• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program dan Kegiatan di Tingkat Kabupaten Pemahaman tentang COREMAP

COREMAP DAN IMPLEMENTASINYA

3.1. P ELAKSANAAN COREMAP

3.1.1. Program dan Kegiatan di Tingkat Kabupaten Pemahaman tentang COREMAP

Langkah awal keberhasilan dari pelaksanaan COREMAP ditentukan oleh pemahaman pejabat dan/atau pengelola COREMAP. Pemahaman ini sangat diperlukan, mengingat program ini diinisiasi dan dikeluarkan oleh pemerintah pusat dengan leading instutusi adalah Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP). Keadaan ini mengindikasikan bahwa konsep dasar COREMAP, proses dan mekanisme pelaksanaan program mengacu pada ketentuan dari pusat dengan berbagai modifikasi, disesuaikan dengan potensi, kebutuhan dan aspirasi daerah dan masyarakat di masing-masing daerah.

Hasil kajian mengungkapkan bahwa pemahaman pejabat dan pengelola COREMAP di Kabupaten Natuna masih terbatas pada tujuan umum dari COREMAP, yaitu: penyelamatan terumbu karang. Namun pengetahuan tentang tujuan program ini belum sepenuhnya diikuti dengan pemahaman tentang konsep COREMAP dan bagaimana konsep tersebut diimplementasikan. Pemahaman tentang pengelolaan berbasis masyarakat, pendekatan partisipatif yang digunakan, proses dan mekanisme pelaksanaan masih minim.

Di Kabupaten Natuna, pelaksanaan COREMAP masih sangat tergantung pada pengelolaan COREMAP di tingkat pusat. Keadaan ini digambarkan dari sebagian besar kegiatan masih didasarkan pada dan menunggu pelaksanaan dari tingkat pusat. Pelaksanaan program

juga sangat tergantung pada turunnya anggaran dari pusat, meskipun sesuai dengan ketentuan, pemerintah daerah juga mengalokasikan dana untuk implementasi COREMAP. Karena itu kegiatan-kegiatan COREMAP terkonsentrasi pada bulan-bulan tertentu saja, yaitu: setelah turunnya anggaran pada pertengahan – akhir tahun anggaran. Pelaksanaan COREMAP dilapangan didasarkan pada pengelolaan berbasis masyarakat. Hasil kajian menggambarkan bahwa setelah tiga tahun pelaksanaan COREMAP di kawasan Pulau Tiga, masyarakat belum terlibat aktif dalam kegiatan COREMAP. Keadaan ini diindikasikan dari kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan sebagian besar masih dilakukan oleh pengelola di tingkat kabupaten. Kegiatan tersebut mencakup penyediaan dan pembuatan sarana yang diperlukan (seperti: pondok informasi, kapal/pompong dan perlengkapan patroli), dan kegiatan yang berkaitan dengan ekonomi, seperti rumponisasi dan keramba jaring tangkap. Dengan demikian keterlibatan masyarakat masih sangat minim, padahal dalam konsep program tersebut, masyarakat menjadi subjek dari kegiatan COREMAP di lapangan.

Gambaran ini mengindikasikan bahwa pelaksanaan COREMAP masih bersifat proyek pemerintah, yang diturunkan dari pemerintah pusat (DKP). Kegiatan COREMAP masih merupakan kepanjangan dari kegiatan pusat, dengan menggunakan prosedur seperti proyek pemerintah lainnya, termasuk administrasi dan keuangan. Dengan demikian, KPA mempunyai peran yang besar dalam pelaksanaan proyek COREMAP di tingkat kabupaten.

Dominasi KPA dan Minimnya Peran Komponen dalam Pelaksanaan COREMAP

Dari hasil kajian terungkap bahwa pelaksanaan kegiatan COREMAP di Kabupaten Natuna didominasi oleh KPA. Peran KPA, terutama pemegang komitmen, sangat besar, bukan hanya dalam pengelolaan dana/keuangan COREMAP, melainkan juga dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh komponen-komponen COREMAP. Selama ini sebagian besar kegiatan dikelola

dan sangat ditentukan oleh KPA. Keadaan ini berlaku tidak hanya di tingkat kabupaten melainkan juga pelaksanaan di lokasi COREMAP, kawasan Pulau Tiga.

