BAB 4 PROSES VERIFIKASI DATA PENERIMA SUBSIDI
A. Tujuan, Luaran, Kegiatan,Cakupan Wilayah dan Waktu
Untuk memperoleh data dan informasi mengenai kemiskinan di kabupaten rejang lebong dan kabupaten kaur provinsi Bengkulu sebagai wilayah sampel pemantauan dan evaluasi PKPS BBM tahun 2005,khususnya 8 desa/kelurahan yang ada sebagai bahan verifikasi data penduduk / keluarga miskin.
2. Luaran
a. Kriteria penduduk/keluarga miskin
b. Data peringkat penduduk /keluarga miskin yang akan dijadikan acuhan proses pemantauan dan evaluasi PKPS BBM tahun 2005 c. Pebandingan jumlah penduduk miskin berdasarkan informasi
masyarakat dengan jumlah penduduk /keluarga miskin yang digunakan dalam program.
3. Kegiatan
a. Fasilitas proses identifikasi sasaran program melalui musyawarah desa/keluarga.
b. Pengumpulan informasi tentang perkembangan dan permasalahan pelaksanaan program
BAB
4
4. Cakupan wilayah
Verifikasi data penduduk /keluarga miskin dilakukan di kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Kaur dengan rincian desa/keluran sebagai berikut:
Tabel 24 Wilayah verifikasi data penduduk / keluarga miskin
No Kabupaten Kecamatan Desa/kelurahan
1 Rejang Lebong 1.Kecamatan Curup 1. Kamp.Banyumas 2. Air Meles 1.Kecamatan Padang
Ulak Tanding(PUT)
1. Jabi 2. Taktoi
2 Kaur 3.Kecamatan Kaur
Selatan
1. Pasar Baru 2. Pasar Lama 4.Kecamatan Maje 1. Linau
2. Tnjung Baru 5. Waktu pelaksanaan:24 oktober 2005 s/d 2 Nopember 2005 1. proses pelaksanaan
Verifikasi data pendudukan/keluarga miskin dilakukan di 8 desa/kelurahan yang menjadi simple pemantauan dan evaluasi.proses verifikasi dilakukan melalui kegiatan musyawarah desa/kelurahan. Mengingat proses verifikasi dilakukan dalam bukan puasa bagi umat muslim,maka musyawarah sebagian besar dilakukan pada malam hari setelah selesai sholat tarawih. Adapun yang diundang dalam musyawarah ini adalah:
Kepala desa/ lurah
2 orang aparat desa/kelurahan
Tokoh agama
Tokoh pendidikan(Guru)
Tokoh pemuda
Tokoh masyarakatan
Tokoh PKK
Ketua BPD
Pada umumnya musyawarah ini mendiskusikan perihal kriteria penduduk /keluarga miskin versi masyarakat,membahas peringkat penduduk/keluarga miskin,dan mendiskusikan perkembangan program PKPS BBM tahun 2005 dan permasalahan yang dihadapi.
1) Ciri-ciri keluarga miskin
Dari musyawarah di 8 desa/kelurahan yang menjadi sampel pemantaua dan evaluasi PKPS BBM tahun 2005,disepakati kriterian penduduk/keluarga miskin menurut masyarakat adalah:
Janda/duda tua yang tidak punya penghasilan tetap dan anak/keluarga lainnya tidak mampu
Keluarga yang tidak punya pekerjaan dan penghasilan tetap dengan
pendaptaran per-hari rata-rata di bawah Rp.20.000,-
Keluarga yang tidak mempunyai asset berharga yang dapat dijual dengan harga di atas Rp.1.000.000,-,kecuali rumah tinggal
Keluarga yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan minimal 2 kali sehari
Keluarga yang belum mempunyai rumah sendiri atau sudah memiliki rumah namun sangat sederhana (luas bangunan di bawah 36 m2,lantai tanah/tidak keramik dinding papa/semi permanen.
