BAB III METODE PENELITIAN
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Pembuatan ODF chlorpheniramine maleate
Komposisi dari masing-masing formula dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Formula sediaan ODF chlorpheniramine maleate
Fungsi Komposisi Formula Obat Strip (mg)
F1 F2 F3 F4 F5 Bahan Aktif (API) Chlorpheniramine maleate 64 64 64 64 64 Polimer HPMC 450 - 112,5 337,5 225 Pektin - 450 337,5 112,5 225 Plasticizers Gliserin 67,5 67,5 67,5 67,5 67,5 Surfaktan Polisorbat 80 20,5 20,5 20,5 20,5 20,5 Saliva Stimulating Agent Citric acid 30 30 30 30 30 Sweeting Agent Sorbitol 20 20 20 20 20 Aspartam 34 34 34 34 34 Flavoring Agent Essence melon qs qs qs qs qs Solvent (Pelarut) Air (mL) 15 15 15 15 15 Keterangan:
F1 = Formula 1 menggunakan polimer kombinasi (HPMC : pektin = 4 : 0) F2 = Formula 2 menggunakan polimer kombinasi (HPMC : pektin = 0 : 4) F3 = Formula 3 menggunakan polimer kombinasi (HPMC : pektin = 1 : 3) F4 = Formula 4 menggunakan polimer kombinasi (HPMC : pektin = 3 : 1) F5 = Formula 5 menggunakan polimer kombinasi (HPMC : pektin = 2 : 2) qs = secukupnya
Prosedur pembuatan sediaan oral dissolving film pada penelitian ini
diambil dari Mishra dan Amin (2009) dengan mengkombinasikan polimer yang
digunakan dengan perbandingan tertentu. Penentuan perbandingan konsentrasi
polimer menggunakan aplikasi perangkat lunak Design-Expert® versi 7.1.5
sehingga diperoleh lima formula dengan perbedaan perbandingan konsentrasi
Film disiapkan dengan menggunakan polimer hidroksi propil metil
selulosa (HPMC) dan pektin dengan metode solvent casting karena polimer larut
air dilarutkan dalam air dan bersamaan dengan bahan obat. Eksipien lainnya
dilarutkan dalam pelarut yang sesuai kemudian kedua larutan dicampur dan
diaduk. Larutan tanpa gelembung ini dituangkan ke dalam cetakan kaca dan
disimpan dalam oven pada suhu 40°-50°C (Kalyan dan Bansal, 2012).
Semua bahan yang dibutuhkan ditimbang kemudian sejumlah polimer
dilarutkaan dalam air panas dan dibiarkan selama 10 menit agar mengembang,
lalu ditambahkan gliserin, diaduk hingga homogen. Sejumlah aspartam dilarutkan
dalam air kemudian ditambahkan asam sitrat, sorbitol, polisorbat 80 dan
chlorpheniramine maleate. Larutan diaduk hingga semua bahan terlarut dengan
sempurna. Larutan dicampur ke dalam larutan polimer sambil diaduk terus-
menerus lalu ditambahkan essence melon. Campuran kemudian didiamkan pada
suhu ruang untuk menghilangkan gelembung udara. Setelah gelembung udara
tidak ada, larutan dapat dituang ke dalam cetakan dengan ukuran 8 cm x 8 cm
kemudian film dikeringkan pada lemari pengering selama 24 jam. Setelah kering,
film dikeluarkan dari cetakan dengan hati-hati kemudian dipotong dengan ukuran
2 cm x 2 cm sehingga tiap film mengandung 4 mg chlorpheniramine maleate.
Film ini dikemas dalam aluminium foil dan disimpan dalam wadah pada suhu
3.3.2 Pembuatan pereaksi 3.3.2.1 Air bebas CO2
Air dididihkan kuat-kuat dalam beker glass selama 5 menit atau lebih dan
didiamkan sampai dingin kemudian tidak boleh menyerap karbondioksida dari
udara (Ditjen, POM., 1995).
3.3.2.2 Larutan natrium hidroksida 0,2 N
Sebanyak 8 g natrium hidroksida dilarutkan dalam air bebas CO2
secukupnya hingga 1.000mL(Ditjen, POM., 1979).
3.3.2.3 Larutan kalium dihidrogen fosfat0,2 M
Sebanyak 27,218 g kalium dihidrogen fosfat dilarutkan dalam airbebas
CO2 dandiencerkan sampai 1.000 mL(Ditjen, POM., 1979).
3.3.2.4 Larutan dapar fosfat pH 6,8
Sebanyak 50 mL kalium dihidrogen fosfat 0,2 M dimasukkan kedalam
labutentukur 200 mL, kemudian ditambahkan dengan natrium hidroksida 0,2 N
sebanyak 22,4 mL lalu diencerkan dengan air bebas CO2 hingga 200 mL(Ditjen,
POM., 1979).
3.3.3 Penentuan panjang gelombang serapan optimum dan penentuan linearitas kurva kalibrasi chlorpheniramine maleate dalam larutan dapar fosfat pH 6,8
3.3.3.1 Pembuatan larutan induk baku I (LIB I)
Sebanyak 50 mg chlorpheniramine maleate ditimbang secara seksama,
dimasukkan ke dalam labu ukur 100mL, kemudian dilarutkan dengan dapar fosfat
pH 6,8. Dicukupkan volumenya dengan dapar fosfat pH 6,8 hingga garis tanda.
