• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2. Rehabilitasi jantung

2.3. Program latihan aktivitas fisik rehabilitasi jantung fase I

2.3.1. Latihan aktivitas fisik rehabilitasi jantung fase I

Program latihan aktivitas fisik dapat dilakukan setelah 48 jam

setelah gangguan jantung sepanjang tidak terdapat kontraindikasi. Program latihan aktivitas fisik rehabilitatif bagi penderita gangguan jantung bertujuan untuk mengoptimalkan kapasitas fisik tubuh, memberi penyuluhan pada pasien dan keluarga dalam mencegah perburukan, dan membantu pasien untuk kembali dapat beraktivitas fisik seperti sebelum mengalami gangguan jantung (Arovah, 2012).

Program latihan dapat meningkatkan toleransi aktivitas pada wanita dan pria pada semua usia termasuk usia diatas 75 tahun (Balady, et al., 1996 dalam Hoeman, 2002). Latihan aktivitas fisik juga menurunkan

gejala angina, gejala gagal jantung, dan meningkatkan clinical

measurement pada iskemia (Wenger, et al., 1995 dalam Hoeman, 2002).

Selain memiliki manfaat vital, latihan fisik pada pasien gangguan jantung

dapat pula mencetuskan serangan ulang. Untuk meminimalisasi risiko tersebut, latihan fisik dikontraindikasikan pada keadaaan tertentu. Sebab itu, sebelum pasien memulai program latihan aktivitas fisik, pasien harus mendapatkan rekomendasi dari dokter.

Indikasi relatif untuk memulai latihan aktivitas fisik rehabilitasi jantung fase I (Working Group on Cardiac Rehabilitation and Exercise Physiology and Working Group on Heart Failure of the European Society of Cardiology, 2001 dalam Papathanasioui, et al., 2008) yaitu:

a. Gagal jantung terkompensasi minimal selama 3 minggu

b. Dapat berbicara tanpa dispnea (RR <30 kali permenit)

c. HR rest <110 kali permenit

d. Tidak merasa kelelahan

e. Indeks jantung ≥2.1 L/min/m2atau CVP <12 mmHg

Kontraindikasi latihan aktivitas fisik rehabilitasi jantung fase I (Oldridge, 1988 dalam Arovah, 2012) yaitu:

b. Tekanan darah sistolik istirahat > 200 mm Hg atau diastolik istirahat >100 mmHg

c. Hipotensi ortostatik sebesar ≥ 20 mmHg

d. Stenosis aorta sedang sampai berat

e. Gangguan sistemik akut atau demam

f. Disritmia ventrikel atau atrium tidak terkontrol

g. Sinus takikardia (>120 denyut/menit)

h. Gangguan jantung kongestif tidak terkontrol

i. Blok atrio ventrikular

j. Miokarditis dan perikarditis aktif

k. Embolisme

l. Tromboflebitis

m.Perubahan gelombang ST (>3mm)

n. Diabetes tidak terkontrol

o. Masalah ortopedis yang menganggu istirahat.

2.3.2. Peresepan latihan aktivitas fisik (exercise prescription) rehabilitasi

jantung fase I

Lavie, et al. (1993 dalam Arovah, 2012) menyatakan bahwa program latihan aktivitas fisik disusun berdasarkan tingkat kesadaran dan kebutuhan individual pasien (status medis, profil faktor risiko, stabilitas muskuloskeletal, motivasi terhadap latihan, dan hasil EKG). Program latihan sebaiknya dimonitor berdasarkan target frekuensi denyut nadi,

Metode METs dapat menilai kebutuhan latihan dan aktivitas pasien. Satu METs menunjukkan kebutuhan oksigen individu saat istirahat atau setara

dengan 3,5 ml O2/kg/ menit (Woods, et al., 2000 dalam Hoeman, 2002).

Peningkatan acupan oksigen baru dapat diperoleh secara maksimal bila

latihan dinamis dilakukan selama 15‐60 menit, tiga hingga lima kali dalam

seminggu dengan intensitas 50 – 80% dari kemampuan maksimalnya, dan

disertai waktu singkat untuk pemanasan dan pendinginan (Lubis, 2009). Protokol pelaksanaan latihan aktivitas fisik rehabilitasi jantung bersifat submaksimal atau dibatasi terhadap keluhan. Protokol submaksimal memiliki hasil akhir yang telah ditentukan, yaitu denyut jantung maksimal 120 denyut per menit atau 70 % dari perkiraan denyut jantung maksimal, atau setinggi 5 METs (Lubis, 2009). Latihan aktivitas fisik dilakukan terbatas pada intensitas ringan dan tidak menyebabkan kelelahan. Bentuk latihan dapat berupa aktivitas perawatan diri, latihan

sederhana seperti ROM (range of motion), dan terapi fisik ambulasi yang

diawasi misalnya berjalan, bersepeda, latihan ergometri lengan dan aquatic

exercises (Brewer, et al., 2002 dalam Hoeman 2002).

