• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Studi Teknik Informatika, Jurusan Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana

email: aasagungistri.candra@cs.unud.ac.id

1

, made_widhi@cs.unud.ac.id

2

ABSTRAK

Hampir setiap saat terjadi komunikasi atau pertukaran data pada berbagai bidang, seperti pendidikan, pemerintahan, dan industri atau perusahaan. Untuk dapat saling melakukan pertukaran data, maka dalam jaringan komputer membutuhkan proses routing sebagai penentu jalur komunikasi data dari sumber hingga sampai ke tujuan. Untuk dapat memberikan kinerja yang baik, protokol routing yang tepat sangat diperlukan dalam proses routing. Terdapat beberapa jenis protokol yang digunakan dalam proses routing. Protokol yang sering digunakan adalah Routing Information Protocol (RIP) dan Open Shortets Path First (OSPF). RIP merupakan protokol routing distance vector yang memberikan pemilihan rute berdasarkan jalur terpendek yang dilalui. OSPF merupakan protokol routing link state yang memiliki titik berat pada kinerja prosessor, kebutuhan bandwidth, dan kebutuhan memori.

Hal yang diperhatikan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan kinerja RIP dan OSPF berdasarkan nilai Round Trip Time (RTT) dari utilitas ping.

Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa pada jaringan dengan kecepatan link yang sama, kinerja RIP lebih baik dibandingkan dengan OSPF, dimana selisih nilai round trip time (RTT) adalah 9 ms. Selain itu, tidak ada perbedaan jumlah hop yang terjadi pada jaringan dengan RIP ataupun dengan OSPF karena jumlah hop yang dilalui dari satu host ke host lainnya adalah 2.

Kata Kunci: Routing, Routing Information Protocol, Open Shortest Path First, Round Trip Time

ABSTRACT

Almost of any time, occur data communication or data exchange on various sector, such as educatin, giverment, or industry. In order to communicate, computer network need routing process as determinants track of data communication from source to destination. Routing process need good protocol routing so that can give the best performance of routing. There are some routing protocol such as Information Protocol (RIP) and Open Shortets Path First (OSPF). RIP is routing protocol based distance vector algoritm that provide the best route with shortest path . OSPF is link state routing protocol that have focus on processor performance, bandwidth requirement, and memory requirement.

Point of this experiment is to find out performance comparison of RIP and OSPF based Round Trip Time (RTT) value on ping ulitity.

From the research, RIP performance is better than OSPF, if link speed on network is same. Other that, nothing difference of hop number on network based RIP or OSPF.

Jurnal Elektronik Ilmu Komputer - Universitas Udayana JELIKU Vol 2 No. 3 Agustus 2013

111

1.

Pendahuluan

Teknologi informasi merupakan salah satu kebutuhan pada saat ini. Hampir setiap saat terjadi komunikasi atau pertukaran data pada berbagai bidang, seperti pendidikan, pemerintahan, dan industri atau perusahaan. Untuk dapat saling melakukan pertukaran data, maka dalam jaringan komputer membutuhkan proses routing sebagai penentu jalur komunikasi data dari sumber hingga sampai ke tujuan.

Terdapat dua jenis proses routing, yaitu static routing, dan dynamic routing. Static routing merupakan proses routing dengan rute atau jalur yang telah ditentukan oleh administrator. Sedangkan dynamic routing merupakan proses routing secara otomatis oleh router.

RIP merupakan protokol routing yang menggunakan algoritma distance vector yang menemukan jalur pencarian terbaik dengan nilai jarak. Jalur dengan jarak hop yang paling sedikit ke network yang dituju akan menjadi jalur terbaik. Sedangkan OSPF menggunakan algoritma link state, dimana setiap router akan mengumpulkan seluruh informasi tentang router yang terhubung. Nilai yang paling efisien yang akan diambil sebagai jalur dan dimasukkan ke dalam tabel routing.

Penentuan metode routing sangat diperlukan dalam komunikasi data, dimana pemilihan metode tersebut dapat meningkatkan kinerja dari jaringan. Pemilihan metode yang tepat dapat dilakukan dengan membandingkan RIP dan OSPF berdasarkan nilai Round Trip Time (RTT) dari utilitas ping.

2.

