• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II :LANDASANTEORITIS

A. Kerangka Teoritis

1. Prokrastinasi

1.1.Pengertian Prokrastinasi

Kita telah mengetahui bagaimana belajar menjadi termotivasi, bahkan mungkin kita telah mempraktekkannya dan betul menjadi terpacu dan bertekad hendak melakukannya sesuai jadwal. Namun demikian, masih sering terjadi gejala

dimana kita hendak melakukannya, dengan perkataan lain menunda-nunda pekerjaan manusia akan kehilangan kesempatan dan menyia-nyiakan karunia Tuhan.

Seseorang yang mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai batas waktu yang telah ditentukan, sering mengalami keterlambatan, dan gagal dalam menyelesaikan tugas sesuai batas waktu yang telah ditentukan, dikatakan sebagai orang yang melakukan prokrastinasi

M. N. Ghufron. (2014:150) Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan “pro” yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran “crastinus”.yang berarti keputusan hari esok, atau jika digabungkan menjadi menangguhkan atau menunda sampai hari berikutnya.Kata prokrastinasi memiliki arti menangguhkan tindakan untuk melaksanakan tugas dan dilaksanakan pada lain waktu.

Solomon dan Rothblum,“mengemukakan bahwa prokrastinsi lebih dari sekedar lamanya waktu dalam menyelesaikan tugas, tapi juga meliputi penundaan yang dilakukan secara konsisten yang disertai oleh kecemasan”. Kecemasan akan timbul ketika pelaku prokrastinasi menyadari waktu mengerjakan yang semakin sempit dan tugasnya belum selesai. Berkaitan dengan masalah pembelajaran, penundaan atau prokrastinasi dikenal dengan prokrastinasi akademik.

Prokrastinasi dapat juga dikatakan sebagai penghindaran tugas, yang diakibatkan perasaan tidak senang terhadap tugas serta ketakutan untuk gagal dalam mengerjakan tugas.

Knaus ,“berpendapat bahwa penundaan yang telah menjadi respon tetap atau kebiasaan dapat dipandang sebagai trait prokrastinasi”. Artinya prokrastinasi dipandang lebih dari sekedar kecenderungan melainkan suatu respon tetap dalam mengantisipasi tugas-tugas yang tidak disukai dan dipandang tidak diselesaikan dengan sukses.

Dengan kata lain penundaan yang dikatogorikan sebagai prokrastinasi adalah apabila penundaan tersebut sudah merupakan kebiasaan atau pola yang menetap, yang selalu dilakukan seseorang ketika menghadapi suatu tugas dan penundaan yang diselesaikan oleh adanya keyakinan irasional dalam memandang tugas. Bisa dikatakan bahwa istilah prokrastinasi bisa dipandang dari berbagai sisi dan bahkan tergantung dari mana seseorang melihatnya.

Millgran (dalam Ghufron & Ririsnawati 2014:153) “ mengatakan bahwa prokrastinasi adalah perilaku spesifik yang meliputi :

1) Suatu perilaku yang melibatkan unsur penundaan, baik untuk memulai maupun menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas;

2) Menghasilkan akibat – akibat yang lebih jauh, misalnya keterlambatan menyelesaikan tugas meupun kegagalan menyelesaikan tugas;

3) Melibatkan suatu tugas yang dipersepsikan oleh pelaku prokrastinasi sebagai suatu tugas yag penting untuk dikerjakan, misalnya tugas kantor, tugas sekolah meupun tugas rumah tangga;

4) Menghasilkan keadaan emosional yang tidak menyenangkan, misalnya perasaan cemas, perasaan bersalah, marah, panik, dan sebagainya”.

Burka dan Yuen (dalam Ghufron & Ririsnawati 2014:152) “menegaskan kembali dengan menyebutkan adanya aspek irasional yang dimiliki oleh seseorang prokrastinasi”. Seseorang prokrastinasi mrmiliki pandangan bahwa suatu tugas harus diselesaikan dengan sempurna sehingga dia merasa lebih aman untuk tidak melakukannya dengan segera. Prokrastinator sebenarnya sadar bahwa dirinya menghadapi tugas – tugas yang penting dan bermanfaat. Akan tetapi, dengan sengaja menunda – nunda secara berulang – ulang (komplusif), hingga muncul perasaan tidak nyaman, cemas, dan merasa bersalah dalam dirinya.

