• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Pemberantasan Penyakit dan

Dalam dokumen Dinas Kesehatan Sleman File (Halaman 37-48)

BAB IV Pencapaian Pembangunan Kesehatan

B. Program Pemberantasan Penyakit dan

LINGKUNGAN (P2PL)

1. Program pemberantasan Penyakit Diare

Penyakit diare sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, walaupun secara umum upaya penanggulangannya telah semakin baik dengan terbukti angka kesakitan yang makin menurun.

Pada tahun 2001 Incidens Rate (IR) diare mencapai 21,9 per 1000

penduduk, kemudian makin menurun hingga IR pada tahun 2006 mencapai 16,69 per 1000 penduduk.

Pada tahun 2008 diketemukan sejumlah 12.724 kasus diare (IR =13,55 per 1000 penduduk) dengan 5.419 (36,74%) diantaranya kasus diare pada balita, dan 100% diare pada Balita tersebut telah ditangani sehingga kematian Balita karena diare dilaporkan nihil.

Pada tahun 2009 diketemukan sejumlah 12.448 kasus diare (IR =13,05 per 1000 penduduk) dengan 4.117 (33,07%) diantaranya kasus diare pada balita, pada tahun 2010 diketemukan kasus sebanyak 14.664 kasus diare (IR=13,44) pada tahun 2012 ditemukan sebanyak 42.545

kasus diare dengan insidens rate mencapai 18,3 sedangkan pada tahun 2012 ditemukan sebanyak 16.242 kasus diare dengan insidens rate mencapai 34,8. Dari kasus yang ada tersebut pencapaian penanganan kasus diare mencapai 32,2% dari perkiraan kasus sebanyak 46.721 kasus dan berhasil ditangani sebesar 15.041 kasus. Kematian pada Balita tahun 2012 karena diare dilaporkan ada 2 orang.

Kasus penyakit diare lebih banyak disebabkan karena kurangnya higiene sanitasi dan perilaku masyarakat dalam mengelola makanan dan minuman seperti banyaknya jajanan makanan dan minuman yang kurang memperhatikan aspek kebersihan sehingga berakibat menjadi penyakit diare.

Grafik 16

Incidence Rate Kasus Diare di Kabupaten Sleman Tahun 2002 s/d 2012 16.99 12.88 16.14 14.69 15.98 13.55 13.05 13.44 18.3 34.76 0 10 20 30 40 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Tahun 0 /0 0

Dalam program P2 Diare di Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit dan Lingkungan tidak bisa lepas dari program dan kegiatan di lintas seksi/bidang lainnya, seperti untuk pelaksanaan pencegahan penyakit dengan promosi Perilaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS) oleh Bidang Yankesmas, sedangkan untuk pengobatan penyakit dengan penyediaan Oralit dan obat-obatan diare pada sarana pelayanan kesehatan yang ada.

2. Program Pemberantasan penyakit Tuberkulosis

Penyakit Tuberkulosa (TB) paru merupakan penyakit lama yang sampai sekarang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di

Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya. Penyakit ini ditularkan oleh baksil Mycobacterium tuberculosis melalui percikan

dahak/droplet infection dari penderita ke orang disekitarnya. Perlu

diperlukan waktu yang relatif lama bagi penderita untuk menunjukan gejala klinis yang jelas sehingga penyakit ini sulit terdeteksi secara dini. Penderita TB akan menurunkan produktivitas dan dalam jangka waktu cukup panjang akan membawa kematian. Pengobatan TB memerlukan waktu paling cepat yaitu 6 bulan untuk penderita baru dan 8 bulan untuk penderita kambuh/ulang sehingga perlu pengawas minum obat (PMO) guna mencegah penderita berhenti/drop out minum obat.

Tahun 2012 kegiatan penyuluhan dilakukan di 5 pondok pesantren dengan realisasi 100%, sedangkan untuk kegiatan penemuan kasus baru TB paru baksil tahan asam (BTA) positip ditargetkan 643 kasus

telah terealisasi 359 (55,8 %). Untuk reward kesembuhan diberikan

kepada 240 penderita dari target 240 (100%). Dalam manajemen program pemberantasan TB (P2TB) perlu adanya validasi data dari semua Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) yaitu Puskesmas dan Rumahsakit dilaksanakan setiap tribulan sekali dan terealisasi 4 kali (100%).

