• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Layanan Pendidikan bagi Anak Autistik

Dalam dokumen deteksi dini dan penanganan pada autistik (Halaman 37-45)

PENANGANAN ANAK AUTISTIK

B. Program Layanan Pendidikan bagi Anak Autistik

Pada anak autistik yang telah melakukan terapi rutin dengan baik dan memperlihatkan kebehasilan yang cukup tingggi , anak terdebut dapat dikatakan bisa menjalani pendidikan yang sesuai dengan anak tersebut. Anak-anak diperkenalkan ke dalam kelompok anak-anak yang normal yang sesuai dengan usianya, sehingga ia dapat mempunyai figure / role mode anak noramal dan meniru tingkah laku anak normal tersebut.

Ada beberapa progaram layanan pendidikan bagi anak autistik yang sesuia dengan kebutuhan masing-masin anak, diantaranya :

a. Kelas Transisi

Kelas ini bertujuan untuk anak dengan kebutuhan khusus termasuk anak autistik yang telah terapi secara terpadu dan terstruktur. Program kelas transisis ini bertujuan membantu anak atutistik dalam mempersiapkan transisi ke bentuk layanan pendidikan lanjutan. Dalam kelas trnsisi ini akan digali dan dikembangkan kemampuan, potensi dan minat anak, sehingga akan terlihat gambaran yang jelas mengenai tingkat keparahan serta keunggulan anak, yang merupakan karakteristik spesifik dari tiap individu. Kelas transisis merupakan titik acuan dalam pemilihan bentuk layanan pendidikan lanjutan yang paling sesuai.

b. Pendidikan Inklusi

Program pendidikan inklusi dilaksanakan pada sekolah reguler yang menerima anak autistik. Karakteristik program ini anak yang sudah mampu mengendalalikan perilakunya sehingga tampak berperilaku normal, berkomunikasi dan berbicara normal, serta mempunyai wawasan akademik yang cukup sesuai dengan anak seusianya. Untuk program ini diperlukan keterbukaan dari sekolah umum; pada saat test masuk sekolah tidak hanaya didasari oleh tes IQ untuk anak normal: terdapat proses shadowing yang diberikan oleh guru pembimbing khusus.

c. Pendidikan Terpadu

Dalam hal ini secara teknis pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dalam pendidikan terpadu memerlukan kelas khusus yang hanya akan

digunakan oleh anak autistik jika anak tersebut memerlukan bantuan dari guru pembimbing khusus (GPK) atau guru pendamping (shadow), untuk pelajaran tertentu yang tidak dimengertinya. Program ini berhasil jika : 1.Idealnya anak berhak memilih pelajaran yang ia mampu .

2.Anak dapat lulus dari sekolahnya karena telah selesai melewati pendidikan dikelasnya bersama-sama.

3. Tersedianya tempat khusus. d. Sekolah Khusus

Sekolah ini diperuntukkan khusus bagi anak autistik terutama yang tidak memungkinkan dapat mengikuti pendidikan di sekolah reguler. Anak di sekolah ini sangat sulit untuk dapat berkonsentrasi dengan adanya distraksi sekeliling mereka. Pendidikan di sekolah difokuskan pada program fungsional seperti bina diri, bakat, dan minat yang sesuai dengan potensi mereka. Pada anak autis memang telah disediakan kelas terpadu, namun pada kenyataannya dari kelas terpadu terevaluasi bahwa tidak semua anak autistik dapat transisi ke kelas reguler. Anak autistik ini sangat sulit untuk berkonsentrasi dengan adnya distraksi di sekelili mereka. Beberapa anak memperlihatkan potensi yan sangat baik dalam bidang tertentu misalnya olahraga, musik, melukis, keterampilan dan sebagainya.

d. Sekolah di Rumah

Program ini diperuntukkan bagi anak autistik yang tidak mampu mengikuti pendidikan di sekolah khusus karena keterbatasannya. Anak-anak autistik yang non verbal, retardasi mental atau mengalami gangguan serius motorik dan auditorinya dapat mengikuti program sekolah di rumah. Program dilaksanakan di rumah dengan mendatangkan guru pembimbing atau terapis atas kerjasama sekolah, orang tua dan masyarakat. Program sekolah di rumah sekiranya dapat memberikan perhatian yang lebih khusus bagi anak oleh terapis maupun guru yang memiliki keahlian khusus tentang autism, sehingga sang anak dapat dapat lebih fokus dalam proses belajar. Terapi akan lebih maksimal ketika orang tua juga mempunyai peran yang sama untuk membantu anak, karena waktu yang lebih lama bagi anak adalah waktu disaat dia ada di rumah dan bersama kedua orang tuanya.