2) Daftar peringkat keluarga miskin
Musyawarah desa/kelurahan ini juga membahas miskin yang adadi setiap desa/kelurahan. Penyusunan peringkat ini dimulai dengan menyepakati sistem peringkat yang akan di terapkan. Kesepakatan tersebut adalah dengan menyusun peringkat sebagai berikut
a. Sangat miskin b. Miskin c. Cukup miskin d. Tidak miskin e. Sangat tidak miskin
Dengan kesepakatan sistem peringkat tersebut di atas, maka mulai diidentifikasi seria penduduk / keluarga yang ada di desa/keluarga tersebut digolongkan ke kategori yang mana, dengan catatan peringkat sangat miskin merupakan prioritas mendapat bantuan. Apabilah semua masyarakat peringkat sangat miskin sudah mendapatkan bantuan semua nya,kemudian baru masyarakat dengan kategori miskin begitu seterusnya.
3) keluarga miskin yang masuk dalam program
Tabel 24 Perbandingan jumlah penduduk /keluarga miskin masyarakat dengan yang digunakan dalam program
No Wilayah pantau
Jumlah gakin menurut masyarakat
Jumlah gakin yang digunakan dlm.program
Perbandinga n gakin masy dang akin
program 1 Kabupaten
Rejang Lebong
Desa Jabi 50 50 1:1
Desa Taktoi 250 100 2,5:1
Kamp.
Banyumas
101 75 1,35:1
Desa Air Meles 93 64 1,45:1
Rata-rata kabupaten rejang lebong 1,71:1
2 Kabupaten Kaur
Desa Pasar Baru 120 50 2,4:1
Desa pasar lama 150 70 2,14:1
Desa linau 124 57 2,18:1
Desa tanjung baru
638 163 3,91:1
Rata-rata Kabupaten Kaur 3,29:1
Rata rata keseluruhan
2,43:1
Data pada tabel di atas menunjukan bahwa secara keseluruhan pada sample wilayah pantauan jumlaj keluarga miskin yang digunakan dalam program PKPS BBM tahun 2005 bila dibandingkan dengan jumlah keluargamiskin menurut masyarakat adalah 1:2,43.
Lebih spesifik lagi,di kabupaten kaur perbandingan tersebut lebih tinggi,yakni 1:3,29 sementara di kabupaten rejang lebong 1:1,71
Dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 25 Alokasi Dana PKPS BBM untuk Puskesmas
No Kabupaten/Kota
Pelayanan Puskesmas dan Rujukan
Rumah Sakit
Pelayanan dan Penunjang
1 Bengkulu Utara 1.331.689.405 35.450.00
0
2 Muko-muko 515.149.257 13.927.00
0
3 Bengkulu Selatan 538.472.537 13.927.00
0
4 Seluma 682.497.875 17.725.000
5 Kaur 545.840.821 15.193.00
0
6 Rejang Lebong 615.573.935 16.459.00
0
7 Lebong 437.368.115 8.863.000
8 Kepahyang 420.962.744 10.129.00
0
9 Kota Bengkulu 619.069.141 13.927.00
0 Kepulauan dan Daerah
Terpencil
150.000.000 -
Provinsi - 131.716.5
10
Jumlah 5.856.669.830 247.316.5
10 2. Bidang Infrastruktur Pedesaan
1) Proses Pelaksanaan
a. Setelah Desa ditetapkan mendapat IP maka diadakan rapat desa untuk menentukan proyek IP yang akan dilaksanakan.
b. Berdasarkan hasil rapat desa maka di bentuk pokmas sebagai unit pelaksana kegiatan IP tersebut.
c. Pokmas membuat rencana anggaran biaya (RAB) secara lengkap untuk diajukan ke Dinas Kimpraswil kabupaten/kota.
d. Setelah RAB disetujui maka dibuat kontrak dan beberapa hari setelah ditandatangani kontrak dana tahap I cair. Pencairan langsung kerekening Pokmas.
e. Sehari setelah dana diterima pokmas maka kegiatan proyek IP langsung dilaksanakan.
