• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

4.1 Bentuk Prokem

4.1.2 Prokem Bentuk Kata Kompleks

4.1.2.3 Prokem yang Berbentuk Pemendekan

Proses pemendekan atau abreviasi adalah proses penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga menjadi bentuk baru yang berstatus kata. Berdasarkan data yang diperoleh, proses pemendekan yang terjadi

adalah singkatan dan akronim. Berikut akan dijelaskan mengenai proses- proses tersebut.

4.1.2.3.1 Singkatan

Singkatan merupakan salah satu proses pemendekan yang berupa huruf atau gabungan huruf. Proses ini dilakukan dengan cara memendekan suku kata dan menanggalkan beberapa bagian yang terdapat dalam kata tersebut. Bagian yang dihilangkan biasanya berupa vokal dan yang dipertahankan adalah bentuk konsonan awal pada tiap suku kata. Prokem juga ada yang berbentuk singkatan. Berikut akan dijabarkan mengenai prokem yang berbentuk singkatan yang berupa pengekalan huruf awal dari sebuah leksem.

(9) Konteks: Tempat di depan sekolah, waktu setelah pulang sekolah

Salah satu siswa menceritakan kepada temannya kalau dia tidak suka dengan teman sekelasnya, alasannya karena temannya itu suka berbicara tanpa ada bukti. Teman yang diajak bicara membenarkan.

“Kae bocah toli senenge kur OT, dadi wis ora usah digubris!” ‘Anak itu sukanya cuma omong tok, jadi tidak usah digubris!’

OT pada data (9) merupakan hasil singkatan dari Omong Thok. O diambil dari huruf awal kata omong, sementara T diambil dari huruf awal kata thok.

Seorang siswa putri menyindir temannya yang terlalu percaya diri dalam merencanakan kegiatan. Dengan nada yang tidak kalah sewotnya, teman yang disindir balik menyindir.

A: “PD banget si ko.”

B: “Ya iya, jaman siki ora PD mati aje.” A: ’Percaya Diri banget sih kamu.’

B: ’Ya iya, zaman sekarang tidak percaya diri mati saja.’

PD pada data (18) merupakan hasil singkatan dari Percaya Diri. P diambil dari huruf awal kata percaya, sementara D diambil dari huruf awal kata diri.

(19) Konteks: Tempat di luar sekolah, saat pulang sekolah.

Beberapa siswa bercakap- cakap merencakan kepergiannya ke rumah salah satu temannya. Namun salah satu siswa tidak bisa ikut.

A: “Deneng ko ora melu maringne Hendrik?” B: “Ngapa maring nganah?”

A: “Ya ngengsreng koh.” B: “Lah isin.”

A: “Ya TP- TP”

A: ’Kok kamu tidak ikut ke rumah Hendrik?’ B: ’Kenapa harus kesana?’

A: ’Ya jalan- jalan lah’ B: ‘Malu.’

A: ‘Ya Tebar Pesona.’

TP pada data (19) merupakan hasil singkatan dari Tebar Pesona. T diambil dari huruf awal kata tebar, sementara P diambil dari huruf awal kata pesona.

(33) Konteks: Tempat di depan kelas, saat istirahat.

Seorang siswa mendatangi teman- temannya yang sedang duduk di depan kelas. Dia meminta temannya untuk geser duduknya karena dia ingin duduk.

A: “Geser, geser!”

B: “Lah wegah, wis PW koh.” A: ’Geser- geser!’

B: ’Tidak mau, posisinya sudah enak.’

PW pada data (33) merupakan hasil singkatan dari Posisi Wuenak. P diambil dari huruf awal kata posisi, sementara W diambil dari huruf awal kata wuenak.

(40) Konteks: Tempat di luar sekolah, saat pulang sekolah.

Seorang siswa bertanya kepada temannya mengenai lebih enak mana TTM atau pacaran.

A: “TTM karo pacaran kira- kira enak endi ya?”

B: “Ya mbuh ya, wong aku ya urung tau ngalami loro- lorone.” A:’ TTM dengan pacaran kira- kira enak mana?’

. TTM pada data (40) merupakan hasil singkatan dari Teman Tapi Mesra. T diambil dari huruf awal kata teman, T kedua diambil dari huruf awal kata tapi, sementara M diambil dari huruf awal kata mesra.

(28) Konteks: Tempat di dalam kelas, saat jam pelajaran kosong.

