• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM BK DI SEKOLAH

Dalam dokumen JURNAT BIMBINGAN DAN KONSELING (Halaman 105-111)

Pentingnya Keterampilan Pengambilan Keputusan Remaja untuk Mencegah Perilaku Seks Bebas (Promiscuity)

PROGRAM BK DI SEKOLAH

Layanan Bimbingan dan Konse-ling (BK) di Sekolah dapat mengem-bangkan keterampilan pengambilan keputusan seks untuk remaja, karena bimbingan secara harfiah berarti "membimbing", menginformasikan lang-sung, mengawasi, dan membantu

individu siswa dapat membuat pilihan, penyesuaian dan pemecahan masalah- yang mereka hadapi dalam situasi proses belajar mengajar. Individu dibantu untuk memahami, menerima dan menggunakan kemampuannya, bakat dan minat untuk mencapai tujuan dan aspirasi (Odemelam & Uwani dalam Mogbo, 2005). Hal ini, sejalan dengan konsep yang dikem-bangkan oleh Depdikbud (2003), di mana pendidikan menekankan keca-kapan hidup (life skill education), yang meliputi: (a) kecakapan personal

(personal skill), (b) kecakapan sosial (interpersonal skill), (c) kecakapan

akademik (academical skill), dan kecakapan vokasional (vocational

skill). Dari keempat keterampilan

tersebut terdapat kecakapan pengam-bilan keputusan (decision making skills) yang merupakan salah satu dari kecakapan berpikir (thinking skills). Adapun organisasi kesehatan Dunia (WHO) mengkategorikan kecakapan hidup menjadi tiga komponen sebagai berikut.

(1) Critical thinking skills/Decision-making, problem solving skills and information gathering skills. The indi-vidual must also be skilled at evaluating the future consequences of their present actions and the actions of others. They need to be able to determine alternative solutions and to analyze the influence of their own values and the values of those around them. (2) Interpersonal/commu-nication skills-include verbal and non-verbal communication, active listening, and the ability to express feelings and give feed back. Also in this category, are negotiation/refusal skills and assertive-ness skills that directly affect ones’ ability to manage conflict. Empathy, which is the ability to listen and understand others’

needs, is also a key interpersonal skill. Teamwork and the ability to cooperate include expressing respect for those around us. Development of this skill set enables the adolescent to be accepted in society. These skills result in the accep-tance of social norms that provide the foundation for adult social behaviour. (3) Coping and self-management skills refers to skills to increase the internal locus of control, so that the individual believes that they can make a difference in the world and affect change. Self esteem, self-awareness, self-evaluation skills and the ability to set goals are also part of the more general category of self-manage-ment skills. Anger, grief and anxiety must all be dealt with, and the individual learns to cope loss or trauma. Stress and time management are key, as are positive thinking and relaxation techniques.”

Bimbingan dan konseling di sekolah merupakan mitra sekaligus bagian dari pendidikan itu sendiri. Tujuan bimbingan dan konseling di sekolah ialah agar (1) siswa mempe-roleh pemahaman yang lebih baik terhadap diri sendiri, (2) siswa dapat mengarahkan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya ke arah tingkat perkembangan yang optimal, (3) siswa mampu memecahkan sen-diri masalah yang dihadapinya, (4) siswa mempunyai wawasan yang lebih realistis serta penerimaan yang objektif tentang dirinya, (5) siswa memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya dan dapat menyesuaikan diri secara lebih efektif baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkungannya, (6) siswa mencapai taraf aktualisasi diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya, dan (7) siswa terhindar dari gejala-gejala kecemasan dan salahsuai (Carolina,

2001).

Untuk mewujudkan tujuan tersebut diperlukan berbagai upaya dalam rangka membangun dan memelihara kedudukan bimbingan dan konseling pada posisi strategis yaitu sebagai bagian integral dalam keseluruhan sistem pendidikan di sekolah. Menurut Depdiknas (2007) pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah-sekolah di arahkan untuk membantu para siswa sebagai konseli agar mereka mampu menjadi individu yang mandiri, produktif, dan ber-tanggung jawab. Dalam posisi ini, guru bimbingan dan konseling (kon-selor di sekolah), lazimnya mampu menampilkan kinerja sebagai pe-ngampu ahli pelayanan bimbingan dan konseling yang memandirikan peserta didik sebagai konseli.

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Keterampilan pengambilan ke-putusan remaja sangat diperlukan bagi remaja atau siswa agar dapat memiliki kemampuan membuat keputusan yang tepat berkenaan dengan setiap peri-laku yang akan diperbuat dengan memikirkan dampak buruk dan resiko-nya.

