• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Menumbuhkembangkan Unit Usaha Penduduk Miskin/Desa Tertinggal

Dalam dokumen data RKPD Bab II RKPD 2015 (Halaman 96-101)

d i Provinsi Kepulauan Riau

NASIONAL PROVINSI JALAN

B. Evaluasi Pelaksanaan RKPD Tahun 2013 dan Realisasi RPJMD Provinsi Kepulauan Riau

3. Program Menumbuhkembangkan Unit Usaha Penduduk Miskin/Desa Tertinggal

2. Program Rumah Layak Huni

Dari 14 indikator kemiskinan mikro, 6 indikator diantaranya adalah berkaitan dengan kondisi rumah. Oleh karena itu, program rumah layak huni menjadi sangat penting untuk dilaksanakan dalam rangka mempercepat pengentasan kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau.Selain itu, program ini juga dimaksudkan untuk menciptakan rumah dan lingkungan yang sehat bagi penduduk miskin. Program ini dilaksanakan secara terpadu antra Dinas Sosial, Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Pertambangan dan Energi. Program rumah layak huni merupakan satu paket kegiatan yang meliputi:

a. Rehabilitasi rumah tidak layak huni termasuk fasilitas jamban keluarga sebanyak 4.417 unit rumah.

b. Penyediaan sarana lingkungan dan sumber air bersih penduduk miskin/desa tertinggal untuk 1.408 unit.

c. Penyediaan listrik rumah penduduk miskin/desa tertinggal untuk 11.508 unit rumah.

3. Program Menumbuhkembangkan Unit Usaha Penduduk Miskin/Desa Tertinggal

Program ini dimaksudkan untuk memberikan mata pencaharian/pekerjaan tetap atau pekerjaan tambahan kepada kepala keluarga/anggota rumah tangga miskin sehingga mereka mempunyai pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga atau mendukung ekonomi keluarga sehingga mereka menjadi lebih mapan secara ekonomi yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup mereka menjadi lebih baik, lebih sejahtera dari sebelumnya, sehingga dapat mengubah status mereka dari miskin menjadi tidak miskin (sejahtera). Program ini terdiri dari tiga kegiatan yaitu :

a. Kegiatan menumbuhkembangkan kelompok usaha bersama dan atau koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (KUMKM) diutamakan ibu-ibu/perempuan pada penduduk miskin/ desa tertinggal untuk 3.136 orang dan 125 unit KUMKM.

b. Kegiatan Menumbuh Kembangkan Kelompok Usaha Pertanian bagi Penduduk Miskin/Desa Tertinggal untuk 11.415 orang dan 338 unit usaha pertanian.

c. Kegiatan menumbuhkembangkan usaha nelayan dan pembudidayaan ikan serta keluarga pengolah hasil perikanan (motorisasi, budidaya dan pengelolaan hasil perikanan) bagi penduduk miskin/ desa tertinggal untuk 1.740 orang dan 54.193 unit usaha.

k) Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

Pengembangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) dilaksanakan dalam rangka pencapaian kebijakan pembangunan pengurangan pengangguran (Pro job). Capaian indikator terkait dengan usaha kecil menengah di Kepulauan Riau masih banyak yang belum tercapai.

l) Penanganan Pulau-pulau Terluar

Pada tahun 2013, penanganan Pulau-pulau Terluar di Provinsi Kepulauan Riau baru telah dilakuakan aksi dengan adanya badan pengelola perbatasan di provinsi Kepulauan Riau. Penanganan pulau-pulau terluar akan diarahkan pemanfaatannya pada segi keamanan dan juga segi ekonomi (pengembangan pulau tersebut)

2.3 Permasalahan Pembangunan Daerah

Pembangunan daerah pada beberapa tahun belakangan ini telah memberikan hasil dan manfaat kepada masyarakat di Provinsi Kepulauan Riau,

dimana pembangunan telah dilakukan pada berbagai sektor untuk mewujudkan apa yang ditargetkan oleh Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau. Pembangunan di Kepulauan Riau secara umum telah mencapai target yang telah direncanakan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Riau, namun masih banyak kendala dan permasalahan dalam proses pembangunan daerah. Bentuk geografis yang merupakan daerah kepulauan yang letaknya sedikit berjauhan menjadi salah satu tantangan dalam pelaksanaan pembangunan di Kepulauan Riau, karena hal ini tentu saja dapat mencipatakan kesenjangan pembangunan. Berbagai permasalahan pembangunan yang terdapat di Kepulauan Riau ini secara rinci dijelaskan sebagai berikut.

 Perluasan Penyediaan Pelayanan Dasar dalam Rangka Percepatan Pencapaian Target MDG’s Sebagian Indikator MDG’s Bidang Pendidikan dan Kesehatan dalam status Tercapai. Namun, ada beberapa target yang dalam status Akan Tercapai bahkan ada beberapa target dalam status Perlu Perhatian Khusus. Belum tercapainya beberapa indikator RPJMD terkait dengan pendidikan, antara lain:

1. Angka Melek Huruf,

2. Angka rata-rata lama Sekolah

3. Angka Partisipasi Murni (APM) SMA 4. Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA

 Belum meratanya pembangunan infrastruktur transportasi, ketenagalistrikan, energi, sumber daya air, pelayanan air minum, serta penyehatan lingkungan.

