• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Ikatan Dokter Indonesia

Dalam dokumen PENATAAN SISTEM PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN (Halaman 29-35)

Dari upaya pemecahan masalah, maka peran IDI sebagai Organisasi Profesi merupakan salah satu pemangku kepentingan yang memegang peran yang besar dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di era JKN ini, oleh karena itu IDI merasa terpanggil untuk ikut terlibat dalam upaya mengatasi permasalahan selama dua tahun berjalannya era JKN ini.

Sesuai dengan Visi dan Misi IDI tahun 2015 – 2018, maka IDI akan mengupayakan:

- menjaga kesehatan masyarakat

- profesionalisme para anggota IDI

- kesejahteraan para anggota IDI

Melihat visi dan misi dari IDI ini maka pemecahan masalah yang ada akan sesuai dengan konsep dasar Penataan Sistem Pelayanan Rujukan Kesehatan yang disusun IDI.

Dari berbagai permasalahan dan upaya pemecahan permasalahan sebagaimana telah di sebutkan diatas, maka divisi Penataan Sistem Pelayanan Rujukan Kesehatan menyoroti permasalahan system rujukan di era JKN ini dari sisi:

Man, Money, Machine, Material dan Method. Hal ini di lakukan oleh karena layaknya suatu system maka seluruh komponen-komponen 5 M tersebut terlibat dalam upaya penataannya.

Program IDI meliputi:

A. Upaya Penataan sistem itu sendiri, sebagai peran IDI dalam Tanggung Jawab Moral terhadap sistem yang di kembangkan agar tercipta kualitas pelayanan yang dapat dipertanggung jawabkan dari sisi Profesi Medis.

18 PENATAAN SISTEM PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN perlu dilibatkan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam pertemuan-pertemuan lintas sektoral baik di tingkat pusat maupun daerah propinsi/kabupaten kota, monitoring/evaluasi program pelaksanaan pelayanan kesehatan di era JKN ini oleh IDI Wilayah dan Cabang dan membuat laporan tentang permasalahan yang terjadi dan upaya penyelesaiannya. Tujuannya agar tercipta kualitas pelayanan yang diharapkan masyarakat, pemerintah dan institusi BPJS

C. Sebagai mana layaknya pelaksana pelayanan kedokteran yang harus dapat juga berperan sebagai seorang manajer maka sangat diharapkan para anggota IDI di Wilayah/Cabang dapat mengkoordinir laporan hasil monitoring dan evaluasi tersebut diatas dari Wilayah / Cabang secara periodic/berkala serta menindaklanjuti permasalahan-permasalahan yang terjadi (3 atau 6 bulanan)

D. Sinkronisasi kebijakan agar kualitas pelayanan yang lebih baik dengan system rujukan yang lebih tertata

UPAYA PENATAAN SISTEM

A. Man / Manusia: setiap dokter baik di FKTP maupun di FKTL harus lebih meningkatkan kemampuan profesionalismenya dalam hal ini :

- Attitude - Knowledge - Skill

Baik terhadap keilmuan nya maupun terhadap sikap dan perilaku dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Hal ini perlu dalam upaya peningkatan “trust“ pasien dan institusi, dan untuk mencegah “fraud“ .

Pelaksanaan pembinaan profesionalisme tersebut akan dilaksanakan berupa seminar ataupun symposium dimana setiap ada kegiatan tersebut harus ada presentasi yang bersifat pembinaan etik dan profesionalisme dokter di semua lini. Yang terlibat dalam elemen ini adalah Institusi Pendidikan, Perhimpunan, dan Asosiasi FASKES/PERSI, RS, BPJS.

Harapannya adalah dalam penyusunan regulasi juga tercantum adanya kewajiban Institusi2 tersebut berperan dalam pembinaan etik dan profesionalisme

B. IDI Money / Uang : dokter sebagai pelaksanan garda terdepan

dari pelaksanaan pelayanan kesehatan sebagai manusia biasa tentunya juga harus memperhatikan kehidupannya beserta keluarganya, demikianpun untuk meningkatkan kemampuannya

atau kompetensinya, semuanya ini memerlukan finasial

yang tentunya harus diperhatikan juga. Oleh karena upaya penyusunan remunerasi bagi dokter merupakan hal yang tidak bisa di tunda, harus seiring dengan upaya peningkatan kualitas

20 PENATAAN SISTEM PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN Upaya pembenahan system pentarifan INA CBG’s.

Yang terlibat pada elemen ini adalah Organisasi Profesi/ Perhimpunan, Pemerintah/KemKes, Manajemen FasKes (pemerintah, swasta)

Harapannya adalah adanya sistem remunerasi yang baku yang dapat di pakai oleh faskes dalam menghargai para dokter yang berprofesi di faskesnya baik pemerintah maupun swasta.