Seorang siswa menegur temannya yang ribut sendiri, namun teman yang ditegur malah balik menegur.

A: “Gyeh bocah cilik rubes banget si ko, udet bae.” B: “Ja reang lah, ora sah kakehen coment!”

A: “Ya wis, ora urusan, ora urunan, ora duwe duit.” B: “La ko ngapa takon- takon?”

A: ‘Sapa sing takon, GR.”

A: “Anak kecil rame sekali sih kamu, ribut terus.”

B: “Jangan berisik lah, tidak usah kebanyakan komentar!” A: “Ya sudah, tidak urusan.”

B: “Lha kenapa tanya- tanya?” A: “Siapa yang tanya, GR.”

GR pada data (28) merupakan hasil singkatan dari Gede Rasa. G diambil dari huruf awal kata gede, sementara R diambil dari huruf awal kata rasa.

4.1.2.3.2 Akronim

Akronim adalah pemendekan yang dibentuk dengan cara menggabungkan huruf awal, suku kata, atau mengkombinasikan huruf dengan suku kata sehingga

dapat dilafalkan secara wajar. Tuturan yang di dalamnya terdapat kata prokem bentuk akronim adalah sebagai berikut.

(5) Konteks: Tempat di depan sekolah, waktu setelah pulang sekolah.

Beberapa siswa berjalan keluar dari sekolah. Satu diantaranya membicarakan ayah dari teman mereka yang sering bermain judi togel.

“Ngerti pora, ramane Fendi toli gunane pasang togel?”

’Tahu tidak, bapaknya Fendi sering sekali memasang toto gelap?’

Togel dalam data (5) merupakan hasil akronim dari toto gelap. Kata togel terbentuk dengan mengambil suku kata /to/ dari kata toto dan suku kata /gel/ dari kata gelap.

(10) Konteks: Tempat di depan fotokopian, waktu setelah pulang sekolah. Sambil menunggu angkutan, salah satu siswa berkata kepada temannya:

A: “Kira- kira angger Purbalingga ana dugeman priwe ya?”

B: “Kayane seneng, malem mingguan bisa dugem, ora kur nang alun- alun thok.”

A: ‘Kira- kira kalau Purbalingga ada diskotiknya bagaimana ya?’

B: ‘Sepertinya menyenangkan, malam mingguan bisa ke diskotik, tidak hanya di alun- alun.’

Dugem dalam data (10) merupakan hasil akronim dari dunia gemerlap. Kata dugem terbentuk dengan mengambil suku kata /du/ dari kata dunia dan suku kata /gem/ dari kata gemerlap.

(29) Konteks: Tempat di dalam kelas, saat istirahat.

Seorang siswa bercerita kalau SMP 1 baru saja memenangkan perlombaan. Siswa yang lain menanggapi.

“Spenza, OK banget!” ’SMP 1 oke sekali!’

Spenza dalam data (29) merupakan hasil akronim dari kata SMP 1. Suku kata spen merupakan kata SMPN bila dilafalkan secara cepat. Sementara suku kata /za/ berasal dari penggalan kata satu.

(31) Konteks: Tempat di counter depan sekolah, saat pulang sekolah.

Seorang siswa perempuan kesal karena Hp-nya sebentar- sebentar berdering. Dia kesal karena si penelepon hanya miscall- miscall.

“Sapa jane sing miscall- miscall, sebel banget angger ana wong sing senenge cumi.”

‘Siapa sebenarnya yang miscall- miscall, aku benci sekali kalau ada orang yang sukanya cuma miscall.’

Cumi dalam data (31) merupakan hasil akronim dari kata cuma misscall. Suku kata /cu/ berasal dari penggalan kata cuma. Sementara suku kata /mi/ berasal dari penggalan kata misscall.

Beberapa siswa sedang duduk di depan kelas. Dari jauh terlihat salah satu teman mereka yang sedang berbicara dengan guru. Ternyata apa yang dilakukan temannya itu di luar kebiasaannya, dia bisa sopan, tingkah lakunya tertata. Salah satu siswa yang sedang duduk berkata:

“Nang ngarepe guru ya dadi jaim, jajal deleng angger lagi karo dhewek!”

’Di depan guru jadi jaga image, coba lihat kalau sedang dengan kita- kita!’

Jaim dalam data (39) merupakan hasil akronim dari jaga image. Kata jaim terbentuk dengan mengambil suku kata /ja/ dari kata jaga dan suku kata /im/ dari kata image.

Dokumen terkait