Latihan aktivitas fisik diresepkan berdasarkan bentuk, intensitas, durasi, dan frekuensi latihan. Intensitas latihan berkisar antara 1-3 METs,

HR (heart rate) selama latihan tidak melebihi 20x/ menit HR selama

istirahat. Skala perceived exertion tidak lebih dari 11 (light exertion)

berdasarkan 6-20 skala Borg. Durasi latihan selama 3-5 menit dan ditingkatkan hingga 15 menit. Frekuensi latihan di ICU adalah 3-4 sesi

perhari dan diikuti dengan 1-2 sesi perhari di departemen terapi fisik

(Cahalin, 2001; American College of Sports Medicine, 2006 dalam Papathanasioui, et al., 2008).

Tes yang dibatasi gejala dibentuk untuk terus melaksanakan latihan hingga munculnya tanda dan gejala yang memaksa dihentikannya tes,

protokol yang paling sering dipergunakan adalah modified Bruce, modified

Naughton dan Bruce standard (Gibbons, et al., dalam Lubis, 2009). Pada ruangan rawat inap penyakit kardiovaskular RSUP H. Adam Malik

biasanya dilaksanakan 6 minute walk test untuk mengkaji kapasitas

fungsional pasien yang diberikan program latihan aktivitas fisik rehabilitasi jantung fase I (inpatient). Walk test dilakukan pada awal dan akhir program latihan untuk mengkaji kemampuan pasien berjalan dalam waktu enam menit, perkiraan METs, keluhan selama latihan, waktu istirahat serta pengukuran tekanan darah dan frekuensi denyut nadi (Babu, et al., 2010).

Pasien perlu monitoring ketat untuk melihat timbulnya tanda dan gejala iskemik miokardium, ventrikular disritmia atau kriteria-kriteria yang menyebabkan latihan aktivitas fisik perlu dihentikan. American College of Sports Medicine (2000) dalam Hoeman (2002) menyebutkan latihan aktivitas fisik harus dihentikan jika terdapat tanda dan gejala berikut yaitu:

a. Kelelahan, pusing, dispnea dan mual

c. Gejala angina

d. Penurunan denyut nadi lebih dari 10 kali/ menit

e. Penurunan tekanan darah sistolik lebih dari 10 mmHg

f. Peningkatan denyut nadi lebih dari 20 kali/ menit untuk pasien infark

miokardium

g. Peningkatan tekanan darah lebih dari batas yang dianjurkan saat

exercise testing sebelumnya

Latihan pada fase ini menuntut kesiapan tim yang dapat mengatasi keadaan gawat darurat apabila pada saat latihan terjadi serangan jantung (Arovah, 2012). Apabila terjadi gejala gangguan jantung, ortopedik maupun neuromuskular perlu dilakukan peninjauan ulang terhadap program latihan (Lavie, et al., 1993 dalam Arovah, 2012). Rehabilitasi pada pasien yang disertai komplikasi dilakukan apabila komplikasi sudah dapat diatasi dan setiap tahap memerlukan waktu yang lebih lama. Program aktivitas fisik yang terarah dan teratur akan meningkatkan kapasitas kerja fisik yang baik sehingga lebih banyak pekerjaan yang dapat dilakukan pasien (Udjianti, 2011).

2.3.3. Pelaksanaan latihan aktivitas fisik rehabilitasi jantung fase I

American College of Sports Medicine (2007 dalam Selig, et al.,

2010) merekomendasikan latihan dalam bentuk latihan aerobik (aktivitas

seperti berjalan, berlari, bersepeda, dan berenang) untuk pasien gagal jantung kelas NYHA I-IV yaitu:

Tabel 2.1 Rekomendasi latihan dalam bentuk latihan aerobik (aktivitas berjalan, berlari, bersepeda, dan berenang) untuk pasien gagal jantung kelas NYHA I-IV (American College of Sports Medicine, 2007 dalam Selig, et al., 2010)

Kelas Frekuensi Intensitas/ volume Durasi

NYHA I-II 4-7 hari/ minggu

Latihan berdasarkan ambang batas iskemik yang dapat diterapkan.

RPE 11-14 (6-20 skala Borg), atau

HRpeak 40-75% dimana

HRpeak telah ditentukan

pada saat tes latihan, atau VO2 peak 40-70%.

Progresi intensitas latihan

dibuat berdasarkan

penurunan RPE dan HR

pada intensitas latihan

yang sama

Dimulai 10-15 menit pada target intensitas latihan

kemudian ditingkatkan

secara berangsur-angsur

berdasarkan kemajuan

dan toleransi pasien

hingga 45-60 menit. Jarak waktu latihan yang ditoleransi dengan baik oleh pasien yaitu 1:1 latihan/ rasio istirahat, ditingkatkan hingga 2:1 latihan/ rasio istirahat.