Berdasarkan pengertian dari pemaparan diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa, “pengertian prokrastinasi sebagai suatu penundaan yang dilakukan secara sengaja dan berulang-ulang, dengan melakukan aktivitas lain yang tidak diperlukan dalam pengerjaan tugas yang penting”. Seseorang yang memiliki kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan batasan waktu yang telah ditentukan, sering mengalami keterlambatan mempersiapkan diri secara berlebihan, maupun gagal dalam menyelesaikan tugas sesuai batas waktu bisa dikatakan sebagai prokrastinasi.

1.2.Ciri-ciri Prokrastinasi Akademik

Menurut Burka menjelaskan ciri - ciri seorang pelaku prokrastinasi antara lain:

b. Berpendapat lebih baik mengerjakan nanti daripada sekarang, dan menunda pekerjaan adalah bukan suatu masalah.

c. Terus mengulang perilaku prokrastinasi

d. Pelaku prokrastinasi akan kesulitan dalam mengambil keputusan. e. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada tugas

yang harus dikerjakan (seperti ngobrol, nonton, mendengarkan musik, jalan-jalan, dll)

f. Kesalahan persepsi tentang hidup. g. Merasa kewalahan.

h. Takut gagal.

Menurut Ferrari (dalam Ghufron, 2014:158) , mengatakan bahwa sebagai suatu perilaku penundaan, prokrastinasi dapat terminifestasikan dalam indikator tertentu yang dapat diukur dan diamati dalam ciri-ciri tertentu berupa:

1. Penundaan Untuk Memulai Maupun Menyelesaikan Kerja Pada Tugas. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi siswa yang melakukan prokrastinasi tahu bahwa tugas yang dihadapinya harus segera diselesaikan, akan tetapi dia menunda-nunda untuk mulai mengerjakannya atau memenunda-nunda-menunda-nunda untuk menyelesaikan sampai tuntas jika dia sudah mulai mengerjakan sebelumnya

2. Keterlambatan Dalam Mengerjakan Tugas. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas, jadi siswa yang melakukan prokrastinasi

memerlukan waktu yang lebih lama daripada waktu yang dibutuhkan pada umumnya dalam mengerjakan suatu tugas.Seorang prokrastinator menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk mempersiapkan diri secara berlebihan, maupun melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan dalam penyelesaian suatu tugas, tanpa memperhitungkan keterbatasan waktu yang dimilikinya. Kadang-kadang tindakan tersebut mengakibatkan seseorang tidak berhasil menyelesaikan tugasnya secara memadai. Kelambanan, dalam arti lambannya siswa dalam melakukan suatu tugas dapat menjadi ciri yang utama dalam prokrastinasi akademik.

3. Kesenjangan Waktu Antara Rencana Dan Kinerja Aktual. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual, maksudnya siswa yang melakukan prokrastinasi mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Seorang prokrastinator sering mengalami keterlambatan dalam memenuhi deadline yang telah ditentukan, baik oleh orang lain maupun rencana-rencana yang telah ditentukan sendiri. Seseorang mungkin telah merencanakan untuk mulai mengerjakan tugas pada waktu yang telah ditentukan akan tetapi ketika saatnya tiba tidak juga melakukannya sesuai dengan apa yang telah direncanakan, sehingga menyebabkan keterlambatan maupun kegagalan untuk menyelesaikan tugas secara memadai dengan melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harusnya dikerjakan.

4. Melakukan Aktivitas Yang Lebih Menyenangkan. Siswa yang melakukan prokrastinasi dengan sengaja tidak segera melakukan tugasnya, akan tetapi menggunakan waktu yang dia miliki untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih menyenangkan dan mendatangkan hiburan, seperti membaca (koran, majalah, atau buku cerita lainnya), nonton,ngobrol, mendengarkan musik, dan sebagainya, sehingga menyita waktu yang dia miliki untuk mengerjakan tugas yang harus diselesaikannya.

Berdasarkan pendapat diatas, peneliti dapat menyimpulkan “ bahwa ciri-ciri prokrastinasi akademik adalah penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi, keterlambatan dalam mengerjakan tugas, kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual dan melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan”.