Keadaan ini menggambarkan bahwa peran komponen-komponen COREMAP, termasuk PA, CBM, MCS dan CRITC dalam pelaksanaan COREMAP masih sangat terbatas. Selama ini keterlibatan komponen masih sangat minim dalam pelaksanaan kegiatan COREMAP. Gambaran tersebut diungkapkan oleh wakil-wakil komponen, bahkan mereka tidak mengetahui secara jelas mengenai kegiatan komponen yang menjadi tugas dan kewajibannya. Sebagai contoh, wakil dari komponen MCS, mempertanyakan kegiatan MSC yang telah dilakukan, demikian juga dengan wakil dari komponen CBM juga tidak jelas mengenai kegiatan CBM, baik di tingkat kabupaten maupun di lokasi COREMAP.

Kondisi ini berkaitan erat dengan dua alasan. Pertama, koordinasi dan kerjasama antara KPA/pengelola COREMAP dengan komponen-komponen masih terbatas. Hal ini dicerminkan dari minimnya komunikasi dan pertemuan pemgelola dan komponen-komponen, sehingga informasi yang diterima komponen juga terbatas. Ke dua, personil-personil yang menangani kegiatan COREMAP, ketua/anggota PMU/PIU/komponen, mengalami pergantian sesuai dengan perubahan/perpindahan jabatan/tempat para personil tersebut. Akibatnya, ketua/anggota yang baru belum mengatahui dan memahami sepenuhnya tentang COREMAP.

Keterlibatan Stakeholders Pendukung

Berbeda dengan komponen-komponen COREMAP, stakeholders pendukung, seperti LP2ES dan pihak ke tiga/kontraktor, mempunyai keterlibatan yang lebih besar dalam pelaksanaan kegiatan COREMAP. LP2ES merupakan LSM yang mendapat kontrak dari COREMAP Kabupaten Natuna untuk melakukan kegiatan sosialisasi, pelatihan dan pendampingan masyarakat di lokasi. LP2ES mulai terlibat sejak tahun 2004, yaitu pembentukan kelompok masyarakat (Pokmas) di Desa Sabang Mawang yang menjadi lokasi pertama COREMAP di

kawasan karang Pulau Tiga. Kegiatan tersebut berlanjut di Desa Pulau Tiga dan Sededap. LP2ES juga menjadi fasilitator lapangan yang bertugas membimbing pokmas dan masyarakat dalam pengembangan kegiatan COREMAP.

Dalam pelaksanaannya, LP2ES berkoordinasi dan bekerjasama dengan pengelola COREMAP di tingkat Kabupaten, terutama KPA. Namun koordinasi dan kerjasama ini belum optimal, dicerminkan dari beberapa kegiatan yang dilakukan KPA di kecamatan Pulau Tiga, tidak dikoordinasikan dan diinformasikan pada LSM tersebut, melainkan langsung berhubungan dengan LPSTK, terutama ketua. Akibatnya, fasilitator lapangan yang berasal dari LP2ES tersebut tidak mengetahui kegiatan, seperti: adanya pelatihan pembuatan bakso, kegiatan rumponisasi dan keramba jaring tangkap. Padahal, sebagai fasilitator lapangan, beliau seharusnya mengetahui semua kegiatan, karena banyak pertanyaan dari anggota Pokmas dan masyarakat pada fasilitator tentang kegiatan-kegiatan yang berlangsung di lokasi.

Sedangkan keterlibatan pihak ke tiga berkaitan erat dengan kegiatan-kegiatan COREMAP yang dikontrakan pada pigak ke tiga, khususnya kontraktor. Pihak ke tiga terutama bekerjasama dengan KPA dengan waktu yang terbatas sesuai dengan kontrak. Dengan demikian pihak ke tiga yang terlibat bervariasi sesuai dengan kegiatan yang sedang dilakukan, termasuk penyediaan/pengadaan, pembangunan dan kegiatan ekonomi. Sebagai contoh penyediaan/pengadaan perlengkapan kapal/pompong patroli, seperti: GPS, kompas, teropong, radio; pembangunan pondok informasi; keramba jaring tangkap dan pembuatan dan pemasangan rumpon di kawasan Pulau Tiga.