f. Dalam pelaksanaan IP sebagian besar teaga kerja adalah berasaldari desa bersangkutan. Tenaga kerja yang berasal dari desa lain apabila kegiataan proyek IP tidak memungkinkan dilakukan masyarakat , missalnya dilakukan dalam hal pengaspalan dan pengerasan jalan dengan menggunakan alat berat.
g. Sampai pada saat pemantauan seluruh proyek IP telah selesai 100%
dari 40% dana yang dicair. Karena itu sebagian besar desa mengharapkan tahap ke II dana segera dicairkan terutama bagi proyek IP yang dilakukan secara swakelola. Hal ini perlu ada kegiatan IP yang tidak mungkin dilakukan secara terputus atau setidak-tidaknya hasilnya kurang baik apabila pelaksanaan proyek IP dilakukan secara terputus
h. Sebagian besar desa pada saat ini dalam proses untuk pencarian dana tahap II. Hal ini ditandai dengan sedang dilakukannya pembuatan laporan dan konsultasi dengan pihak Dinas Kimprsawil secara intensif.
Dalam proses ini nampaknya masih terjadi beberapa kekeliruan pelaporan dan pertanggung jawaban keuanagn yang dilakukan oleh pihak pokmas. Sementara itu keinginan untuk segera mencairkan tahap ke II sangat tinggi mengingat tahun anggaran 2005 segera akan berakhir. Ada kekhawatiran dipihak pokmas lamban cairnya dikhawatirkan dipihak pokmas lamban cairnya dikhawatirkan proyek IP tidak akan selesai sesuai dengan jadwa waktu yang ditetapkan.
i. Ada beberapa desa yang melakukan proyek IP yang melebihi target seperti yang tertera dalam RAB. Misalnya yang dilakukan Pokmas Desa Air Meles dan Banyumas Kecamatan curup, menurut RAB panjang jalan IP adalah 1km tetapi dalam pelaksanaan panjang jalan 1,5 km. Hal ini dapat dilakukan dengan efesiensi yang dilakukan pomas dan atas musyawarah desa yang sangat membutuhkan pengerasan jalan 1,5 km tersebut.
2) Factor penghambat dan Solusinya
Tabel 26 Permasalahan yang dihadapi Program IP dan Solusinya
No Aspek Permasalahan Solusi
1 Model pelaksana a kegiatan
Sebagian besar model KSO
yang mengakibatkan
keterlibatan masyarakat sebagai pekerja kurang,
Swakelola dengan
pendampingan oleh konsultan
Disamping terbuka
kemungkinan intervensi biroksi dalam proses penunjukkan pemborong (menejemen fee tersembunyi)
menejemen dan teknis yang tepat
2 Masyarakat mendapat informasi
keliru tentang model swakelola, seolah- olah model ini rumit, harus punya modal besar dsb.
Sosialisasi tentang maksud dan Tujuan dari masing-masing model pelaksaan program
3 Teknis Kegiatan proyek musim hujan
Proyek IP selambat- lambatnya dimulai bulan
April
4 Administra si Tandatangan kontrak dengan pencairan dana relative lama sehingga waktu terlamabat, ketercapaiana program sesuai dengan target
waktu sulit tercapai
Dana segera di cairkan setelah kontrak
ditandatangani
5 Waktu dan alat berat
Waktu yang singkat dan penggunaan alat berat secara bersamaan, membuat program tidak
efesien
Paling sediakan waktu 6 bulan untuk proses implementasi program
6 Administra si dan
teknis
Penentuan Desa yang
mendapatkan IP kurang transparan
Perlunya kriteria yang jelas dan yang
Mendapatkan proyek IP
a. Feed back Pelaksana Program
Dalam kegiatan proyek IP ada beberapa hal yang dapat dijadi umpan balik bagi pelaksana program. Adapun umpan balik itu adalah sebagai berikut : a) Sebaiknya setiap petunjuk menggunakan bahasa yang sederhana dan
disertai dengan contoh konkrit
b) Dalam memulai proyek IP perlu memperhatikan musim didaerah seperti musim hujan, musim kemarau, musim tanam, musim panen, Musim ini
sangat menentukan pelaksanaan proyek IP baik dari segi kualitas maupun dari segi tingkat keterlibatan masyarakat dalam kegiatan tersebut.