Masalah kesehatan seksual rema-ja perlu mendapatkan perhatian oleh guru bimbingan dan konseling/ konselor di sekolah, dan orang-tua, karena remaja berada pada masa SMP dan SMA. Guru bimbingan dan konseling lazimnya memberikan pelayanan-pelayanan bimbingan dan konseling kepada remaja/siswa agar mereka mampu mengambil keputusan

secara tepat, sehingga dapat dihindari berbagai masalah termasuk di dalam-nya masalah seks bebas yang sangat membahayakan masa depannya. Kerja sama antara guru bimbi-ngan dan konseling debimbi-ngan orang-tua perlu dibangun dan dikembangkan yang lebih maksimal dalam menun-jang pelaksanaan pelayanan bimbing-an dbimbing-an konseling di sekolah sebagai bagian integral dalam sistem pendidik-an pada setting persekolahpendidik-an.

Di samping itu, guru bimbingan dan konseling/konselor sekolah lazim-nya mampu meningkatkan mutu pela-yanan bimbingan dan konseling, sehingga pencintraan bimbingan dan konseling di sekolah dan di masya-rakat semakin baik untuk mendorong dukungan sosial dan fasilitas dari pihak sekolah. Guru bimbingan dan konseling sebagai konselor di sekolah lazimnya mampu meningkatkan profe-sionalitasnya memalui berbagai akti-vitas produktif, seperti penelitian tindakan kelas, menulis artikel ilmiah sebagai luaran hasil penelitian, me-libatkan diri dari berbagai kegiatan profesi (ABKIN) seperti seminar nasional, konvensi, workshop, dan kegiatan lain yang relevan. Dengan demikian ke depan profesi bimbingan dan konseling semakin bermartabat dan mandiri di tengah masyarakat global.

DAFTAR PUSTAKA

Arif Ainur Rofiq. (2007). Paket

Pengembangan Bimbingan dan Konseling Kesehatan Repro-duksi Remaja. Universitas

Ne-geri Malang: Tesis tidak di-terbitkan.

Adair, John. (2007). Decision Making

& Problem Solving Strategies.

London: Kogan Page.

BeythMarom, R., Austin. L., Fischhoff, B., Palmgren, C.,& Jacobs Quadrel, M. (1993). Perceived

consequences or risky behavi-ors: Adults and adoles-cents. Journal of Developmental Psy-chology,29,(3), 549-563.

Boehm, R.G. & Webb, B. (2002).

Skills Handbook Using Social Studies. Columbus, OH: SRA/

McGraw-Hill.

Borg, W.R. and Gall, M.D. (2003).

Education Research. Longman

Inc. 95 Street, White Plains. Brown, J.C. (2006). The effect of

behavioral and outcome feed-back on prudent decision-making under conditions of present and future uncertainty.

Journal and Decision Making,

1,(1), 76-85.

Campbell, V.N., & Laskey, K.B. (1991). Institutional strategy

for teaching decision making in schools. In J. (pp. 297-308).

Hillsdale, NJ: Lawrence Erlba-um Associates.

Carris, M.J., Sheeber, L., & Howe, S. (1998). Family rigidity, adoles-cent problem-solving deficits, and suicidal ideation: A me-diational model (Electronic version). Journal of

Adoles-cence, 21, 459-472.

Cohn, L.D., Macfarlane, S., Yanez, C., & Imai, W. (1995).

Risk-perception: Differences

Health Psychology, 14(3),

217-222.

Data Kementerian Kesehatan R.I. http://mercuryfm.co.id. Diakses tanggal 18 Agustus 2014 on-line.

Depdiknas. (2007). Naskah Akademik:

Penataan Pendidikan profesi-onal Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan For-mal. Jakarta: Direktorat

Jende-ral Pendidikan Tinggi.

Dermawan, Rizky (2006).

Pengambi-lan Keputusan. Bandung:

Alfa-beta.

Depdikbud, R.I. (1995.) Seri Pemandu

Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta.

Dirjen Dikdasmen.

Ellis. (1962). Effective rational appro-ach to counseling decision ma-king. Journal of Counseling

Psychology 9 (1962), pp,

240-45. Copyright 1962 pada the American Psychological Asso-ciation.

Epstein, J.A., Griffin, K.W., & Botvin, G.J. (2000). Role of general and specific competence skills in protecting innercity adoles-cents from alcohol use [Elec-tronic version]. Journal of

Studies on Alcohol, 61,

379-386.

Fischhoff, B. (1992). Risk taking: A

developmental perspective. In

J.F. Yates (Ed.), Risk-Taking Behavior, (pp. 133-162). Chi-chester, England: John Wiley & Sons.

Fischhoff, B., Crowell, N.A., & Kipke, M. (1999). Adolescent

Decision Making: Implications for Prevention Programs.