Program Nasional Penanggulangan TB menargetkan penemuan BTA positip sebesar 64/100.000 penduduk untuk wilayah Propinsi DIY dan Bali sedangkan untuk wilayah lain lebih besar lagi. Selama tahun 2012 telah diperiksa sebanyak 3.768 tersangka TB/suspek dari target 4.896 orang (76.96%), kasus baru BTA positip yang ditemukan 363 penderita dari target 643 (56.42%), data ini sudah termasuk penduduk Sleman yang berobat di sarana pelayanan kesehatan di luar Sleman seperti penduduk Sleman yang berobat di RS dan Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru di wilayah Kota Yogyakarta.

Dalam program P2TB obat-obat program sebagian besar masih didapatkan dari program nasional Kementerian Kesehatan RI dan sebagian kecil diusahakan dari APBD Kabupaten.

Angka kesembuhan (Cure Rate) pada tahun 2004 telah dapat

belum dapat bertahan melebihi target 85%. Pada tahun 2009 jumlah kasus dengan BTA positif yang diobati sebanyak 146 kasus, jumlah yang dinyatakan sembuh sebanyak 121 kasus (82,88%). Tahun 2010 angka kesembuhan sebesar 219 kasus (79,3%), tahun 2012 tercapai 82,26% dan pada tahun 2012 mengalami peningkatan mencapai 89,66%. Jika dilihat dari tingkat kesuksesan rata-rata penanganan penyakit TB BTA positif tahun 2012 telah mencapai 100%, hal ini menunjukkan tingginya tingkat keberhasilan pengobatan TB Paru BTA positif di Kabupaten Sleman.

Grafik 17

Pencapaian angka kesembuhan Penderita TB BTA Positif di Kabupaten Sleman dari Tahun 2002 s/d 2012.

3. Program Pemberantasan Penyakit Malaria

Pada 4 tahun terakhir sejak terjadinya KLB di tahun 2003 terdapat penurunan kasus malaria yang menggembirakan hingga saat ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa program/kegiatan P2 Malaria yang telah dilaksanakan cukup efektif seperti kegiatan pelacakan kasus dan

surveillance epidemiologi, pengobatan penderita, penyemprotan

insektisida di daerah endemis, Mass Blood Survey tahun 2005,

penyuluhan di masyarakat dll.

Untuk penanggulangan penyakit malaria pada tahun 2012 dilakukan

crosscek 44 slide darah malaria dari Puskesmas dan dapat terealisasi

90,4 93,2 79,09 80,07 84,25 74,1 83,8 81,9 79,34 82,2689,66 0 20 40 60 80 100 Th 2002 Th 2003 Th 2004 Th 2005 Th 2006 Th 2007 Th 2008 Th 2009 Th 2010 Th 2011 Th 2012

100% tidak ditemukan kasus malaria yang positif. (API sebesar 0,015 per 1000 penduduk).

Grafik 18

Kasus dan kematian penyakit Malaria di Kabupaten Sleman Tahun 2001 s/d 2012

4. Program Pemberantasan Penyakit Demam Dengue/Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit DBD merupakan penyakit endemis di Kabupaten Sleman dan endemis nasional. Jumlah kasus DBD pada tahun 2012 tercatat 236 kasus (Incidens Rate/IR 23,46/100.000 pddk dengan kematian 0 (Case Fatality Rate/CFR 0 %). Jumlah kasus ini naik dibandingkan tahun lalu dimana tahun 2012 jumlah kasus 166 (IR = 16 / 100.000 pddk) dan kematian 0 (CFR= 0 %). Adapun 6 Kecamatan yang mempunyai kasus tertinggi berturut-turut adalah Gamping, Godean, Kalasan, Mlati, Ngaglik dan Sleman.