Terapi juga diperlukan di rumah selain terapi dari institusi atau sekolah khusus, hal ini sangat diperlukan kerjasama yang terorganisir serta dipantau secara intensif dengan tujuan semua program terapi yang diperlukan dapat berjalan denga lancar dan tidak ada waktu yang terbuang. Orang tua dalam melakukan terapi di rumah tentu saja telah mendapatkan penjelasan tentang proses terapi itu sendiri dengan menerapkan kedisiplinan yang tinggi pada metode maupun pada penaturan waktu.

e. Tujuan program sekolah di rumah diantaranya :Untuk mengembangkan pengenalan diri

1. Untuk mengembangkan sensoro motor

2. Untuk mengembangkan berbahasa resepti dan ekspresif, serta kemampuan sosialnya.

3. Untuk mengembangkan motorik kasar dan motorik halus 4. Untuk mengembangkan kemampuan mengurus diri 5. Untuk mengembangkan emosi dan mental spiritual

6. Untuk mengurangi atau menghilangkan perilaku yang menyimpangan.

e.Panti (griya) Rehabilitasi Autism.

Anak autistik yang kemampuannya sangat rendah, gangguannya sangat parah dapat mengikuti program di panti (griya) rehabilitasi autism.

Program dipanti rehabilitasi lebih terfokus pada pengembangan: (1) Pengenalan diri

(2) Sensori motor dan persepsi (3) Motorik kasar dan halus

(4) Kemampuan berbahasa dan komunikasi (5) Bina diri, kemampuan sosial

Dari beberapa model layanan pendidikan di atas yang sudah eksis di lapangan adalah Kelas transisi, sekolah khusus autistik dan panti

rehabilitasi.

C. Kasih Sayang dan Kesabaran, Kunci Keberhasilan Menangani Anak Autistik

Memilki buah hati yang memiliki gangguan autism memang menjadi tantangan tersendiri bagi para orang tua. Orang tua harus ekstra sabar, tak henti berdoa, dan bekerja lebih keras agar mampu membiayai pengobatan sang anak. Yang mesti diketahui adalah, setiap anak adalah anugerah terindah dari Tuhan, dan orangtua maupun harus tetap memberikan kasih sayang pada buah hati mereka, bagaimanapun kondisinya. Puluhan dihabiskan untuk terapi mungkin bisa membantu penyembuhan hati, namun demikian, lebih dari semua itu, kasih sayang serta cinta yang teramat besar dari orangtua, adalah kunci utama dalam menangani anak autistik.

Penanganan autism dengan kasih sayang ini juga dapat membawa dampak positif pada diri terapis autism, sebab dengan memantapkan dasar kasih sayang sebagai landasan pelaksanaan terapi autism, maka diyakini dapat meminimalisir munculnya tekanan psikis pada terapis itu sendiri, karena seperti telah kita ketahui bersama penanganan autis sangat memerlukan ketulusan dan kesabaran dalam menerima berbagai dinamika

yang terjadi pada anak autis. Kasih sayang serta kesabaran ekstra merupakan pendekatan yang kerap terabaikan dalam pendidikan anak autistik di sejumlah klinik terapi. Karena upaya membentuk perilaku positif terhadap mereka tanpa sadar bisa cenderung bernuansa kekerasan, maka anak menjadi trauma, takut mengikuti terapi, atau orangtuanya yang tidak terima. Misalnya, menyeluruh anak duduk dengan mata melotot, bentakan, teriakan. Kalau tidak menurut disentil, dijewer, dan tindakn kekerasan lain.

Penggunaan metode-metode dalam terapi memang harus dilakukan secara tegas dan konsisten baik orangtua maupun oleh terapis. Terapi juga harus telaten, sabar, dan penuh kasih sayang. Prinsipnya menngajarkan dengan perasaan. Dengan pendekatan lebih manusiawi, kita bisa membentuk perilaku positif pada anak autistik. Berusahalah untuk memasuki dan mempelajari dunia anak serta mendorong timbulnya suatu ikatan yang special dan sepenuh cinta, menarik, dan menimbulkan keinginan anak untuk ingin tahu lebih lanjut dan belajar dari kita.