c) Penyederhanaan administrasi menjadi kebutuhan yang mendesak karena sebagian pokmas urusan administrasi menjadi beban tersendiri. Hal ini dapat dilihat dengan sering terjadi kesalahan baik dalam pelaporan maupun SPJ keuangan, kesulitan ini menjadi beban karena tidak berpengalamannya Pokmas dalam urusan SPJ.
d) Harus ada jadwal pemanfaatan alat-alat berat agar tidak menimbulkan hambatan karena alat berat jumlahnya terbatas sementara pelaksanaan proyek IP relatif serentak dan dalam waktu singkat.
3. Bidang Subsidi Langsung Tunai (SLT) 1) Proses Pelaksanaan
Sejak kenaikan BBM di umumkan 1 Oktober 2005 oleh pemerintah, RTM langsun menjerit karena beberapa harga keperluan sehari-hari langsung mengalami kenaikan lebih dari 10%. Pemerintahpun berjanji untuk membagikan KKB sebagai syarat agar mereka mendapatkan SLT. Pucuk dicinta ulampuntiba, KKB yang ditunggu-tunggu RTM di Provinsi Bengkulu sampai kepada RTM mulai 14 sampai 21 Oktober 2005. Meskipun dibeberapa daerah mengalami gejolak dari RTM yang belum terdata sebagai calon penerima KKB, bagi RTM yang sudah mendapatkan KKB merasa berterimakasih kepada pemerintah.
Jauh-jauh hari pemerintah sudah menyiapkan pendataan social ekonomi, yang sebelumnya merekrut tenaga pencacah local (PCL). Hampir seluruh BPS Kabupaten tepat waktu dalam pelaksanaan pelatihan. Hanya BPS Kabupaten kaur dan Kabupaten Muko-muko yang terlambat satu minggu mengadakan pelatihan PCL. PCL di Kabupaten Muko-muko terlambat satu minggu dilatih karena kabupaten tersebut sedang melaksanakan syukuran perdamaian setelah terjadi amuk masa pasca pilkada. Sementara itu PCL di Kabupaten Muko-muko terlambat satu minggu dari jadwal karena petugasnya masih mengandalkan BPS Kabupaten induknya dulu, yaitu Kabupaten Bengkulu Utara. Kabupaten Bengkulu Utara melaksanakan pelatihan PCL bagi Kabupaten Bengkulu Utara dulu, baru kemudian mengadakan pelatihan untuk Kabupaten Muko-muko.
Rasa terimakasih kepada pemerintah, ditunjukkan dalam bentuk agresifitas pencairan KKB oleh RTM di Kantor POS yang telah ditunjuk.
Karyawan kantor POS setempatpun kewalahan untuk melakukan pelayanan atas benyaknya antrian yang pada umumnya pengambilan (98,89%) dilakukan sendiri tanpa diwakilkan dengan pihak lain. Namun disayangkan masih ada sebagian responden yang mewakilkan pengambilan SLT dengan alas an RTM
sedang berhalangan. Tidak hanya itu saja dari RTM yang dapat KKB tidak memiliki KTP. Masih ada (6,04%) RTM yang mengaku dipotong oleh aparat desa. Ini terjadi di Kabupaten Kaur, yaitu sebesar Rp.45.000.000,-). Meskipun demikian kita patut berbangga karena sebagian besar RTM (93,96) menyatakan bahwa uang SLTAnya tidak dikurangi/dipotong sepeserpun.
Apalagi transportasi untuk pergi dan pulang sudah disediakan sejak semula dari desa tempat RTM tinggal.
Di Kabupaten Padang Ulak Tanding 34 KKB dari 100 KKB tidak tahu dimana rimbanya, pada masyarakat tidak ada, pada aparat juga tidak ada.