Dalam penanggulangan DBD antara lain dilaksanakan fogging fokus yang direncanakan pada 175 lokasi terealisasi 175 (100 %), koordinasi P2DBD di 6 kecamatan endemis tinggi DBD terealisasi 100%. Untuk pembuatan sarana promosi DBD dalam bentuk leaflet dan blangko Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) masing-masing 1.000 lembar, semua terealisasi 100%. Dalam pengadaan insektisida dan larvasida yang dilakukan dengan cara lelang dari rencana pengadaan 100 liter insektisida

dan 75 Kg larvasida realisasi 100% .

170 206 482 75 60 26 23 14 12 14 1 0 0 100 200 300 400 500 600 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 kasus kematian

Grafik 19

Kasus dan Kematian DBD di Kabupaten Sleman Tahun 2002 s/d 2012

Permasalahan sulitnya penanggulangan DBD antara lain karena belum adanya vaksin untuk upaya preventif, upaya promosi yang telah ada belum dapat benar-benar membudayakan peran serta masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN-DBD). Upaya aparat pemerintah untuk memutus mata rantai penularan DBD dengan gerakan PSN tidak akan berarti tanpa adanya kesadaran dari masyarakat sendiri. Dilihat dari siklus kejadian kasus DBD di Kabupaten Sleman dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2012 kasus tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 755.

5. Program Pemberantasan Penyakit Pes

Dalam kegiatan P2 Pes menunjang bebas pes dilakukan pengamatan dan pemantauan tikus di wilayah Kecamatan Cangkringan yang berbatasan dengan Kabupaten Boyolali Jawa Tengah, serta pengamatan pada manusia yang bergejala klinis pes. Kegiatan

pengamatan dan pemantauan dilaksanakan dengan trapping tikus dan

pemeriksaan pinjal tikus serta pengambilan darah pada warga dikirim ke BBTKL-PPM. Adapun hasil pemeriksaan laboratorium pada tahun 2012 dilakukan trapping tikus dan pemeriksaan serologi pada tikus dan human (manusia) dengan hasil sebanyak 100 orang yang diperiksa serologi 100% dengan sampel titer negatif.

140 238 732 316 622 755 621 561 603 166 236 1 14 14 5 11 8 5 5 3 0 0 0 200 400 600 800 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Tahun J um la h k a s us

6. Program Pemberantasan Penyakit Antrax

Dalam rangka kegiatan kewaspadaan dini terhadap antraks dan surveilans di wilayah Kecamatan Pakem telah dilakukan penyuluhan di 2 desa dan terealisasi 100%, kegiatan ini dilanjutkan dengan pemeriksaan serologi antraksi. Adapun hasil yang didapat pada tahun 2012 dari 100 orang penduduk yang diperiksa didapatkan hasil serologi (tes elisa) >74 EU)= 100 orang (100)% yang berarti tidak terpapar bakteri antraks.

7. Surveillance PMS/HIV- AIDS

Dalam rangka kegiatan pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS dan penyakit menular seksual lainnya antara lain dilaksanakan serosurvey HIV pada masyarakat rawan (resiko tinggi) yaitu pada warga binaan lembaga Pemasyarakatan di Sleman termasuk didalamnya para pecandu narkoba suntik, pada wanita pekerja seksual komersial, dan pada pekerja salon kecantikan dan panti pijat yang terindikasi “plus”. Pada tahun 2012 dari 132 sampel darah yang diambil terdapat 1 yang positif HIV positif dan 1

penyakit infeksi menular seksual (IMS) berupa syphilis.

Sementara dari data register kasus HIV-AIDS sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2012 jumlah penderita HIV/AIDS yang tercatat berdomisili di wilayah Kabupaten Sleman ada 433 orang, dengan 225 HIV dan 208 AIDS, jenis kelamin laki-laki 306 orang, perempuan 108 orang, tidak diketahui 19 orang. Status penderita saat ini hidup 383 orang dan mati 39 orang. Adapun faktor resiko dari penderita adalah pengguna narkoba suntik (penasun) 79 orang (18,24%), heteroseksual 207 kasus (47,81%), perinatal 11 kasus (2,54%), homoseksual 37 kasus (8,55%), transfusi 2 kasus (4,46%), dan tidak diketahui 94 kasus (21,71).