Orang tua adalah pembimbing dan penolong yang paling baik dan berdedikasi tinggi. Dan yang dapat menyelami dunia anaknya adalah orangtuanya sendiri. Orangtua memang bisa mencari penyumbuhan yang ajaib (baik medis-modern maupun alternatif-trdisional ) bagi anak-anaknya, namun bila tidak mendapatkannya. Yang harus dilakukan tetap mencintai anak-anak tersebut. Sebab, anak-anak merupakan titipan yang paling sempurna dari Tuhan Yang Maha Esa.

Daftar Pustaka

Jennifer Stephenson and Mark Carter (2008). The Use of Weighted Vests with Children with Autism Spectrum Disorders and Other Disabilities. Journal of Autism and Developmental Disorders. 10.1007/s10803-008-0605-3

Esbensenr Anna J. (2008). Age-Related Differences in Restricted Repetitive Behaviors in Autism Spectrum Disorders . Journal of Autism and Developmental Disorders. 10.1007/s10803-008-0599-x.

Ganz Jennifer B. (2008). THE EFFECTIVENESS OF DIRECT INSTRUCTION FOR TEACHING LANGUAGE TO CHILDREN WITH AUTISM SPECTRUM DISORDERS: IDENTIFYING MATERIALS Journal of Autism and Developmental Disorders. 10.1007/s10803-008-0602-6

Sander Begeer, Mark Meerum Terwogt, Carolien Rieffe, Hedy Stegge and Hans M. Koot (2007). Do children with autism acknowledge the influence of mood on behavior ? The National Autistic Society 10.1177/1362361307083262

Agnès Gras-Vincendon, Laurent Mottron, Pierre Salame, Claude Bursztejn and Jean-Marieon (2007). Temporal context memory in high-functioning autism The National Autistic Society 10.1177/1362361307083257

Amanda C. Gulsrud, Connie Kasari, Stephanny Freeman and Tanya Paparella (2007). Children with autism’s response to novel stimuli while participating in interventions targeting joint attention or symbolic play skillsThe National Autistic Society 10.1177/1362361307083255

Hsu-Min Chiang and Yueh-Hsien Lin (2007) Mathematical ability of students with Asperger syndrome and high-functioning autismThe National Autistic Society 10.1177/1362361307083259

A.H.A. Latif and W.R. Williams (2007) Diagnostic trends in autistic spectrum disorders in the South Wales alleysThe National Autistic Society 10.1177/1362361307083256

Manuel F. Casanova, Andrew E. Switala, Juan Trippe and Michael Fitzgerald (2007) Comparative minicolumnar morphometry of three distinguished scientists. The National Autistic Society 10.1177/1362361307083261

Sarah Hamlyn-Wright, Riccardo Draghi-Lorenz and Jason Ellis (2007) Locus of control fails to mediate between stress and anxiety and depression in parents of children with a developmental disorder. The National Autistic Society 10.1177/1362361307083258

Biodata Penulis

Dirham Gumawang Andipurnama. Lahir di Makasar 10 Maret 1990 1990. Anak ketiga dari tiga bersaudara ini menamatkan sekolah di TK Aisyah Palembang tahun 1996, Sekolah Dasar Negeri Kadujajar III di Sumedang tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama negeri 1 Sumedang tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas negeri 1 Sumedang tahun 2008. Penulis yang hobi membuat berorganisasi dan olahraga ini pun sekarang tengah merampungkan studinya di Universitas Pendidikan Indonesia Jurusan Pendidikan Luar Biasa. Cita-cita yang sangat diimpikan penulis adalah menjadi tenaga pengajar yang professional agar berguna bagi semua orang.

Kini penulis tinggal Perum Asabri Sindang Taman Blok D No. 5 Rt 08 / 05 kec. Sumedang Utara kab. Sumedang. Bagi rekan-rekan yang ingin berbagi pengalaman, silahkan kunjungi ke bonga_dirham@yahoo.co.id.

Dalam dokumen deteksi dini dan penanganan pada autistik (Halaman 37-45)

Dokumen terkait