 Perlunya peningkatan konektivitas untuk menunjang pertumbuhan dan pemerataan pembangunan, peningkatan keselamatan transportasi dan pengembangan transportasi, peningkatan penyediaan infrastruktur sumber daya air (SDA) melalui sekema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) guna mendukung Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

 Perlu adanya penambahan Jalan Nasional dan Jalan Strategis Nasional di Provinsi Kepulauan Riau untuk mendukung pertumbuhan sekonomi dalam

koridor Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang semula sepanjang 333,995 km (sesuai SK Menteri Pekerjaan Umum No.630-631 tahun 2009). Usulan penambahan Jalan Nasional dan Jalan Strategis Nasional tersebut sepanjang 206,137 km yang terdiri dari: Jalan Nasional sepanjang 126, 394 km dan Jalan Strategis Nasional sepanjang 79,743 km.

 Adanya kesenjangan pembangunan daerah antara Kawasan BBK

(Batam–Bintan–Karimun, termasuk Tanjungpinang) dengan Kawasan NAL

(Natuna–Kepulauan Anambas– Lingga) yang disebabkan karena aksesibilitas. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan konektivitas di Kawasan NAL terutama pembangunan pelabuhan dan dermaga, trayek pelayaran serta pengembangan bandara dan bandara perintis (airstrip).

Rendahnya rasio elektrifikasi di Provinsi Kepulauan Riau. Oleh karena itu, perlu alokasi khusus gas dari wilayah Natuna untuk pembangunan pembangkit listrik (power plant), industri petro kimia, dan untuk keperluan rumah tangga. Khusus untuk wilayah terpencil dan pulau-pulau kecil, perlu adanya pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) serta jika memungkinkan menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut.

 Rendahnya capaian target MDG’s terutama pada Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Layak Perdesaan. Oleh karenanya, perlu adanya usaha-usaha penanganan penyediaan air minum terutama di perdesaan melalui jaringan perpipaan dengan memanfaatkan sumber-sumber air baku yang ada.

 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi Kepulauan Riau pada September 2013 sebanyak 125.021 orang (6,35%). Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada September 2012 yang sebesar 131.215 orang (6,83%), secara absolut mengalami penurunan sebanyak 6.194 orang atau turun sebesar 0,48%.

 Meskipun, Program capaian Pengentasan Kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau telah bagus namun Pengentasan Kemiskinan masih perlu dilaksanakan, dengan adanya kerjasama Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota serta masuknya Program Pengentasan Kemiskinan sebagai Program Prioritas Nasional dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI).

 PDRB Kepri pada tahun 2013 tumbuh sebesar 6,13 persen, terjadi

perlambatan pertumbuhan dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,28 persen. Sektor Strategis selain Sektor Industri Pengolahan yang diharapkan dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kepulauan Riau adalah:

- Sektor Kelautan dan Perikanan

- Sektor Koperasi dan Usaha Kecil Menengah - Sektor Pariwisata

- Sektor Perindustrian, Perdagangan, Tenaga Kerja dan Penanaman Modal

- Sektor Pertanian dan Peternakan

 Dikaitkan dengan arahan Bapak Presiden Republik Indonesia yang menetapkan target pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau di atas 10%, hal ini optimis dapat dicapai, jika diantaranya adanya kepastian hukum tentang penataan ruang daerah di Provinsi Kepulauan Riau.

 Pengelolaan perbatasan di Provinsi Kepulauan Riau masih belum berjalan secara optimal. Beberapa permasalahan terkait pengelolaan perbatasan antara lain:

- Masih rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat daerah perbatasan - Sarana dan prasarana dasar masih kurang, seperti: prasarana perhubungan

(jalan, jembatan, dermaga), jaringan listrik, telekomunikasi, prasarana pendidikan/sekolah dan prasarana kesehatan

- Rawan terhadap kegiatan illegal (fishing, logging, mining, Trans National Crime)

- Belum tersedianya rencana detail tata ruang kawasan perbatasan, sehingga tidak diketahui secara pasti pembagian zonasi ruang dan arah pemanfaatan ruang

- Rendahnya investasi/penanaman modal yang masuk ke kawasan perbatasan untuk memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang melimpah.

 perlu adanya penanganan dan pengelolaan perbatasan berdasarkan Lokasi Prioritas Penanganan sebagaimana yang sudah ditetapkan, serta rencana tata ruang kawasan perbatasan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam satu kesatuan kawasan pertahanan dan keamanan.

Dalam dokumen data RKPD Bab II RKPD 2015 (Halaman 96-101)

Dokumen terkait