Kegiatan penanggulangan HIV/AIDS saat ini masih banyak yang dibiayai dari sumber non APBD yaitu project Global Fund (GF) ATM

Komponen HIV/AIDS, seperti untuk pelayanan voluntary Conselling and

Testing (VCT) dan pengobatan ARV (CSI) di Rumah Sakit dan penyediaan

reagen, kegiatan Infeksi Menular Seksual (IMS), kegiatan Prevention

tenaga peduli HIV/AIDS (lay support), penyediaan sarana promosi dan sebagainya.

8. Penyakit Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

Kegiatan kewaspadaan dini terhadap penyakit terutama surveilans penyakit menular dilaksanakan dengan pelaporan Surveilans Terpadu Puskesmas (STP) dan Rumah sakit tiap bulan, pelaporan penyakit wabah (W1) 24 jam dan laporan mingguan penyakit wabah (W2) selama 52 minggu. Dari target kelengkapan 90% dan ketepatan 80% selama 52 laporan mingguan wabah terealisasi kelengkapan dan ketepatan 100%.

Adapun penyakit menular yang menajdi prioritas program surveilans saat ini adalah penyakit poliomielitis dan penyakit campak. Surveilans

penyakait polio dilaksanakan melalui surveilans Acute Flaccid Paralysa

(AFP) yaitu kasus lumpuh layu pada usia dibawah 15 tahun yang bukan karena trauma kecelakaan dan ruda paksa. Dari target Nasional penemuan 2 AFP/100.000 anak < 15 tahun, di Kabupaten Sleman tahun 2012 terhitung harus ada penemuan >6 kasus AFP, melalui kinerja surveilans terus menerus yang berjalan dengan baik target tersebut dapat terlampaui sehingga diketemukan 9 kasus AFP (3,68%)

Melalui fasilitasi dana WHO dilaksanakan tindak lanjut kegaitan surveilans pelacakan kasus disertai pengambilan dan pemeriksaan sampel faeces dari penderita di kirim ke Bio Farma Bandung untuk mengetahui adanya virus polio atau tidak. Selain itu juga dilaksanakan kunjungan ulang pemantauan klinis dan pemantauan perawatan medis spesialis. Dari keseluruhan kasus yang dipantau tidak diketemukan yang positif poliomielitis.

Grafik 20

Jumlah kasus AFP yang ditemukan di Kabupaten Sleman Tahun 2003 s/d 2012

JML PENDERITA AFP YANG DITEMUKAN

12 10 18 14 7 7 9 1 6 12 0 5 10 15 20 TH 2003 TH 2004 TH 2005 TH 2006 TH 2007 Th 2008 Th 2009 Th 2010 Th 2011 Th 2012

Dalam surveilans campak tahun 2012 ini juga dilakukan Cese Based

Measles Surveilans (CBMS) dengan pemeriksaan serologi Imunoglobulin M Campak dan Rubella bekerjasama dengan BLK-PPM Pemda DIY. Dari jumlah 344 sampel darah penderita suspek yang dikirim terdapat 2 sampel positif Ig.M.Campak dan terdapat 45 sampel positif Ig.M.Rubella sedangkan yang negatif Campak dan Rubella 297 sampel.

9. Penanganan Penyakit H5N1 (Flu Burung)

Untuk pengendalian kasus flu burung (H5N1), dari hasil pemantauan di unit pelayanan kesehatan dan pemeriksaan serologi dan usap tenggorok, tahun 2012 ditemukan 1 kasus flu burung. Oleh karena dilaksanakan sosialisasi H5N1 dan H1N1 di 25 Puskesmas.