Kajian Pustaka

2.1 Routing

Routing merupakan proses dimana sesuatu dibawa dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Selain itu, routing adalah proses untuk menemukan rute dari sumber ke tujuan.

Untuk dapat melakukan proses routing, maka diperlukan komponen yang disebut dengan router. Router adalah salah satu komponen dalam jaringan komputer yang mampu melewatkan data melalui sebuah jaringan dengan menggunakan proses routing[5].

Router berfungsi sebagai penghubung antara dua atau lebih network yang berbeda. Router juga digunakan untuk membagi network yang besar menjadi beberapa buah subnetwork (network- network yang lebih kecil).

Router memiliki tabel routing yang digunakan sebagai dasar dalam pencarian jalur pengiriman paket data. Router akan mencari jalur terbaik menurut aturan yang dimilikinya. Walaupun pemilihan jalur terbaik dalam proses routing

memiliki aturan yang berbeda, namun jalur yang dipilih dinilai sama baiknya.

2.2 Dynamic routing

Dynamic routing merupakan proses routing yang melakukan pengisian data forwarding table secara otomatis[2]. Routing dinamis mengacu pada dua tipe algoritma yang dikenalkan oleh Bellman Ford dengan algoritma distance vector, dan oleh Djikstra dengan algoritma link state.

Dynamic routing menggunakan nilai metric untuk menentukan jalur pencarian terbaiknya, dimana nilai metric memiliki beberapa parameter. Parameter yang dapat digunakan untuk menghasilkan sebuah nilai metric adalah :

Hop count, dimana perhitungan berdasarkan banyaknya router yang dilewati dalam pengiriman paket data.

Ticks, dimana perhitungan berdasarkan waktu yang diuperlukan.

Cost, dimana perhitungan berdasarkan perbandingan sebuah nilai standar dengan bandwidth yang tersedia.

Composite metric, berdasarkan hasil perhitungan dari parameter-parameter yaitu bandwidth, delay, load, reability.

Keunggulan dynamic routing adalah lebih mudah dikelola, dapat beradaptasi dengan perubahan kondisi jaringan, dan rute ditentukan berdasarkan informasi dari router lainnya. Sedangkan kelemahannya adalah memerlukan banyak bandwidth karena setiap adanya perubahan node, secara otomatis membangkitkan trafik route untuk memberikan informasi perubahan rute ke masing-masing router[2].

2.3RIP

Routing Information Protocol (RIP) merupakan protokol routing yang menggunakan algoritma distance vector. Dalam pemilihan jalur terbaik, ditentukan denggan menghitung jumlah hop (count hop) sebagai routing metric. Setiap hop di jalan dari sumber ke tujuan diberikan sebuah nilai hop, yang biasanya bernilai 1.

Untuk jaringan yang sangat kecil, batas untuk jaringan dengan pencarian jalur ke tujuan, maksimal lompatan sebanyak 15 kali[7]. Selain itu, tiap RIP router saling bertukar informasi routing setiap 30 detik.

RIP pertama kali didefinisikan dalam RFC 1058 (1988). Protokol RIP telah dikembangkan beberapa kali, hingga tercipta RIP versi 2 (RFC 2453). RIP juga telah diadaptasikan untuk digunakan dalam jaringan IPv6, yang dikenal dengan RIPng (Next Generation/RIP generasi

Jurnal Elektronik Ilmu Komputer - Universitas Udayana JELIKU Vol 2 No. 3 Agustus 2013

112 berikutnya) dan didefinisikan dalam RFC 2080 (1997).

RIP mengirimkan pesan routing update secara periodik dan ketika terjadi perubahan topologi jaringan. Ketika router menerima pembaharuan routing, maka akan terjadi perubahan pada tabel routingnya, dimana perubahan itu mencerminkan perubahan jalur yang baru. RIP hanya mempertahankan rute terbaik (rute dengan nilai metric terkecil) untuk sampai ke tujuan. Setelah memperbaiki tabel routing, router akan segera menginformasikan update routing ke router lainnya.