1.3.Jenis – Jenis Prokrastinasi

Menurut Ellis dan Knaus, “ prokrastinasi merupakan hasil dari penyimpangan kognisi, yaitu terbentuknya pola pikir yang salah dan bentuk kegagalan untuk memulai atau menyelesaikan tugas/aktivitas yang berkaitan dengan waktu yang terbata”. Adanya penundaan pekerjaan yang biasa dilakukan seseorang ini berkaitan dengan batas waktu yang ditentukan. Ada kalanya seseorang menunda-nunda mengerjakan sesuatu hanya karena batas waktu yang ditentukan masih lama. Seseorang melakukan penundaan karena alasan untuk menghindari hasil yang buruk, sehingga prokrastinasi itu dapat bermakna positif maupun negatif. Prokrastinasi bisa bermakna positif bila penundaan itu dilakukan untuk

menghindari keputusan yang impulsif dan tanpa pemikiran yang matang, dan bisa pula bermakna negatif bila itu dilakukan tanpa tujuan yang pasti.

Menurut Ferrari (dalam M. N. Ghufron & Riri Risnawati 2014:154) prokrastinasi memiliki 2 bentuk, yaitu:

1. Prokrastinasi fungsional, yaitu penundaan pelaksanaan tugas untuk mencari data yang lebih lengkap sehingga tugas yang dikerjakan menjadi sempurna. 2. Prokrastinasi disfungsional yaitu penundaan penyelesaian tugas tanpa arah

yang jelas yang berakibat buruk dan menimbulkan masalah.

Menurut Ferrari (dalam M. N. Ghufron & Riri Risnawati 2014:154) ada dua bentuk prokrastinasi berdasarkan tujuan mereka melakukan penundaan yaitu :

1. Prokrastinasi Pengambilan Keputusan (Decision Procrastination)

Penundaan dalam pengambilan keputusan. Jenis prokrastinasi ini merupakan sebuah anteseden kognitif dalam menunda kinerja guna menghadapi situasi yang dipersepsikan penuh stres. Jenis prokrastinasi ini terjadi akibat kegagalan dalam mengidentifikasi tugas, yang kemudian menimbulkan konflik dalam diri individu sehingga akhirnya seseorang menunda untuk memutuskan masalah.hal ini berhubungan dengan kelupaan dan kegagalan proses kognitif. Akan tetapi tidak berkaitan dengan kurangnya proses kognitif siswa yang melakukan prokrastinasi.

Perilaku tampak (overt behavior) prokrastinasi adalah suatu penundaan dalam perilaku tampak. Penundaan dilakukan sebagai suatu cara untuk menghindari tugas yang dirasa tidak meyenangkan dan sulit dilakukan.Behavioral Procrastinationberhubungan dengan tipe self presentation, keinginan untuk menjauhkan diri dari tugas yang menantang.

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan “ bahwa prokrastinasi dapat dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan tujuan dan manfaat penundaan, yaitu prokrastinasi yang dysfunctional ( yang menampakan penundaan yang tidak bertujuan dan merugikan diri sendiri) dan prokrastinasi fungsional, (yaitu penundaan yang disertai alasan yang kuat, mempunyai tujuan pasti sehingga tidak merugikan, bahkan berguna untuk melakukan suatu tugas terselesaikan dengan baik). Penelitian ini dibatasi pada jenis dysfunctional behavioral procrastination, yaitu penundaan yang dilakukan pada tugas yang penting, tidak bertujuan, dan bisa menimbulkan akibat negatif”.

1.4.Teori Perkembangan Prokrastinasi

Ada beberapateori psikologi yang menjadi dasar perkembangan prokrastinasi akademik diantaranya (dalam M. N. Ghufron & Riri Risnawati 2014:160) :

1. Psikodinamik

Penganut psikodinamik beranggapan bahwa pengalaman masa kanak-kanak akan mempengaruhi perkembangan proses kognitif seseorang ketika dewasa,terutama trauma. Seseorang yang mengalami trauma akan suatu tugas tertentu, misalnya gagal menyelesaikan tugas sekolahnya, akan cenderung

melakukan prokrastinasi ketika seseorang dihadapkan lagi pada suatu tugas yang sama. Seseorang tersebut akan teringat kepada pengalaman kegagalan maupun perasaan tidak menyenangkan yang pernah dialami seperti masa lalu,sehingga menunda mengerjakan tugas sekolah, yang dipersepsikannya akan mendatangkan perasaan seperti masa lalu .