Grafik 21

Gambaran kasus penyakit H5N1 di Kabupaten Sleman Tahun 2008 s/d 2012

1 2 1 0 1 0 0.5 1 1.5 2 Th 2008 Th 2009 Th 2010 Th 2011 Th 2012

10. Penanganan penyakit Lepstospirosis.

Dalam penanggulangan flu burung perlu antisipasi timbulnya KLB, epidemi bahkan pandemi. Kegiatan promotif dan surveilance penyakit Lepstospirosis Tahun 2012 di wilayah Sleman masih ditemukan sebanyak 7 kasus dengan kematian 1 orang. Kegiatan yang dilaksanakan untuk mencegah penularan lebih luas dengan penyuluhan-penyuluhan dan penyelidikan epidemiologi.

Grafik 22

Gambaran kasus lepstospirosis di Kabupaten Sleman tahun 2007 s/d 2012

1 0 33 2 80 5 64 3 68 3 7 1 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Th 2007 Th 2008 Th 2009 Th 2010 Th 2011 Th 2012 kasus meninggal 11. Program Imunisasi

Program imunisasi untuk bayi di Kabupaten Sleman telah menunjukkan hasil yang baik dilihat dari persentase cakupan bayi yang mendapat imunisasi lengkap telah tercapai melebihi 100%. Dalam kegiatan immunisasi dilakukan dengan pembinaan, supervise dan penyediaan logistic serta distribusi rutin vaksin dan logistic setiap bulan ke seluruh UPT Puskesmas dan 2 buah rumah sakit pemerintah, serta surveilans kejadian ikutan pasca immunisasi (KIP) dan penyakit yang dapat dicegah dengan immunisasi (PD3I). Adapaun pemberian pelayanan immunisasi langsung ke sasaran bayi, ibu hamil, wanita subur (calon pengantin) dan anak sekolah dilaksanakan oleh UPT Puskesmas, dan seluruh Unit pelayanan Kesehatan (UPK) pemerintah maupun swasta di seluruh Kabupaten Sleman.

Cakupan imunisasi tahun 2012 sebagai berikut : BCG 114%, DPT-HB Kombo (3) 102,7%, IPV (4) 99,46% dan campak 101,5%. Prosentase

capaian cakupan immunisasi tersebut melalmpui target universal Child Immunization (UCI) 100% dari jenjang tingkatan desa sampai kecamatan yang ditetapkan oleh Depkes RI.

Sasaran wanita usia subur dan ibu hamil immunisasi yang diberikan adalah TT (1-5). Hasil cakupan imunisasi tahun 2012 untuk ibu hamil TT2 plus sebesar 65,5%, sedangkan untuk anak usia sekolah dasar/sederajat klas I sampai IV adalah imunisasi campak, DT dan TT yang diberikan serentak pada Bulan Immunisasi Anak Sekolah (BIAS) yaitu Bulan Nopember setiap tahunnya.

Grafik 23

Pencapaian Cakupan Immunisasi Campak dan Hepatitis B (0-7 hari) Tahun 2005 s/d 2012 123 116 110 104 104 108,5 107,78 101,5 99,5 99 99 99,62 100 100,6 111,45108,1 0 20 40 60 80 100 120 140 campak 123 116 110 104 104 108,5 107,8 101,5 HB 0-7 hr 99,5 99 99 99,62 100 100,6 111,5 108,1 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Cakupan imunisasi campak dan Hepatitis B 0-7 hari sebagai indikator perlindungan dan jangkauan program imunisasi pada tahun 2012 masing-masing tercapai 108,1%.

Dalam pelaksanaan BIAS terpadu selain hasil pencapaian cakupan secara kuantitatif juga peningkatan kualitatif dalam pelayanan imunisasi di unit pelayanan kesehatan baik pemerintah dan swasta perlu terus dilakukan. Salah satu upaya selain implementasi system manajemen mutu ISO 9001:2000 yang telah dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan dan ISO

9001:2008 untuk puskesmas. Pada tahun 2008 juga telah dilakukan kegiatan

DQS (Data Quality Self-Assesment) di setiap Puskesmas.

C. PROGRAM PENYEHATAN LINGKUNGAN dan TEMPAT-TEMPAT UMUM

Dalam dokumen Dinas Kesehatan Sleman File (Halaman 37-48)

Dokumen terkait