Pada petugas BPS pun tidak ada, karena KKB sudah dibagikan. Kalau ke 34 KKB itu sudah dapat dicairkan pada kantor POS setempat. Ini menandakan bahwa orang yang tidak memiliki KKB dapat mencairkan KKBnya tanpa harus membawa KTP, namun cukup dengan surat keterangan dari kepala desa. Hal ini agar tidak terjadi di kemudian hari.
Niat baik pemerintah untuk membantu RTM dikotori dengan berita ketidak siapan aparat desa untuk tidak mengganggu SLT agar dapat dinikmati secara utuh oleh RTM. Berita pemotongan SLT di surat kabar local hamper dijumpai setiap hari yang besarnya bervariasi.Pemotongan dilakukan untuk pembuatan KTP dan uang administrasi. Untuk mengatasi pemotongan ini disarankan agar hanya di data saja RTM yang sudah memiliki KTP.
Pendapatan jangan hanya dilakukan satu kali dalam setahun tetapi selama 4 (empat) kali dalam setahun, triwulan. Selain itu pendataan harus diumumkan di surat kabar local dengan tulisan yang tidak terlalu kecil tetapi terbaca oleh masyarakat luas, sehingga masyarakat luas dapat melakukan control social siapa yang wajar dapat dan siapa yang tidak wajar dapat KKB.
Anugrah luar biasa yang belum dialami tahun-tahun sebelumnya BLT yang telah dicairkan di Kantor POS terdekat langsung dimanfaatkan oleh RTM yang sebagian besar uang SLT/BLT dipergunakan untuk keperluan pangan (75,99%) selebihnya untuk keperluan lain. (berobat karena ada RTM yang tidak dapat Askin), pelunasan hutang. Keperluan pangan menjadi prioritas masyarakat, karena sumber pangan yang dimiliki masyarakat, karena sumber pang yang dimiliki masyarakat, seperti hasil dari sawah ataupun kebun tidak mencukupi untuk kebutuhan keluarga. Namun saying SLT yang diperoleh tidak mampu untuk membendung pengeluaran RTM selama dua bulan terakhir yang meningkat sampai mencapai (96,98%) RTM. Begitu berharga BBM diumumkan naik. Segala harga kebutuhan pangan naik. Inflasi diatas 12%. Bengkulu tertinggi nomor dua setelah provinsi Lampung.
Pengeluaran RTM tidak sebanding, biaya hidup lebih tinggi.
Sepengetahuan RTM masih ada orang yang tergolong mampu/kaya yang mendaoatkan KKB sebanyak(18.76%), sedang yang miskin mendapatkan KKB
berjumlah (81,24%). Masih adanya orang mampu/kaya yang mendapatkan KKB disebabkan mereka dikejar rasa ketakutan, rasa takut miskin. Perlu ditumbuhkan budaya malu bila kaya tapi dikategorikan miskin. Atau orang kaya yang terlanjur menerima KKB dengan penuh kesadaran tanpa paksaan mengembalikan KKB kepada BPS.
Bantuan yang diterima RTM dikategorikan cukup bermanfaat (61,13%).
Ini berarti informasi kualitatif menyatakan bahwa bantuan yang diterima mampu menutup sebagian besar pengeluaran. Sena dengan informasi kuantitatif bahwa SLT sebanyak Rp.100.000,_ sedang keperluan mencapai Rp.175.000,00. SLT cukup bermanfaat tidak saja untuk keperluan pupuk tanaman dan dibelikan usaha antara lain ayam kampong. SLT yang diinvestasikan dalam bentuk pemberdayaan yang produktif mulai menjadi wacana dalam media masa terutama bagi RTM yang masih muda dibawah 60 tahun.
