningkatkan

taraf hidup masyarakat bawah, meningkatkan kesehatan kaum dhua’fa,

meningkatkan kesejahteraan, memberikan aplikatif dan lain-lain. 3) Dakwah Bil Qolam

Menurut Suf Kasman dakwah bil qolam adalah dakwah yang dilakukan melalui tulisan, dakwah ini memerlukan keahlian khusus dalam hal menulis dan merangkai kata-kata sehingga penerima dakwah tersebut akan tertarik untuk membacanya tanpa mengurangi maksud yang terkandung didalamnya, dakwah tersebut dapat dilakukan melalui media massa seperti surat kabar, buku, majalah, buletin melalui internet serta penulisan kaligrafi ayat-ayat suci al Qur’an, dan yang

namanya dakwah bil qolam tidak terlepas dari memahami makna tulisan, dalam kontek ini tulisan memiliki dua fungsi. Pertama, sebagai alat komunikasi atau komunikasi ideyang produknya berupa ilmu pengetahuan. Kedua, sebagai alat komunikasi ekspresi yang produknya berupa karya seni jurnalistik.12

Dakwah bil qolam ala Rasululloh yaitu dengan mengirimkan surat-surat pribadi yang dimana suarat-surat ini dikirimkan kepada Raja-Raja non Islam, antara lain kepada Kaisar Romawi, Kisra Persia, Mukaukis (Mesir), Raja Najasyi Afrika dan lain-lain. Surat Rasululloh

selalu dimulai dengan “Bismillahirrahmanirrahim” setelah

12

Suf Kasman, Jurnalisme Universal, Menelusuri Prinsip-Prinsip dakwah bil qolam dalam Al Qur’an, (Jakarta: Teraju, 2004), Cet ke 1, h. 219

mengucapkan selamat, maka Rasululloh mengajak para pembesar supaya menganut ajaran Islam.13

Dengan memahami secara cermat pembagian dakwah tersebut, maka jelaslah bahwa dakwah tidak cukup hanya dengan ceramah dan Tujuan Program Dakwah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tujuan adalah Arah, haluan (jurusan), Yang dituju: maksud tuntutan(yang dituntut).14

Menurut Suharsimi Arikunto, tujuan program merupakan suatu pokok dan harus dijadikan pusat perhatian oleh evaluator. Jika suatu program tidak mempunyai tujuan yang bermanfaat maka program tersebut tidak perlu dilaksanakan.15

Adapun tujuan program dakwah bil lisan adalah untuk menyampaikan pesan dakwah secara lisan yang memang relevan dengan kebutuhan masyarakat.16 Oleh karena proses dakwah ini disampaikan dengan lisan, maka setiap kata-kata yang akan disampaikan harus benar, dan juga harus menguasai ilmu-ilmu dan memperhatikan setiap ayat dan hadist yang akan disampaikan.

Tujuan program dakwah bil qolam adalah untuk menyampaikan pesan dakwah melalaui tulisan dengan menumbuhkan jurnalistik Islami

13

K.H Firdaus A.N, Panji-Panji Dakwah, (Jakarta : CV, Pedoman Ilmu Jaya, 1991), Cet ke 1, h. 11

14

Department Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,2007) edisi ke-3, h.1216

15

Suharsimi Arikunto,Penilaian Program Pendidikan, (Yogyakarta : Bina Aksara, 1998), h. 35

16

Nurul Badruttamam MA, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, (Jakarta penerbit grafindo khazanah ilmu 2005), cet 1, h. 174

19

atau menjadikan pers Islami sebagai ideologi para jurnalis Muslim demi membela kepentingan islam dan ummatnya, dan juga mensosialisasikan nilai-nilai Islam sekaligus meng-counter serta mem-filter derasnya arus jahiliyah barat.17

Menurut Asep Syamsul dalam bukunya jurnalistik dakwah, tujuan dari program dakwah bil qolam adalah merupakan senjata kaum muslimin dalam melawan serbuan pemikiran (ghazwul fikr), pihak-pihak yang hendak merusak aqidah, pemikiran, dan perilaku umat islam melalui media massa.18Tujuan program dakwah bil haal adalah untuk pengembangan masyarakat serta meningkatkan kualitas umat yang pada akhirnya akan membawa perubahan sosial.19

Pemurtadan

1. Pengertian Murtad dan Pemurtadan

Secara etimologi, kata riddah atau murtad yang berarti keadaan mundur, kembali kebelakang.20

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “murtad adalah berbalik,

kafir, membuang Iman dan berganti menjadi ingkar. Sedangkan pemurtadan adalah proses, cara, perbuatan memurtadkan. 21

Al baqoroh 108

17

Ibid, h. 183

18

Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Dakwah,(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2003), Cet 1, h. 23

19

Nurul Badruttamam MA, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, Jakarta penerbit grafindo khazanah ilmu 2005, cet 1, h. 184

20

Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al Munawir, (Surabaya : Pustaka Progres, 1997), Cet 14, h. 486

21

Departemen Pendidikan Nasional Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), hal 765

108. Apakah kamu menghendaki untuk meminta kepada Rasul kamu seperti Bani Israil meminta kepada Musa pada jaman dahulu? Dan barangsiapa yang menukar iman dengan kekafiran, maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lurus.