Cara kerja RIP dapat dijelaskan sebagai berikut :

Host mendengarkan pada alamat broadcast jika ada update roouting dari gateway. Selanjutnya host akan memeriksa terdahulu tabel routing local yang dimilikinya. Jika rute belum ada, infromasi akan segera dimasukkan ke tabel routing. Akan tetapi jika routing sudah ada, metric yang terkecil akan diambil sebagi acuan. Rute melalui suatu gateway akan dihapus jika tidak ada update dari gateway tersebut dalam waktu tertentu. Khusus untuk gateway, RIP akan mengirimkan update routing pada alamat broadcat di setiap network yang terhubung.

Apapun kelebihan yang dimiliki RIP adalah metode Triggered Update yang dimilikinya. RIP memiliki timer untuk mengetahui kapan router harus kembali memberikan infromasi routing. Jika terjadi perubahan pada jaringan, sementara timer belum habis, maka router akan tetap harus mengirimkan informasi routing karena dipicu oleh triggered update.

Sedangkan kelemahan RIP adalah sebagai berikut :

 Terbatasnya diameter network, dimana RIP hanya bisa menerima metric hingga 15 kali.  Konvergensi yang lambat, karena metode yang

RIP miliki tidaklah efisien untuk menghapus entry tabel yang bermasalah.

 Tidak bisa membedakan network masking lebih dari /24, dimana hal ini terjadi pada RIP versi 1.

 Jumlah host yang terbatas.

 RIP tidak memiliki informasi tentang subnet di setiap route.

 RIP tidak mendukung Variable Length Subnet Masking (VLSM)

2.4OSPF

OSPF merupakan protokol routing berbasis link state dengan menggunakan Shortest Path First. OSPF menggunakan prinsip multipath (multi path protokol), dimana OSPF dapat mempelajari

berbagai rute dan memilih lebih dari satu rute ke host tujuan.

Pemilihan jalur pencarian terbaik menggunakan perhitungan cost sebagai routing metric. Nilai cost didefinisikan sebagai berikut[5] :

Cost =

Semakin cepat link dalam jaringan, maka semakin rendah nilai cost pada link tersebut.

Setiap OSPF router mempunyai database yang identik yang mengggambarkan topologi suatu Autonomous System. Dari database ini, perhitungan Shortest Path First dilakukan utuk membentuk tabel routing.

OSPF memungkinkan beberapa jaringan untuk dikelompokkan bersama. Dimana kelompok- kelompoknya dinamakan dengan area. Dengan menggunakan konsep area ini, maka penyebaran informasinya menjadi lebih teratur dan tersegmentasi.

Network OSPF harus memiliki sebuah area khusus yang disebut dengan Area 0 atau backbone area, dimana area lain yang terdapat di jaringan tersebut harus terkoneksi dengan area 0[3]. Semua traffic dari area lain akan melalui area 0, sehingga area 0 harus menyediakan bandwidth yang cukup besar untuk melayani semua traffic dari area lain.

Kemudian setiap router yang berada dalam Area 0 akan memiliki satu area, yang meliputi seluruh perangkat yang terhubung dengan router tersebut. Misalkan dalam Area 0 terdapat 2 (dua) buah router, yaitu router A dan router B. Maka seluruh router atau perangkat lain yang terhubung dengan router A akan membentuk 1 area. Begitu pula dengan perangkat lain yang terhubung dengan router B, juga membentuk satu area. Sehingga, jika suatu jaringan yang Area 0-nya memiliki 2 (dua) router, maka jaringan tersebut terpecah menjadi 3 area OSPF.

Terdapat tiga buah tabel yang terdapat dalam proses routing[5]. Ketiga tabel ini dimiliki oleh setiap router. Adapun tabel tersebut adalah :  Adjecency Table, dimana database ini berisi

daftar semua router tetangga.

Topological table, dimana database ini berisi seluruh informasi tentang router yang berada dalam satu area.

Routing table (Forwarding database), dimana database ini berisi cost terendah untuk mencapai router lainnya.

OSPF memiliki kelebihan dari segi waktu, dimana waktu yang diperlukan untuk konvergen lebih cepat dan cocok digunakan dalam jaringan berskala besar.

Sedangakn kekurangan dari OSPF adalah membutuhkan basis data yang besar dan rumit.