Tabel 27 Check List Program SLT No
Pertany a an
Jumlah Responden
Jumlah Jawaban Frekuensi (%)
(a) (b) (c) (d) (a) (b) (c) (d)
[418] 629 Oktober 24-21
[419] 629 62
2
7 0 0 98.8
9
1.11 0.00 0.00
[420] 629 59
1
38 0 0 93.9 6
6.04 0.00 0.00
[421] 629 47
8
57 13 81 75.9 9
9.06 2.07 12.8 8
[422] 629 61
0
19 0 0 96.9 8
3.02 0.00 0.00
[423] 629 16
6 40
3
48 0 26.9 0
65.3 2
7.78 0.00
[424] 629 51
1 11
8
0 0 81.2 4
18.7 6
0.00 0.00
[425] 629 14
7 38
7
88 7 23.3 7
61.5 3
13.9 9
1.11
2) Praktek Baik dan Tidak Baik a. Praktek Pendataan yang Baik
Petugas pencacah lapangan (BPS), Ibu Ratna, di Desa Jabi, Kecamatan Padang Ulak Tanding, Kabupaten Rejang Lebong, merasa ragu atas usulan aparat desa setempat desa setempat yang mengusulkan KK miskin 100 orang bahkan kemudian rencananya mengusulkan lagi menjadi 150 orang. PCL setempat melakukan verifikasi dan usulan 150 orang menjadi 50 RTM, karena yang lainnya memiliki hewan piaraan yang dikategorikan sebagian tabungan:
seperti kerbau dan sapi. Selain itu memiliki kebun yang luas meskipun letaknya diluar desa. Walikota/Bupati di Provinsi Bengkulu pengumuman di surat kabar local pada minggu kedua, anatra lain, berisi :
a) Bagi Rumah Tangga Miskin yang belum terdata akan didata ulang untuk tahap kedua yang akan dimulai pada minggu ke-3 bulan Oktober sampai dengan Desember 2005.
b) Waktu pendistribusian kartu Kompensasi BBM dilaksanakan mulai tanggal 5 sampai dengan 31 Desember 2005.
c) Bagi Rumah Tangga yang tidak layak menerima Kartu Kompensasi BBM (KKB) segera mengembalikan kartu ke bps Kota Bengkulu bila tidak mengembalikan kartu tersebut akan ditarik kembali oleh petugas dan aparat yang berwenang untuk diproses secara hukum.
d) Agar dana kompensesasi BBM tepat sasaran untuk keluarga miskin, diharapkan pada warga yang mengetahui ada rumah tangga yang tidak layak mendapatkan dana kompensesi tetapi memiliki kartu supaya melaporkan dan memberikan informasi yang lengkap (nama dan alamat, RT, RW, Kelurahan) kepada lurah dan camat setempat sehingga petugas dan aparat yang berwewenang dapat menarik kembali kartu tersebut untuk selanjutnya diproses secara hukum.
e) Barang siapa yang memalsukan data yang sesuai dengan kriteria rumah tangga miskin maka yang bersangkutan dapat dikenakan sanksi tegas sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
b. Praktek Pendapatan yang tidak baik
Petugas pencacah lapangan (BPS), di desa taktoi, kecamatan padang ulak tanding,kabupaten rejang lebong,dikatakan warga setempat sewaktu pendapatan tidak melakukan kunjungan kerumah penduuk. Didata diatas meja . sehingga banyak warga yang desa tersebut belum mendapatkan KKB.
Kepala desa merasa dibohongi karena ijinnya mendapatkan sosial ekonomi (PDSE). Padahal kalau terus terang melakukan pendataan orang miskin mungkin banyak yang mau di daftar.
Warga miskin mencurigai perangkat desa KKN (Rakyat Bengkulu, 16 Oktober 2005) di kabupaten lebong. Semakin banyak saja warga miskin di kabupaten lebong yang memprotespembagian subsidi langsung tunai Rp.100.000 sebagai kopensasi atas kenaikan harga BBM. Setelah puluhan warga mendatangi gedung DPRD, kemarin giliran warga dari desa tanjung agung, kecamatan lebong atas yang memprotes pembagian subsidi karena dinilai tidak tepat sasaran. Warga miskin dari desa tanjung yang mewakili gulam dan muktar mencurigai ada unsur KKN dalam pendataan warga miskin yang dilakukan oleh prangkat desa. Indikasinya, sebagian besar penerima subsidi langsung tunai itu adalah keluarga dari perangkat desa setempat.
