• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Dalam Pembiayaan Zakat Produktif di Baitul Mal Aceh Pembiayaan modal usaha ekonomi mustaḥiq binaan Unit ZIS Produktif

BAB EMPAT PENUTUP

3.4. Prosedur Dalam Pembiayaan Zakat Produktif di Baitul Mal Aceh Pembiayaan modal usaha ekonomi mustaḥiq binaan Unit ZIS Produktif

Baitul Mal Aceh saat ini terfokus pada dua sektor; pertama, sektor usaha mikro di pasar-pasar tradisional di Banda Aceh dan sebagian Aceh Besar. Kedua, sektor pertanian, yaitu sayur-sayuran dan holtikultura. Mereka menerima bantuan tambahan modal usaha berkisar Rp 1,5 juta hingga Rp 10 juta”.18

Penerima pembiayaan modal usaha zakat produktif harus memenuhi beberapa kriteria yang ditetapkan LKMS Baitul Mal Aceh antara lain: masuk dalam daftar Kartu Keluarga (KK) miskin (kurang mampu). Dibuktikan dengan verifikasi ke kantor Kelurahan/Keuchik, dengan kriteria; pen ghasilan lebih kecil

dari kebutuhan hidup sehari-hari, penghasilan di bawah Rp 1.000.000 (Satu juta rupiah) dan mempunyai tanggungan minimal 2 orang, rumah tidak permanen dan tidak layak huni (sederhana). Mempunyai usaha tetap (barang dagangan dalam jumlah sedikit) dan telah berjalan lebih dari 1 tahun, dibuktikan dengan Surat Keterangan Usaha dari Keuchik. Berdomisili di wilayah Banda Aceh dan sebagian Aceh Besar yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK). Jika mustaḥiq berstatus rumah sewa, harus memiliki jaminan pendukung, dan demikian juga jika permohonan modal usaha di atas Rp 6.000.000 (Enam juta rupiah)”.19

Unit ZIS Produktif juga mensyaratkan, tidak mempunyai catatan tunggakan macet di lembaga keuangan lainnya. Jika masih terikat pinjaman dan hutang di tempat lain, maka akan dianalisis dengan kemampuan bayar dari mustaḥiq yang bersangkutan. Dan yang terakhir tidak bekerja sebagai PNS, Pegawai Swasta, dan BUMN (suami/istri/anak).

Dalam melakukan pendataan, ‘amil Unit ZIS Produktif BMA mendatangi calon mustaḥiq ke lokasi masing-masing untuk diwawancarai dan verifikasi. Hal yang ditanyakan mencakup; lama usaha, prospek usaha, keuangan, domisili, jaminan, hutang, dan asset yang dimiliki dan informasi-informasi pendukung lainnya. Tugas ‘amil tidak berhenti di situ, ‘amil harus memverifikasi kebenaran

19 Shafwan Bandadeh, “Bagaimana Baitul Mal Memproduktifkan Zakat,” Suara

Pembaharu; Islamic economic. Diakses melalui

http://Suarapembaharu.eordpress.com/2014/09/21/bagaimana-baitul-mal-memproduktifkan-zakat/#more-450.

data; tempat usaha, tempat tinggal, hutang piutang dan hal penunjang lainnya dengan pihak ketiga, yaitu keuchik, tokoh masyarakat, dan pihak-pihak terkait.20

Seterusnya ‘amil yang melakukan pendataan mempresentasikan hasil survey dalam rapat komite pembiayaan dan merekomendasikan layak atau tidak layak sebagai calon penerima bantuan modal usaha. Penyerahan bantuan modal usaha kepada mustaḥiq setelah seluruh proses administrasi lengkap, prosesnya diserahkan kepada penanggung jawab bidang pembiayaan sektor perdagangan atau pertanian. Kelengkapan administrasi pencairan meliputi; foto copy KTP, KK, pasfoto, Form Aplikasi Permohonan Pembiayaan (APP), Rencana Penggunaan Dana (RPD), Form Biodata Mustaḥiq, Surat Persetujuan Ahli Waris, dan Surat Keterangan Usaha dari Keuchik.

