• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 TEMUAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.3. Temuan Penelitian

4.3.2 Paparan Data Penelitian

4.3.2.2 PMFG dalam Meningkatkan Resiliensi

4.3.2.2.1 Prosedur Pelaksanaan PMFG

Dalam meningkatkan resiliensi keluarga pasien skizofrenia, PMFG memiliki sasaran terhadap aspek-aspek resiliensi optimisme, analisis kausal, empati, efikasi diri, dan reaching out. Optimisme dibangun dengan menghadirkan pasien gangguan jiwa yang telah “sembuh” dan mampu kembali ke tengah-tengah masyarakat secara mandiri. Kemudian analisis kausal dibangun dengan memberikan pemahaman kepada keluarga pasien akan hakikat dari gangguan skizofrenia yang diderita angoota keluarganya.

Sementara itu setelah pemahaman tentang gangguan skizofrenia diperoleh oleh keluarga pasien maka akan muncul empati dari keluarga pasien terhadap pasien. Sehingga apabila pasien mengamuk ataupun mengacaukan situasi rumah, keluarga pasien dapat memahami bahwa pasien melakukan hal tersebut tanpa sengaja. Mengamuknya pasien adalah akibat dari gangguan skizofrenia yang dideritanya.

Secara otomatis apabila keluarga pasien telah memahami hakikat dari gangguan skizofrenia maka keluarga pasien akan memahami bagaimana cara merawat pasien gangguan jiwa di rumah. Hal ini akan berlanjut dengan peningkatan kepercayaan diri (efikasi diri) keluarga pasien dalam merawat pasien dan mengusahakan kesembuhan pasien.

Dengan banyak mengenal orang-orang baru dengan permasalahan yang sama, keluarga pasien dapat saling bertukar pengalaman tentang bagaimana mengusahakan pengobatan yang terbaik bagi pasien. Keluarga pasien juga menjadi mengtahui kemana harus meminta tolong apabila ada permasalahan tertentu yang dialaminya.

4.3.2.2.2 Resiliensi Keluarga Pasien Skizofrenia Setelah Diberikan PMFG

Setelah mengikuti PMFG resiliensi keluarga pasien dirasakat oleh keluarga pasien semakin meningkat. Namun, dari observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti menemukan bahwa pada dasarnya keluarga pasien skizofrenia yang memiliki resiliensi yang tinggi memang telah terbisa tegar menghadapi permasalahan yang ia hadapi dalam hidupnya. Namun, bukan berarti PMFG tidak memiliki efek sama sekali, melainkan efeknya tidak begitu besar.

Hal yang peneliti temukan dari ketiga subjek dalam membangun resiliensi dirinya yakni dengan membangun kepercayaannya kepada Tuhan. Ketiga subjek dalam penelitian ini memiliki kepercayaan yang kuat terhadap Tuhan YME. Kemampuan reaching out dari keluarga pasien meningkat pesat karena keluarga pasien mencoba memahami bahwa apapun yang telah terjadi merupakan takdir Tuhan yang harus mereka jalani. Dan ketiganya juga meyakini bahwa Tuhan memiliki maksud yang baik atas cobaan hidup yang diberikannya. Dalam hal ini peneliti justru menemukan bahwa kepercayaan terhadap Tuhan (keimanan) memiliki korelasi yang erat dengan resiliensi.

Efek psikologis dari PMFG bagi keluarga pasien yakni dapat berfungsi sebagai support group baru bagi keluarga pasien skizofrenia. Sebagai tempat atau sarana saling berbagi perasaan senasib. Selain itu efek katarsis dari kegiatan ini juga sangat besar karena dalam proses PMFG keluarga pasien dibebaskan mengngkapkan segala keluh kesah dan kesulitan yang dihadapinya dalam merawat pasien gangguan jiwa. Lebih lanjut mengenai hal ini IHM menjelaskan sebagai berikut:

Menurut saya kegiatan ini sangat bermanfaat guna mendampingi keluarga pasien skizofrenia dalam merawat pasien rawat jalan. Serta bisa digunakan untuk sarana menyiapkan keluarga pasien rawat inap yang akan dipulangkan (H1W2:150511).

Dalam setiap kali terapi kan keluarga boleh mengajukan pertanyaan misalnya mereka merasa ada yang dibingungkan dari perilaku keluarganya yang gangguan jiwa. Sehingga setelah pulang kerumah mereka tahu bagaimana harus menangani pasien gangguan jiwa yang mengamuk misalnya. Disamping itu juga dihadirkan pasien-pasien yang telah berhasil sembuh dan berfungsi kembali dalam

nbahwa pasien ganggan jiwa masih bisa berguna dan masih bisa berfungsi dalam masyarakat (H1W4:150511).