Akibatnya banyak warga yang seharusnya mendapatkan subsidi malah tidak menerimanya. Dana kompensi BBM dipotong ( rakyat bengkulu, selasa 22 november 2005). Dana kompetensi BBM dikeluhkan waraga. Karena dana yang diperuntukkan warga miskin tersebut dipotong dengan oknum aparat desa setempat. Alasannya untuk biaya administrasi pembuatan KTP dan KK supaya mendapatkan dana kompensesi BBM bantuan langsung tunai (BLT).
Adapun besarnya patungan bervariasi antara Rp.10.000,-Rp.50.0000,- untuk stiap penerimaan kompensasi tersebut. Desa yang melakukan pemotongan tersebut adalah desa menau IX kecamatan padang guci.
Kabupaten kaur. Hal ini diungkapkan oleh beberapa warga yang tidak setuju dengan adanya pemotongan itu pada hari minggu, 12 November 2005.
Sehingga mereka hanya menerima Rp.250.000,-/KK dari seharusnya Rp.300.000,- untuk jatah tiga bulan kedepan. Pemotongan tersebut sangat mengesahkan masyarakat yang mendapatkan kompensasi BBM di desa tersebut.
c. Praktek Pendistribusian KKB yang baik
PCL di beberapa desadapat dengan tertib membagikan KKB difasilitasi oleh aparat desa. Hal ini terjadi didesa banyumas dan desa air males bawah, kecamatan curup. Desa jabi kecamatan ulak tanding. Demikian juga di desa pasar lama kecamatan kaur selatan, kabupaten kaur pendistribusian KKB berjalan mulus. Praktek pendistribusian yang tidak menimbulkan masalah terjadi pula di desa linau, desa tanjung baru kecamatan maje, kabupaten kaur.
Demo masyarakat yang kurang tertib pada tanggal 7 oktober2005 membuat aparat yang sebelum kurang sigap menjadi sigap dan cepat mengambil keputusan untuk menunda pendistribusian KKB kepada RTM yang ditanda tangani tripika kecamatan camat, polres, dan koramil.
d. Praktek pendistribusian yang tidak baik
Petugas BPS didesa taktoi kecamatan padang ulak tanding, kabupaten rejang lebong tidak sanggup membagikan KKB karena tidak tahan didemo oleh masyarakat dan menyerahkan kepada kepala desa. Kepala desa juga tidak diberi nama-nama penerima KKB. KKB dibagikan oleh aparat desa tanpa melihat direktori.
e. Praktek pencairan yang baik
Di kabupaten rejang lebong dana BLT diselamatkan (rakyat bengkulu, jum’at 25 november 2005). Sebanyak 400 kartu kompensasi bahan bakar minyak (KKB) di kabupaten rejang lebong. Kepahiyang dan lebong yang tidak layak ditarik di badan pusat statistik (BPS) kabupaten rejang lebong. Dari 400 KKB yang ditarik itu, berhasil diselamatkan 420.000.000 per tahunnya. Sebab, jika 400 KKB itu menerima Rp.100.000 per bulan maka selama 1 tahun akan menguras uang negara Rp.1,2 juta per KKB”uang yang kita tarik itu diserahkan kembali kepada BPS pusat. Mungkin uang itu akan digunakan untuk membayar KKB yang baru diusulkan .’ kata kepala BPS RL R. Nuransyah.SE.
f. Praktek pencairan yang tidak baik
Subsidi BBM dipotong aparat desa (RB, 17 oktober 2005). Pemotongan tersebut digunakan untuk KTP Rp.5000, pajak Rp.6000, dan transportasi Rp.20.000,00. Penyaluran subsidi tunai langsung sebesar Rp.100.000 untuk warga miskin di lebong bukan hanya tidak tepat sasaran, tapi ada indikasi pembagian subsidi itu dipotong oleh oknum aparat desa. Modus pemotongan dengan alasan untuk kartu keluarga,KTP, Transportasi dan pajak. Total pemotongan mencapai Rp.55.000. demikian hasil insvestigasi LSM peduli bengkulu untuk rimbo pengadang, sebagaimana disampaikan ketuanya, M.Musa kepada koran ini kemarin. Berdasarkan aturan yang berlaku, setahu saya tidak dibenarkan adanya pemotongan. Tapi informasi yang saya peroleh masing- masing KK yang mendapatkan bantuan tersebut, mendapatkan potongan untuk pembuatan KTP Rp.15 ribu, pajak Rp.6 ribu, Transportasi pengurusan aparat desa dalam mengurus pencairan subsidi BBM tersebut Rp.20 ribu, sehingga total potongan mencapai Rp.55.000 per KK.