Sayyid Sabiq dalam Fiqh Sunnah mengartikan “riddah atau murtad

adalah kembali atau murtad adalah kembali atau mundur dari jalan dimana dia datang.22

Menurut Hartono, “murtad adalah orang yang meninggalkan agama Islam kepada agama lain seperti Nasrani, Yahudi atau beralih kepada aliran yang bukan agama seperti Mulhid (mengingkari agama) dan komunisme atas keingginan sendiri.23

Untuk mengetahui beberapa indikasi seseorang dapat dikatakan murtad adalah sebagai berikut :

a. Mencaci Allah, Rasul dan Malaikat.

b. Mengingkari Rububiyyah (hanya Allah yang menciptakan dan memelihara alam semesta) atau huluhiyyah (hanya Allah yang berhak disembah), atau mengingkari risalah dari salah satu Rasul atau mempunyai keyakinan aka nada Nabi setelah Nabi Muhammad SAW.

22

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah II, (Beirut : Dar Al-Fiqr,1983), Cet ke 4, h. 381

23

Hartono Ahmad Jaiz, Ada Pemurtadan di IAIN (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar,2002), Cet ke 3, h. 155

21

c. Mengingkari salah satu hal yang telah diwajibkan seperti shalat, zakat, puasa, haji, dan berbuat baik kepada kedua orang tua, jihad dan sebagainya

d. Membolehkan segala macam yang telah diharamkan oleh agama seperti meminum-minuman keras, mencuri, membunuh dan sihir.

e. Mengingkari salah satu surat, ayat atau huruf dalam Al Qur’an. f. Mengingkari salah satu sifat Allah, seperti sifat Maha

Mengetahui Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Penyayang.

g. Meremehkan ajaran agama Islam, melempari Al Qur’an dengan

kotoran, Menginjak untu merendahkannya.

h. Memiliki keyakinan bahwa tidak ada kebangkitan setelah kematian dan tidak ada siksa dan nikmat kubur dan nikmat dan siksa pada hari kiamat.24

Dalam Ensiklopedia Islam Indonesia, murtad adalah orang yang melakukan riddah. Riddah makna aslinya adalah kembali ke tempat atau jalan semula. Namun kemudian, istilah ini dalam penggunaannya lebih banyak dikhususkan untuk pengertian kembali atau keluarnya seseorang dari agama Islam kepada kekufuran atau pindah kepada agama selain Islam. Dari pengertian riddah ini, dapat diartikan tentanng pengertian murtad yaitu keluar, berbalik dar keyakinan terhadap ajaran islam kepada

24

keyakinan diluar islam, sehingga menyembah selain Allah, atau orang islam keluar dari agama (Islam) yang dianutnya kemudian pindah (memeluk) agama lain atau sama sekali tidak beragama.25

Sedangkan pemurtadan adalah perbuatan mengajak orang lain untuk keluar dan berpindah keyakinan selain Islam. Perpindahan agama dari agama lian menjadi seseorang muslim merupakan suatu yang diharapkan, sebaliknya seseorang yang keluar dari Islam dilarang keras oleh syariat Islam. Meskipun demikian, penghukuman terhadap mereka yang keluar dari Islam jarang dilakukan.26

Berdasarkan fakta dilapangan, gerakan pemurtadan melalui kristenisasi semakin gencar dilakukan oleh kaum misionarisdan tak ada hentinya sampai mereka berhasil menjadikan agama mereka agama mayoritas yang dipeluk oleh penduduk warga Indonesia. Adapun strategi dan rencana pokok misionaris adalah bagaimana mereka memurtadkan orang-orang Islam untuk masuk ke agama Kristen, menjauhkan umat islam dari ajarannya dengan cara merusak akhlak, membuat ragu terhadap ajaran islam. Strategi selanjutnya adalah menghancurkan persatuan khususnya umat Islam yakni dengan membuat agama palsu dan strategi multiplikasi rohani yaitu memenangkan, membina dan melatih kemudian mengutus untuk melakukan pemurtadan.27

25

Harun Nasution, Ketua Tim, Ensiklopedia Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1992),h. 696

26

Ibid, h. 696

27

Tim FAKTA, Senjata Menghadapi Pemurtadan Berkedok Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2002),cet ke1,h.9

23

Karena banyaknya gerakan pemurtadan yang terjadi, khususnya di Negara Indonesia dimana agama sebagai solusi yang dapat ditempuh,

khususnya bagi para da’I dan organisasi yang bergerak dibidang dakwah, adalah:

1. Pemantapan dan pemahaman Islam secara kaffah (menyeluruh)

2. Memperkuat dan menjalin ukhuwah islamiyah demi tercapainya umat yang istiqamah

3. Memahami Kristologi (ilmu tentang Kristen) sebagai bekal dalam berdakwah

4. Kerjasama dengan aparat hukum setempat untuk menyelesaikan kasus Kristenisasi

5. Membantu korban pemurtadan agar kembali pada ajaran Islam

6. Mensyiarkan atau menyemarakan kegiatan-kegiatan ke Islaman di berbagai tempat

Itu semua dilakukan adalah sematamata sebagai sikap reaktif terhadap gerakan kristenisasi yang sangat gencar dlakukan. Maka peran lembaga dakwah ataupun organisasi dakwah sangatlah urgen lebih meningkatkan serta memaksimalkan program-program yang efektif demi

menangkal gerakan pemurtadan. Khususnya para da’I yang dituntutuntuk

lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam menghadapi segala bentuk gerakan pemurtadan.28