Selanjutnya penanggung jawab bidang pembiayaan masing-masing meyerahkan kelengkapan administrasi pencairan bantuan kepada bidang administrasi untuk proses pembuatan akad. Setelah akad perjanjian selesai, berkas pencairan diserahkan kepada bidang keuangan untuk menginput data. Bidang keuangan mengeluarkan cek untuk penarikan uang zakat bergilir di perbankan dan selanjutnya dilakukan proses penyerahan bantuan modal usaha kepada mustaḥiq.

Demikian halnya dengan cicilan angsuran setiap bulan dijemput ke lokasi oleh ‘amil, saat pengajian bulanan, dan ada juga mustaḥiq yang datang sendiri ke Unit ZIS Produktif untuk membayar angsuran. Penerima zakat produktif dilanjutkan pinjamannya setelah lunas. Namun, tidak dilanjutkan lagi apabila mempunyai catatan kurang baik. Misalnya tidak disiplin dalam mengangsur

pinjaman. Bagi mustaḥiq yang mempunyai catatan baik dan tidak terjadi tunggakan ditahun berikutnya nominal bantuannya akan ditingkatkan.

Sebelum zakat produktif disalurkan, dilakukan sosialisasi supaya mustaḥiq dapat memahami maksud dan tujuan program, termasuk memahami filosofi zakat produktif dan itu mengapa pengajian bulanan menjadi penting. Sosialisasi juga diakukan kepada masyarakat sekitar lokasi dan masyarakat luas tentang ketentuan fikih dan regulasi zakat produktif di Aceh.

Untuk itu, Unit ZIS Produktif setiap bulannya melakukan evaluasi perkembangan Non Performance Loan (NPL) dalam rapat bulanan untuk mengidentifikasi mustaḥiq yang bermasalah. Hasil evaluasi tersebut ditindaklanjuti dengan penagihan dilapangan. Kepada mustaḥiq telah dipersiapkan 3 Surat Peringatan (SP) sebagai teguran dengan ketentuan sebagai berikut; jika SP-1 untuk tunggakan 1 bulan, SP-2 untuk tunggakan 2 bulan, dan SP-3 jika tunggakan lebih dari 4 bulan. Surat ini diserahkan kepada mustaḥiq yang bermasalah melalui ‘amil pendamping masing-masing. Hasil penagihan lapangan dilaporkan dalam rapat evaluasi untuk mendapatkan solusi atas tunggakan mustaḥiq. Sanksi akan diberlakukan apabila mustaḥiq tidak memenuhi kewajibannya sebagai Pihak Kedua.21

Surat perjanjian pengambilan dana zakat produktif didalamnya disebutkan bahwa apabila Pihak Kedua lalai dalam melakukan kewajibannya, maka Pihak Pertama dapat melakukan beberapa langkah sebagai berikut: platform pinjaman dikurangi dari pinjaman sebelumnya; jika membayar di atas tanggal jatuh tempo

tetapi masih di bulan yang sama, maka hanya boleh mengajukan pinjaman 80% di atas pinjaman sebelumnya; jika menunggak 1 bulan maka hanya boleh meminjam sama dengan jumlah pinjaman sebelumnya; jika menunggak 2 bulan maka hanya boleh meminjam 75% dari pinjaman sebelumnya; jika menunggak 3 bulan maka hanya boleh meminjam 50% dari pinjaman sebelumnya; dan jika menunggak 3 bulan berturut-turut dan atau menunggak di atas 3 (tiga) kali maka tidak dibenarkan untuk meminjam lagi dan nama mustaḥiq yang bersangkutan akan diumumkan sebagai penyeleweng dana zakat. Ini merupakan sanksi sosial yang diberikan lembaga pengelola zakat produktif sebagai bentuk pembelajaran bagi pribadi mustaḥiq tersebut. Namun, setiap perselisihan yang timbul akibat kesalahan persepsi/pemahaman dalam surat perjanjian dapat diselesaikan dengan cara musyawarah dengan kesepakatan kedua belah pihak.

3.5. Peluang dan Tantangan Baitul Mal Aceh dalam Mendayagunakan