3) Permasalahan yang Dihadapi dan Solusinya
Beberapa permasalahan yang dihadapi pada program SLT mencakup:
a. Di beberapa desa, pendapatan RTM oleh BPS dilakukan kurang teliti dan cermat dengan tidak memperhatikan kriteria kemiskinan dari BPS. Ada unsur KKN baik itu pada PCL/BPS maupun kepala desa
b. Beberapa lanjut usia miskin non-pensiunan (di atas 60 tahun) tidak terdata
c. Beberapa anak yatim piatu miskin di luar panti asuhan tidak terdata d. Beberapa orang cacat di luar panti asuhan tidak terdata
e. Pendataan hanya dilakukan satu kali dan satu kali usulan tidak melibatkan perguruan tinggi
f. Pendistribusian KKB yang dilakukan BPS kabupaten mendapat retensi yang sifatnya mengarah pada anarkis dari RTM miskin yang belum terdaftar
g. Kurang dilakukan desiminasi bahkan cenderung tidak transparan
h. Pembayaran uang SLT/BLT oleh kantor POS terdekat sulitt menerapkan ketentuan yang berlaku. Boleh mencairkan KKB tanpa KTP, boleh diwakilkan. Pihak POS cenderung hanya menjamin jangan sampai terdapat KKB palsu dengan cara melakukan skening baik dengan menggunakan alat elektronik ataupun dengan cara manual.
Tabel 28 Aspek, Permasalahan dan Solusi
No Aspek Permasalahan Solusi
1 Pendataan RTM Di beberapa desa, pendataan RTM oleh BPS
dilakukan kurang teliti dan kurang cermat dengan tidak memperhatikan kriteria kemiskinan
dari BPS.
Saat pendataan harus punya RTM harus memiliki KTP.
Pendataan ulang dari BPS.
Cenderung ada unsur KKN baik itu pada PCL/BPS maupun kepala desa.
Pendataan melibatkan semua unsur termasuk perguruan tinggi
Beberapa lanjut usia miskin non-pensiun (di atas 60 tahun) tidak terdata
Lanjut usia miskin non-pensiun(>60 tahun), anak yatim piatu, orang cacat diluar panti harus menjadi prioritas Beberapa orang cacat
diluar panti asuhan tidak
terdata Pendataan
ulan
Pendataan hanya dilakukan satu kali dan satu kali susulan tidak melibatkan perguruan tinggi.
g dilakukan
setiap tiga bulan dan
melibatkan perguruan tinggi
2. Pencetakan KKB Belum ada masalah dilakukan BPS pusat
Meskipun ada
belum 3. Pendistribusian KKB Terjadi demostrasi di
beberapa kecamatan, seperti kecamatan PU.Tanding
Kartu dibagikan bersama aparat kelurahan/desa
Ada orang miskin yang tidak mendapat KKB (demonstrasi masa pada 7 oktober 2005)
Usulan penundaan pembayaran KKB dan RTM baru, Tripika kec.
Dicabut/dibatalkan oleh BPS
Ada orang kaya yang dapat KKB
Penerima BPS Kurang sosialisasi
cenderung tidak
Penerima KKB diumumkan
transparan
Tidak ada rasa malu bagi orang yang muda sehat dan kuat dikontrak miskin satu tahun
kemedia surat kabar setempat lengkap dengan alamat.
Mereka jangan digolongkan dengan
pada kelompok miskin, tapi sebagai korban dari kenaikan BBM. Sebaiknya mereka
dikelompokkan sebagai ekonomi lemah yang perlu diberdayakan