Summary of a Workshop. Washington, DC: National Aca-demy Press. (ERIC Document Reproduction Service No. E D441185).

F.J. Monks. A.M.P. Knoers, Siti Rahayu Haditono. (1998).

Psikologi Perkembangan Pe-ngantar dalam Berbagai Ba-giannya. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Ganzel, A.K. (1999). Adolescent decision making: The influence of mood, age, and gender on the consideration of informa-tion [Electronic version].

Jour-nal of Adolescent Research, 14,

289-318.

Gordon, C.P. (1996). Adolescent decision making: A broadly based theory and its appli-cation to the prevention of early pregnancy [Electronic version]. Adolescence, 31, 561-584.

Goodie, A.S. (2007). The skill element in decision making under uncertainty: Control or compe-tence? Journal Judgment and

Decision Making,3,(2),189-203.

Hess,T.M. (2012). To deliberate or not to deliberate: Interactions bet-ween age, task, characteristic, and cognitive activity on decision making. Journal of

Behavioral Decision Making, 25, 29-40.

Harris, Robert. (2009). Introduction to

Decision Making. Tersedia:

http://www.virtualsalt.com/bio blurb.htm.%20diakses%206%2 0Desember%202009.

Jawa Pos, Tanggal 4 April 2013, Data

HIV AIDS 2012 Riset

Kemen-terian Kesehatan R.I.

Jemmott III, J.B., Jemmott, L.S., & Fong, G.T. (1998). Abstinence and safer sex HIV risk-reduction interventions for African American adolescents: A randomized controlled trial [Electronic version]. The

Jour-nal of the American Medical Association, 279(19), 1529-1536.

Kabar Nasional. (2012). http://bisnis-jabar.com/index.php/berita/kab ar-nasional-182-kasus-kenaka- lan-anak-semakin-memprihatin-(5 November, 2012).

Kartono Kartini. (1989). Psikolologi

Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung: Mandar

Ma-ju.

Koban, Wiwan S. (2011). Remaja.

(Online). Tersedia:http://rumah

belajarpsikologi.com/indekx. php/tumbuh-kembang-mainm- enu-29/remaja-mainmenu-75 (4 Juli 2012).

Kuther, T. L., & Higgins-D Alessan-dro, A. (2000). Bridging the gap between moral reasoning and adolescent engagement in risky behavior. Journal of

Ado-lescence, 23, 409-422.

Marcotte, D., Alain, M., & Gosselin, M-J. (1999). Gender differen-ces in adolescent depression: gender typed characteristics or problem-solving skills defi-cits? [Electronic version]. Sex Roles: A Journal of Research, 41(1), 31-48.

Maryana Apriani Lestari. (2012).

Efektivitas Layanan Dasar

Bimbingan untuk Mengem-bangkan Keterampilan Pengam-bilan Keputusan Siswa Kelas XI Tahun Ajaran 2011/2012.

Bandung: Universitas Pendidik-an Indonesia.

Moljono, P.(2002). Penyusunan dan

Pengembangan Instrumen Pe-nelitian. Makalah dan

Loka-karya Peningkatan Suasana Akademik Jurusan Ekonomi FIS-UNJ, Jakarta,5-9 Agustus 2002.

Salkind, N. J. (2006). Exploring

Rese-arch, 3rd edition. Pearson

Edu-cational International.

Santrock, John W. (2003). Psikologi

Pendidikan. Jakarta: Prenada

Media Group.

Stenberg, Robert J. (2008). Psikologi

Kognitif Edisi Keempat.

Yog-yakarta: Pustaka Pelajar.

St. Lawrence, J.S., Jefferson, K.W., Alleyne, E., O'Bannon III, R.E., & Shirley, A. (1995). Cognitive-behavioral inter-vention to reduce American adolescents' risk for HIV infection. Journal of

Consul-ting and Clinical Psychology,

63(2), 221-237.

Tempo.Com. (2011). Jumlah Penderita HIV/AID di Jawa Timur Ter-tinggi. http://www.tempo.com. Diakses tanggal 30 November 2011.

Triwahyuningsih, Dian dan Budi Purwoko. (2004). Penerapan strategi pengambilan keputusan untuk meningkatkan kemam-puan memilih studi lanjut siswa. Jurnal PPB FIP UNESA, 5(2).

UNAIDS (2000). Report on The

Global HIV/AIDS Epidemic.

Geneva, Switzerland, United Nation Programme on HIV/ AIDS.

WHO (1975). Education and

Threat-ment in Human Sexuality: The Training of Health Professi-onals. Technical Report Series

Ketentuan penulisan artikel Jurnal Bimbingan dan Konseling

Dalam dokumen JURNAT BIMBINGAN DAN KONSELING (Halaman 105-111)