2. Behavioristik

Penganut psikologi behavioristik beranggapan bahwa perilaku prokrastinasi akademik muncul akibat proses pembelajaran. Seseorang melakukan prokrastinasi akademik karena dia pernah mendapatkan punishment atas perilaku tersebut. Seorang yang pernah merasakan sukses dalam melakukan tugas sekolah dengan melakukan penundaan, cenderung akan mengulangi lagi perbuatannya. Sukses yang pernah dia rasakan akan dijadikan reward untuk mengulangi perilaku sama dimasa yang akan datang

Perilaku prokrastinasi akademik juga bisa muncul pada kondidi lingkungan tertentu. Kondisi yang menimbulkan stimulus tertentu bisa menjadi reinforcement bagi munculnya perilaku prokrastinasi. Kondisi yang linient atau rendah dalam pengawasan akan mendorong seseorang untuk melakukan prokrastinasi akademik karena tidak adanya pengawasan akan mendorong seseorang untuk berperilaku tidak tepat waktu.

3. Behavioral Kognitif (Cognitive-Behavioral).

Ellis dan Knaus (dalam M. N. Ghufron & Riri Risnawati 2014:162) memberikan penjelasan tentang prokrastinasi akademik dari sudut pandang

Cognitive-Behavioral. Menurutnya, prokrastinasi akademik terjadi karena adanya keyakinan irrasional yang dimiliki oleh seseorang. Keyakinan irrasional tersebut dapat disebabkan oleh suatu kesalahan dalam mempersepsikan tugas sekolah, seperti: memandang tugas sebagai beban yang berat dan tidak menyenangkan (aversiveness of the task) serta takut mengalami kegagalan (fear of failure). Akibatnya, ia merasa tidak mampu untuk menyelesaikan tugasnya secara memadai, sehingga ia menunda penyelesaian tugas tersebut.

1.5.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi

(Bruno, 1998; Millgram, & Ferrari, dkk, dalam M. N. Ghufron & Riri Risnawati 2014:164). Faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor Internal,

Faktor internal yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu yang mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor itu meliputi kondisi fisik dan kondisi psikologis dari individu, yaitu:

a. Kondisi Fisik Individu

Faktor dari dalam diri individu yang turut mempengaruhi munculnya prokrastinasi akademik adalah berupa keadaan fisik dan kondisi kesehatan individu misalnya fatigue. Seseorang yang mengalami fatigue akan memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk melakukan prokrastinasi dari pada yang tidak. Namun tingkat intelegensi seseorang tidak mempengaruhi perilaku

prokrastinasi. Karena prokrastinasi sering disebabkanoleh kenyakinan – kenyakinan yang irasional.

b. Kondisi Psikologis Individu

Menurut Millgram dkk(dalam Ghufron & Ririsnawati 2014:164).Trait kepribadian individu yang turut mempengaruhi munculnya perilaku penundaan, misalnya trait kemampuan social yang tercermin dalam self regulation dan tingkat kecemasan dalam berhubungan sosial. Berbagai hasil penelitian juga menemukan aspekaspek lain pada diri individu yang turut mempengaruhi seseorang untuk mempunyai suatu kecenderungan perilaku prokrastinasi, antara lain; rendahnya kontrol diri.

2. Faktor Eksternal,

Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang terdapat di luar diri individu yang mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor itu antara lain berupa pengasuhan orang tua dan lingkungan yang kondusif, yaitu lingkungan yang lenient.

a. Gaya Pengasuhan Orangtua

Hasil penelitian Ferrari dan Ollivete (dalam m. N. Ghufron & Riri Risnawati 2014:165), menemukan bahwa tingkat pengasuhan otoriter ayah menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi yang kronis pada subyek penelitian anak wanita, sedangkan tingkat pengasuhan otoritatif ayah menghasilan anak wanita yang bukan prokrastinator.Ibu yang memiliki kecenderungan melakukan avoidance procratination menghasilkan anak wanita yang memiliki kecenderungan untuk melakukan avoidance procratination pula. b. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan yang lenient prokrastinasi akademik lebih banyak dilakukan pada lingkungan yang rendah dalam pengawasan daripada lingkungan yang penuh pengawasan (Millgram dalam M. N. Ghufron & Riri Risnawati 2014:166). Tingkat atau level sekolah, juga apakah sekolah terletak di desa ataupun di kota tidak mempengaruhi perilaku prokrastinasi seseorang dalam.

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi akademik dapat dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu factor yang ada dalam diri individu dan faktor eksternal berupa faktor di luar diri individu. Faktor tersebut dapat menjadi munculnya perilaku prokrastinasi maupun menjadi faktor kondusif yang akan menjadi katalisator sehingga perilaku prokrastinasi akademik seseorang semakin meningkat dengan adanya pengaruh faktor tersebut.

Dokumen terkait