3.3.3.2 Pembuatan larutan induk baku II (LIB II)
Dipipet 10 mL larutan induk baku I, dimasukkan ke dalam labu ukur 100
mL kemudian dilarutkan dengan larutan dapar fosfat pH 6,8. Dicukupkan
volumenya dengan dapar fosfat pH 6,8 hingga garis tanda. Konsentrasi teoritis
larutan induk baku II (LIB II) adalah 50 μg/mL.
3.3.3.3 Penentuan panjang gelombang serapan optimum chlorpheniramine maleate dalam larutan dapar fosfat pH 6,8
Dipipet 10,5 mL LIB II, dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL kemudian
dilarutkan dengan larutan dapar fosfat pH 6,8. Dicukupkan volumenya dengan
dapar fosfat pH 6,8 hingga garis tanda. Konsentrasi teoritis 21,18 μg/mL. Diukur
serapannya menggunakan spektrofotometer UV pada panjang gelombang 200 nm-
400 nm.
3.3.3.4 Penentuan linearitas kurva kalibrasi chlorpheniramine maleate dalam larutan dapar fosfat pH 6,8
LIB II chlorpheniramine maleate dipipet berturut-turut sebanyak 5 mL;7,5
mL; 10 mL ; 12 mL ; dan 14,5 mL. Masing-masing dimasukkan ke dalam labu
ukur 25 mL kemudian dilarutkan dengan larutan dapar fosfat pH 6,8. Dicukupkan
volumenya dengan dapar fosfat pH 6,8 hingga garis tanda sehingga diperoleh
konsentrasi teoritis masing-masing 10 μg/mL, 15 μg/mL,19,5 μg/mL, 24 μg/mL,
dan 29 μg/mL. Serapan masing-masing larutan diukur menggunakan
spektrofotometer UV pada panjang gelombang maksimum 262 nm.
3.3.4 Evaluasi karakteristik sediaan ODFchlorpheniramine maleate 3.3.4.1 Karakteristik organoleptis
Karakteristik organoleptis sediaan ODF chlorpheniramine maleate yang
diamati meliputi homogenitas, warna, bau, rasa dan permukaan film yang dilihat
3.3.4.2 Bobot dan ketebalan film
Evaluasi bobot film dilakukan dengan menimbang satu per satu film yang
dipilih secara acak sebanyak enam film setiap formula. Berat setiap film tidak
boleh menyimpang secara signifikan dari bobot rata-rata (Galgatte, et al., 2013).
Evaluasi ketebalan film dilakukan dengan mengukur ketebalan film pada
bagian tengah dan keempat sudutnya menggunakan mikrometer sekrup terhadap
enam film setiap formula. Nilai rata-rata ketebalan film dihitung dan standar
deviasi harus kurang dari 5% dan ketebalan film antara 100-200 μm (Kalyan dan
Bansal, 2012).
3.3.4.3 pH sediaan
Sebuah film diletakkan dalam beaker gelas, dilarutkan dengan 5 mL air
suling. pH sediaan diukur menggunakan pH meter. Pengukuran dilakukan
terhadap enam film setiap formula (Kalyan dan Bansal, 2012).
3.3.4.4 Indeks mengembang
Sebuah film ditimbang dan dicatat bobotnya sebagai W0. Film dibiarkan
mengembang di dalam 15 mL medium dapar fosfat pH 6,8 pada cawan petri
selama 10 detik. ODF diambil dari cawan petri dan dihilangkan airnya dengan
kertas saring, kemudian ditimbang. Perendaman diulang hingga diperoleh bobot
konstan sebagai Wt. Indeks mengembang dihitung dengan persamaan berikut :
Indeks mengembang (%) =W t−W 0
W 0 � 100% Keterangan: Wt : berat film pada waktu t
W0: berat film pada waktu 0
3.3.4.5 Penentuan kadarchlorpheniramine maleatedalam film
Satu lembar film dilarutkan dengan dapar fosfat pH 6,8 dalam labu ukur
100 mL, 15 mL larutan tersebut kemudian diencerkan dengan dapar fosfat pH 6,8
hingga 25 mL. Jumlah chlorpheniramine maleate ditentukan dengan
spektrofotometri pada panjang gelombang maksimum 262 nm. Rata-rata
kandungan obat dari tiga lembar film dihitung (Mohamed, et al., 2011).
3.3.4.6 Waktu hancur
Sediaan film chlorpheniramine maleate dimasukkanpada masing-masing
tabung dari keranjang alat uji waktu hancur, digunakan air suling sebagai medium
dengan suhu 37 ± 0,5°C kemudian alat dijalankan. Waktu hancur diamati pada
masing-masing film. Film dikatakan hancur ketika tidak ada lagi film yang tersisa
di dalam keranjang (Anand, et al., 2007).
3.3.4.7Disolusi chlorpheniramine maleate
Uji disolusi dilakukan dengan alat disolusi tipe dua, dengan metode
paddle, kecepatan putar 50 rpm, medium disolusi dapar fosfat pH 6,8 sebanyak
900mL pada suhu 37 ± 0,5°C. Satu film dimasukkan kedalam alat disolusi.
Larutan diambil sebanyak 5 mL pada menit ke 5, 10, 15, 20, 25, dan 30. Setiap
pengambilan larutan diganti dengan medium yang sama sebanyak 5 mL sehingga
volumenya tetap. Serapan larutan dihitung pada panjang gelombang maksimum
262 nm (Anand, et al., 2007).