Jurnal Elektronik Ilmu Komputer - Universitas Udayana JELIKU Vol 2 No. 3 Agustus 2013

113

2.5Ping

Ping atau Paket Internte Gropher merupakan sebuah pengujian yang digunakan untuk memeriksa konektivitas jaringan yang berbasis Transmission Control Protocol/Internet Protocol (TCP/IP)[3]. Pemeriksaan konektivitas ini dilakukan dengan mengirimkan sebuah paket Internet Control message Protocol (ICMP) ke alamat IP/host tujuan dan menunggu respon dari IP/host tujuan.

Dengan menggunakan pengujian ping, dapat diuji apakah sebuah komputer atau perangkat jaringan terhubung dengan perangakt lainnya. Hasil dari pengujian ini adalah berupa statistik keadaan koneksi. Kualitas koneksi dapat dilihat dari nilai Round Trip Time (RTT) yaitu waktu yang dibutuhkan oleh paket ICMP dari paket tersebut dikirim hingga IP/host tujuan meresponnya, serta besar packet loss, yaitu jumlah paket yang hilang pada saat pengiriman. Semakin kecil nilai dari RTT dan packet loss, maka kualitas koneksi akan semakin baik[3].

Selain perbandingan nilai RTT, diperlukan juga standar deviasi atau simpanagn baku dimana digunakan untuk mengukur bagaimana nilai-nilai data tersebar. Adapaun rumus dari standar deviasi adalah sebagai berikut[1]:

Dimana y merupakan nilai sampel dan n merupakan jumlah sampel.

Nilai standar deviasi yang semakin kecil menunjukkan tingkat penyebaran data yang semakin baik. Nilai deviasi yang baik memenuhi kriteria penerimaan yaitu lebih kecil 2% dari nilai variant[6].

3.

Metode Penelitian

Metode penelitan menggunakan tahapan- tahapan sebagai berikut, yaitu perumusan masalah, studi literature, analisis dan perancangan sistem, implementasi sistem, pengujian dan evaluasi, serta pengambilan data dan analsis kesimpulan.

Pada tahap implementasi sistem, dilakukan dengan simulasi jaringan menggunakan Packet Tracer. Model jaringan menggunakan topologi mesh dengan 4 buah router dan 8 buah PC. Network yang terbagi menjadi 4 buah network dan setiap network terdapat 2 buah PC sebagai host.

Berikut ini adalah gambar rancangan penelitian :

Gambar 1. Rancangan sistem

Sedangkan pada tahap pengujian dilakukan dengan mengirimkan paket data, berupa pengujian ping ke masing-masing network tujuan sebanyak 15 kali.

Untuk tahapan pengambilan data dilakukan dengan mencatat nilai RTT dan selanjutnya membandingkan nilai RTT dari masing-masing protokol routing.

4.

4. Hasil dan Pembahasan

Pengujian dibagi menjadi dua tahapan, yaitu pengujian dengan menggunakan protokol RIP, dan pengujian dengan menggunakan protokol OSPF. Tabel 1. Hasil pengujian RIP

No Netwrok Source Network Destinati on RTT (ms) Hop 1 10.1.0.0 10.2.0.0 24 2 2 10.1.0.0 10.3.0.0 18 2 3 10.1.0.0 10.4.0.0 20 2 4 10.2.0.0 10.1.0.0 20 2 5 10.2.0.0 10.3.0.0 28 2 6 10.2.0.0 10.4.0.0 17 2 7 10.3.0.0 10.1.0.0 22 2 8 10.3.0.0 10.2.0.0 26 2 9 10.3.0.0 10.4.0.0 30 2 10 10.4.0.0 10.1.0.0 16 2 11 10.4.0.0 10.2.0.0 15 2 12 10.4.0.0 10.3.0.0 27 2 RATA-RATA 22 2

Data pada tabel 1 menunjukkan bahwa rata- rata nilai RTT pada jaringan dengan menggunakan RIP adalah 22 ms dengan rata-rata jumlah hop adalah 2. Data tersebut dapat diartikan bahwa waktu pulang pergi paket data yang dikirim dari network source ke network destination yang diperlukan memerlukan waktu 22 ms dengan melewati 2 router.