Ikut terlibat dalam penyusunan regulasi terutama masalah

INA CBG’s dan klasifikasi coding dan grouping kasus penyakit

(dalam Permenkes 27 tahun 2014) sangat berpengaruh terhadap tariff INA CBG’s

C. Machine/ alat kesehatan / logistic farmasi: setiap dokter dalam melaksanakan profesinya memerlukan alat bantu dalam upaya menegakkan diagnosis. Alat bantu ini berupa alat kesehatan / laboratorium /radiologi/ alkes lainnya harus dilengkapi agar mutu dan keselamatan pasien dapat dipertanggung jawabkan dalam pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

Yang terlibat pada elemen ini adalah Pemerintah/Kemkes, Pemerintah Daerah, Organisasi Profesi/Perhimpunan sebagai pengguna alat tersebut.

Harapannya adalah seluruh kelengkapan alat kesehatan serta kebutuhan logistik farmasi dapat terpenuhi sesuai dengan

klasifikasi rumah sakit dimana pemeriksaan dan tindakan dapat

dilakukan.

Organisasi Profesi terlibat juga dalam penyusunan regulasi kebutuhan sesuai dengan keilmuan masing-masing

D. Material / kelengkapan sarana-prasarana dan penentuan

unggulan FKRTL (sistem kelas, regionalisasi)

Yang terlibat pada elemen ini adalah: pemilik faskes: Pemerintah / swasta, PERSI.

Senantiasa koordinasi dengan lintas sektor baik tingkat pusat maupun daerah

Harapannya sarana dan prasarana dapat dilengkapi agar para dokter dapat bekerja dengan aman dan tenteram, tidak diiringi dengan kecemasan oleh karena sarana dan prasarana yang kurang memadai.

E. Methode/management :

- pemahaman terhadap tatakelola klinik FKTP – FKRTL.

- membuat jejaring pelayanan kesehatan dengan rs sekitar

swasta maupun pemerintah. - perlu verikator tenaga medis.

- penyusunan clinical pathway.

Senatiasa ikut terlibat dalam pertemuan-pertemuan untuk penyusunan regulasi

Yang terlibat pada elemen ini adalah Organisasi Profesi, Institusi Pendidikan/FK, BPJS, FASKES, PERSI.

Harapannya adalah adanya regulasi-regulasi dimana peran IDI lebih domain terutama terhadap masalah teknis medis, misalnya pada PMK, Peraturan BPJS,

Pelaksanaannya adalah berupa seminar, symposium untuk pemberian pemahaman terhadap tatakelola klinik, penyusunan clinical pathway, panduan praktis klinik.

Pembinaan Dan Pengawasan Sistem Rujukan Berjenjang, dilakukan oleh :

- Ka Dinkes Kab/Kota dan organisasi profesi bertanggung

22 PENATAAN SISTEM PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN - Ka Dinkes provinsi dan organisasi profesi bertanggung jawab

atas pembinaan dan pengawasan rujukan pada pelayanan kesehatan tingkat kedua.

- Menteri bertanggung jawab atas pembinaan dan pengawasan rujukan pada pelayanan kesehatan tertier

Peran Organisasi Profesi / IDI :

A. Secara proaktif terlibat dalam pertemuan-pertemuan lintas

sektoral baik di tingkat pusat maupun daerah propinsi/ kabupaten kota, monitoring/evaluasi program pelaksanaan pelayanan kesehatan di era JKN ini oleh IDI Wilayah dan Cabang dan membuat laporan tentang permasalahan yang terjadi dan upaya penyelesaiannya.

B. Mengkoordinir laporan hasil monev dari wilayah secara

periodik/berkala, serta menindaklanjuti permasalahan2 yang ada (3 bulan atau 6 bulan )

C. Sinkronisasi kebijakan. Mengupayakan kualitas pelayanan yang lebih baik dengan Penataan Sistem Rujukan Kesehatan. Dalam hal ini peran IDI ikut terlibat dalam penataan kebijakan yang lebih fokus pada kualitas pelayanan seperti yang diharapkan masyarakat. Peran dalam membangun triple partnership antara Pemerintah, BPJS dan Faskes, agar tercipta sinkronisasi kebijakan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan rujukan.

D. Meningkatkan kesejahteraan profesi dokter dan advokasi pemerintah untuk memberikan penghargaan bagi profesi dokter dan sistem JKN yang berkeadilan.

Dalam dokumen PENATAAN SISTEM PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN (Halaman 29-35)

Dokumen terkait