Menghadirkan mantan pasien gangguan jiwa yang telah kembali berfungsi dalam masyarakat juga dapat meningkatkan optimisme keluarga pasien skizofrenia. Disamping itu pemahaman yang diperoleh setelah diberikan penjelasan mengenai gangguan skizofrenia dapat meminimalisir terjadinya miss-behave dari keluarga pasien terhadap pasien.

Dengan dukungan dari berbagai macam sisi diduga kemungkinan kambuh dapat diminimalisir. Hal ini akibat tidak ada alasan lagi bagi keluarga pasien untuk takut menghadapi pasien, mengeluh, ataupu depresi akibat tidak mampu memahami pasien gangguan jiwa yang dirawatnya. Para petugan di RSJD-AGH pun juga telah merasakan dampak dari adanya PMFG ini terhadap tingkat keambuhan pasien. Hal ini lebih rinci dijelaskan oleh IHM sebagai berikut:

Kalau soal data saya kurang tahu tapi sepertinya sekarang saya sudah jarang menemui pasien yang sama disini. Dulu Poli Psikologi ini biasanya didatangi oleh pasien yang itu-itu saja. Dan keluarga yang mengeluh ya yang itu-itu saja. Sampai kadang saya sering diundang kerumah pasien karena keluarga pasien bingung bagaimana mengendalikan pasien (H1W10:150511).

Dari sini dapat disimpulakan bahwa keluarga pasien yang masih kebingungan bagaimana merawat pasien telah berkurang. Jika seluruh keluarga pasien memahami bagaimana cara berinteraksi dengan pasien secara otomatis tingkat kekambuhan dapat turun akibat dari pasien merasa nyaman dan diterima dalam keluarganya.

4.3.2.2.3 Keefektifan PMFG untuk Meningkatkan Resiliensi Keluarga Pasien Skizofrenia

Tingkat efektifitas dari PMFG guna meningkatkan resiliensi ini memang sangat mencolok. Namun, terdapat satu faktor penting dalam tiap pribadi yang resilien yakni kepercayaannya terhadap Tuhan. Peneliti menemukan meski beberapa peserta PMFG terkadang tidak mampu memahami paparan dari terapis namun ia tetap resilien karena kepercayaanya terhadap Tuhan.

Namun, secara keseluruhan program ini dapat dikatakan berhasil melihat antusian dari keluarga yang semakin banyak yang ingin mengikuti PMFG. Hal ini kemudian disiasati pihak RSJD-AGH dengan memindah proses terap ke ruangan yang lebih besar. Meskipun terapi secara mengelompok idealnya berisi 10-12 peserta tapi untuk menampung antusiaame keluarga pasien pihak RSJD-AGH masih hanya mampu memperbesar ruangan. Karena jika harus menambah terapis atau menambah jam atau hari masih belum memungkinkan untuk saat ini.

Mengenai dampak dari adanya PMFG ini diungkapkan oleh narasumber utama sebagai berikut:

Kemarin kamu lihat sendiri kan pas terapi keluarga ada keluarga pasien yang jauh-jauh dari pekalongan hanya untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya karena telah diberi bimbingan sehingga hubungannya dan anaknya yang pernah mengalami ganggguan jiwa menjadi menjadi lebih baik sekarang. Ya akibat ikut terapi keluarga itu. Dulu padahal sudah dua minggu pasien masuk rumah sakit tidak ada keluarga yang datang menjenguk. Ternyata mereka itu takut sama anaknya yang gangguan jiwa sehingga tidak berani menjenguk. Tapi setelah tahu bagaimana efek obat dan bagaimana menghadapi pasien yang marah keluarga tersebut mau menjenguk ke sini (H1W9:150511).

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulan data bahwa keluarga psien skizofrenia yang pada awalnya takut terhadap pasien, setelah mengikuti PMFG menjadi paham bagaimana harus merawat pasien. Sejauh ini manfaat dan keefektifan PMFG telah dirasakan keluarga pasien. Namun PMFG yang dijalan kan selama ini hanya berlangsung selama satu jam padahal idealnya minimal satu setengah jam.

Sejauh ini menurut saya sudah efektif ya. Tapi mungkin akan lebih efektif lagi kalau jamnya ditambah. Karena satu jam rasanya singkat sekali. Mungkin satu jam setengah ideal lah (H1W12:150511).

Efektifitas dari PMFG tidak hanya dirasakan oleh para petugas di RSJD-AGH namun juga oleh para keluarga pasien. Mereka mengaku memiliki support group baru dan lebih optimis setelah mengikuti kegiatan ini. Kegiatan ini berusaha menghapus stigma tentang gangguan jiwa yang menahun, dan tidak dapat disembuhkan menjadi bisa sembuh asalkan dengan dukungan keluarga dan insight terhadap pengobatan yang tinggi.