Jurnal Elektronik Ilmu Komputer - Universitas Udayana JELIKU Vol 2 No. 3 Agustus 2013

114 Tabel 2. Hasil pengujian OSPF

No Netwrok Source Network Destinati on RTT (ms) Hop 1 10.1.0.0 10.2.0.0 30 2 2 10.1.0.0 10.3.0.0 29 2 3 10.1.0.0 10.4.0.0 35 2 4 10.2.0.0 10.1.0.0 35 2 5 10.2.0.0 10.3.0.0 25 2 6 10.2.0.0 10.4.0.0 31 2 7 10.3.0.0 10.1.0.0 38 2 8 10.3.0.0 10.2.0.0 28 2 9 10.3.0.0 10.4.0.0 27 2 10 10.4.0.0 10.1.0.0 29 2 11 10.4.0.0 10.2.0.0 36 2 12 10.4.0.0 10.3.0.0 28 2 RATA-RATA 31 2

Data pada tabel 2 menunjukkan bahwa rata- rata nilai RTT pada jaringan dengan menggunakan OSPF adalah 31 ms dengan rata-rata jumlah hop adalah 2. Data tersebut dapat diartikan bahwa waktu pulang pergi paket data yang dikirim dari network source ke network destination yang diperlukan memerlukan waktu 31 ms dengan melewati 2 router.

Dari tabel 1 dan tabel 2 dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan nilai RTT ketika menggunakan OSPF, walaupun jumlah hop yang dilalui tetap sama. Hal ini dapat disebabkan karena pada OSPF, proses kalkulasi pembuatan tabel routing yang meliputi penghitungan cost sebagai routing metricnya lebih rumit daripada RIP yang hanya menggunakan jumlah hop sebagai routing metric. Pada jaringan dengan jenis dan kecepatan link yang sama, RIP memiliki nilai RTT lebih kecil daripada OSPF.

Sedangkan untuk stabilitas protokol dapat juga ditunjukkan dengan standar deviasi. Adapun nilai dari standar deviasi RIP dan OSPF adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Nilai deviasi

RIP OSPF

23 35

Dari table 3 didapatkan bahwa nilai standar deviasi dari protokol RIP adalah 23ms, sedangkan nilai standar deviasi dari protokol OSPF adalah 35ms.

5.

Kesimpulan

Dari penelitian yang dipaparkan, dapat disimpilkan bahwa :

1. Nilai RTT pada routing menggunakan RIP lebih kecil dibandingkan dengan routing menggunakan OSPF dengan selisih 9 ms.

2. Tidak ada perubahan jumlah hop yang dilalui, baik pada routing dengan RIP ataupun OSPF. 3. Pada jaringan dengan kecepatan link yang

sama, RIP dapat bekerja lebih baik dibandingkan dengan OSPF.

4. Stabilitas pada protokol RIP lebih besar dibandingkan dengan protokol OSPF dengan selisih 9 ms.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Devi, Kadek Frisca Ayu. (2013). Analisis Portofolio Saham LQ45 Menggunakan Fungsi Utilitas Kuadratik. E-Jurnal Matematka Vol 2 No. 1, Januari 2013

[2] Edi, Dodo. (2006). Kajian Algorima Routing Dalam Jaringan Komputer. Jurnal Informatika UKM, Volume II Nomor 3, Juni 2006.

[3] Fitriana, Nur. (2012). Kajian Kinerja Jaringan. Jurnal Utilitas Network, November 2012. [4] Silk M, Lady & Suhardi. (2011). Pengaruh

Model Jaringan Terhadap Optimasi Routing Open Shortest Path First (OSPF). Jurnal Teknologi Volume 1 No 2. Juli 2011

[5] Sofana, Iwan. (2012). Cisco CCNP dan Jaringan Komputer (materi Router, Switch, dan Troubleshooting). Informatika. Bandung. [6] Oktvia, Erina. (2006). Teknik Validasi Metode

Analisis Kadar Ketoprofen Secara Krematografi Cair Kinerja Tinggi. Buletin Teknik Pertanian Vol. II No.1 2006

[7] Wijaya, Kadek Chandra Tresna. (2013). Analisis Kinerja RIP (Routing Information Protocol) untuk Optimalisasi Jalur Routing. Jurnal Elektronik Ilmu Komputer Universitas Udayana, Volume 1 No 1 Agustus 2013