NYHA III- IV 4-7 hari/ minggu RPE ≤ 13, atau HRpeak 40%- 65% dimana

HRpeak telah ditentukan

pada saat tes latihan, atau VO2 peak 40-60%

Sama dengan diatas

Dalam program rehabilitasi jantung fase I kegiatan latihan aktivitas fisik diberikan dengan beban latihan 2-3 METs (Hoeman, 2002). Pedoman pelaksanaan latihan aktivitas fisik pasien infark miokardium di ruang ICCU dan ruang perawatan yaitu:

Tabel 2.2 Pedoman pelaksanaan latihan aktivitas fisik pasien infark miokardium (Udjianti, 2011).

Tahap Tempat/ Hari ke Latihan fisik Aktivitas

I ICCU/ 1-2 -Pergerakan fisik semua

ekstremitas masing-masing 5 kali di atas tempat tidur.

-Pergerakan aktif pergelangan kaki ke arah plantar dan dorsal 10 kali dengan frekuensi 3 kali per hari.

-Duduk di kursi 2x15 menit per hari.

-Makan sendiri. II III IV ICCU/ 3-4 Intermediate room/ 5-7 Ruang perawatan/ 8-10

-Fleksi, ekstensi, rotasi sendi bahu, siku, pinggang dengan bantuan.

-Pergerakan aktif sendi bahu, siku, pinggang, pergelangan kaki dengan bantuan minimal. -Pergerakan aktif sendi bahu, siku, pinggang, pergelangan kaki dengan bantuan minimal.

-Mencuci tangan,

menggosok gigi. -Duduk di kursi 3x15 menit per hari.

-Sama dengan tahap II. -Berganti pakaian sendiri. -Ganti pakaian, menyisir sendiri dengan duduk -Berjalan di kamar saja V Ruang perawatan/ 11-12

-Pergerakan aktif sendi bahu, siku, pinggang, pergelangan kaki dengan bantuan minimal.

-Sama dengan tahap IV.

-Berjalan ke kamar

mandi dan mandi

sendiri.

VI Ruang perawatan/

13-14

-Berdiri dengan menggerakkan ekstremitas 3 kali per hari

-Tidur terlentang dengan

menggerakkan kedua kaki 2 kali perhari.

-Tidur miring dengan

mengangkat kaki 2 kali per hari.

-Duduk di ruang tamu.

VII Ruang perawatan/

15-16

-Sama dengan tahap VI -Duduk di ruang tamu

2 kali per hari.

-Lebih banyak duduk setiap hari.

National Heart Foundation of Australia (2004) menjelaskan program rehabilitasi jantung fase I terdiri dari edukasi pasien dan mobilisasi pasien rawat inap (latihan aktivitas fisik). Topik edukasi pasien rawat inap yaitu:

a. Penjelasan mengenai penyakit jantung, pengobatan, prosedur yang akan

dilakukan

b. Perubahan fisik dan sosial akibat penyakit, seperti pekerjaan,

mengemudi, dan aktivitas sosial

c. Penjelasan mengenai program rehabilitasi

d. Penjelasan mengenai obat-obatan kardiovaskular (indikasi, efek

samping dan sebagainya)

e. Penjelasan mengenai modifikasi faktor risiko, nutrisi/ diet, target berat

badan dan tekanan darah, target aktivitas fisik

f. Penjelasan manajemen nyeri dada saat di rumah

g. Penjelasan mengenai program rehabilitasi di rumah

Tabel 2.2 (lanjutan).

Tahap Tempat/ Hari ke Latihan fisik Aktivitas

VIII Ruang perawatan/

17-18

-Tahap VI lebih ditingkatkan -Berjalan di ruangan

sekali perhari.

-Turun tangga dengan

berjalan dan naik

tangga dengan

elevator.

IX Ruang perawatan/

19-20

-Sama dengan tahap VIII -Berjalan di ruangan 3

kali per hari.

-Turun dan naik

tangga dengan

Sedangkan program mobilisasi (latihan aktivitas fisik) pada pasien rawat inap yaitu:

Tabel 2.3. Pedoman program latihan aktivitas fisik rehabilitasi jantung fase I (National Heart Foundation of Australia, 2004).

Stage Latihan aktivitas fisik

1 - Mandi dengan bantuan

- Ke toilet dengan kursi roda/ bantuan

- Mobilisasi tangan dan kaki seperti dicontohkan

2 - Mandi dengan bantuan

- Ke toilet dengan kursi roda/ bantuan

- Mobilisasi tangan dan kaki seperti dicontohkan

- Berjalan perlahan 1-2 menit 2x sehari

3 - Dapat mandi sendiri sambil duduk

- Berjalan ke toilet sendiri

- Duduk di kursi

- Berjalan perlahan 1-2 menit 2x sehari

4

5

- Mandi sendiri (berdiri)

- Berjalan biasa 3-4 menit 2x sehari

- Sebagai tambahan pasien dapat berjalan sendiri atas keinginan

pasien

- Mandi sendiri

- Berjalan biasa 10 menit 2x sehari

- Mendaki 1 set tangga dengan bantuan

6 - Mandi sendiri

- Mendaki 2 set tangga dengan bantuan

Dokumen terkait