28

Para ulama bersepakat bahwa, seseorang tidak dapat dinyatakan sebagai murtad (keluar agama Islam) kecuali memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) Berakal, karenanya tidak sah murtadnya orang gila. Sebab akal merupakan syarat kecakapan dalam melakukan suatu perbuatan

2) Telah mencapai usia baligh (dewasa), karenanya tidak sah murtadnya anak kecil yang belum mencapai usia mumayyis. Demikian menurut asy-Syafi’I

dan Abu Yusuf.

3) Dilakukan atas kehendak sendiri, karenanya tidak sah murtadnya orang yang dipaksa, sepanjang hatinya tetap teguh dalam keimanannya terhadap

Islam. Dalam hal ini, telah terjadi pada sahabat Nabi bernama „Amar Ibn

Yasir yang dipaksa untuk mengucapkan katakata kekufuran sehingga dia terpaksa mengucapkan kalimat itu.29

4) Orang itu telah mampu memahami kitab syar’I, yakin mengerti dan memahami apa yang ia ucapkan maupun yang ia lakukan. Sesorang yang baru masuk Islam, kemudian ia mengingkari hukum-hukum dalam Islam disebabkan bodoh (tidak tahu) meskipun ia berakal dan dewasa, maka ia tidak dapat dihukumi murtad (kafir).

Perlu dicantumkan karena kemampuan untuk memahami sesuatuyang abstrak dan sulit diukur, serta berbeda antara seseorang

dengan yang lainya. Maka syara’ menentukan patokan dasar sebagai

29Ibnu Abbas menjelaskan tetang paksaan terhadap’ Ammar ibn Yasir dengan jelas, lihat K.H Qomaruddin Shaleh, asbabun Nuzul, (Bandung:CV, Diponegoro,1999), h. 292-293

25

indikasi yang konkret (jelas) dalam menentukan seseorang telah berakal atau belum.30

b. Sejarah Gerakan Pemurtadan Dalam Islam

Berawal setelah diangkatnya Nabi Muhammad menjadi seorang Rasul, maka Rasulullah mulai berdakwah secara diam-diam yang dilakukan dilingkungannya sendiri seperti keluarga dan para sahabat. Setelah beberapa lama dakwah dilakukan maka turunlah perintah agar Nabi berdakwah dengan secara terang-terangan. Mula-mula ia mengundang dan menyeru para sahabat karibnya dari bani Abdul Muthalib, akan tetapi mereka semua menolak ajakan Nabi Kecuali Ali yang menerimanya.31

Setelah dakwah terang-terangan itu, pemimpin Quraisy mulai berusaha untuk menghalangi dakwah Rasulullah. Semakin bertambahnya jumlah pengikut Nabi semakin keras pula tantangan yang dilancarkan oleh kaum Quraisy. Menurut Ahmad Syalabi, ada lima faktor yang mendorong orang Quraisy menentang seruan islam itu 32.Pertama, mereka tidak dapat membedakan antara ke Nabian dan kekuasaan, mereka mengira bahwa tunduk seruan Nabi berati tunduk kepada kepemimpinan Bani Abdul Muthalib, yang terakhir ini mereka sangat tidak menginginkannya. Kedua, Nabi Muhammad menyerukan kesamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya, hal ini tidak setuju oleh kelas bangsawan Quraisy. Ketiga,

30

Nasrun Haroen, Ushul Fiqh I, (Jakarta: PT Logos, 2001), Hal 306

31

Muhammad Husein Haekal, sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta :Litera Antarnusa,1990), cet ke-12, h. 49

32

Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 1, (Jakarta : Pustaka Al-Husna, 1983), h. 87-90.

para pemimpin Quraisy tidak dapat menerima ajaran tentang kebangnkitan kembali dan pembalasan di akhirat. Keempat, taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berakar pada bangsa Arab. Keliama, pemahat dan penjual patung memandang islam sebagai penghalang rezeki. Serta banyak cara yang ditempuh para pemimpin Quraisy untuk mencegah dakwah Nabi Muhammad.

Setelah Nabi Muhammad wafat, terjadilah perseteruan antara kaum Muhajirin dan Anshor dimana masing-masing pihak tersebut bersikukuh untuk berhak menjadi pemimpin ummat Islam. Namun, dengan semangat ukhuwah islamiyah yang tinggi akhirnya Abu Bakar terpilih. Rupanya semangat keagamaan Abu Bkar mendapat penghargaan yang tinggi dari ummat islam,33 sehingga masing-masing pihak dapat menerimanya.

Keputusan ini atas inisiatif dan sikap Umar ra terhadap kaum yang

Dokumen terkait