• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

III.5 Prosedur Penelitian

 Batubara dibersihkan dari debu dan partikel-partikel lain dengan menempatkan 150 gram batubara kedalam beaker glass berisi 100 ml air

selanjutnya diaduk pada suhu kamar dalam jangka waktu 3 jam, lumpur

disaring menggunakan kertas saring/kain saring untuk memisahkan serbuk

basah dengan menyiram air berulang-ulang sampai bersih.

 Batubara yang sudah bersih kemudian di keringkan dalam oven pada suhu 105 0C selama 1 jam.

2. Pelaksanaan

 Timbang 100 gram batubara yag telah kering

 Proses selanjutnya dilarutkan dengan pelarut (asam asetat dan etanol dengan perbandingan 1 : 1) dengan konsentrasi sesuai dengan variabel

(14,5 %, 12,5%, 10,5 %, 8,5 %, 6,5 %) dengan volume larutan 100 ml

dengan waktu perendaman sesuai dengan variabel yaitu selama (6, 24, 48,

72, 96) jam.

 Kemudian disaring menggunakan kertas saring/kain saring setelah itu dikeringkan dalam oven pada suhu 105 0C selama 1 jam.

 Kemudian dilakukan analisa nilai kalor, kadar abu, kadar air lembab, kadar zat terbang, dan kadar karbon.

Kajian Peningkatan Nilai Kalor Batubara Kualitas Rendah dengan Proses Solvenisasi

3. Analisa

 Analisa nilai kalordengan menggunakan alat Bomb Calorimeter.

 Analisis kadar air lembab (Total Moisture) dari batubara kering udara sesuai dengan prosedur Standar Nasional Indonesia (SNI) 13-3477-1994.

Sampel (10 gr) dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian

dipanaskan dalam furnace pada suhu 105 – 110 0C selama 1 jam. Kemudian didinginkan setelah dingin sampel ditimbang untuk menghitung

kadar total moisturenya.

TM (%) = m2 – m3 x 100 %

m2 – m1

Dengan : m1 = berat cawan atau gelas awal

m2 = berat cawan atau gelas + sampel

m3 = berat cawan atau gelas + sampel setelah pemanasan

 Analisis kadar zat terbang (Volatile Matter) batubara sesuai dengan prosedur Standar Nasional Indonesa (SNI) 13-3999-1995.

Sampel dari analisa TM dimasukkan kedalam tabung reaksi

kemudian dipanaskan dalam furnace pada suhu 600 0C selama 1 jam. Kemudian didinginkan setelah dingin sampel ditimbang untuk menghitung

kadar volatile matternya.

VM (%) = m2 – m3 x 100 % - TM (%)

Kajian Peningkatan Nilai Kalor Batubara Kualitas Rendah dengan Proses Solvenisasi

Dengan : m1 = berat cawan atau gelas awal

m2 = berat cawan atau gelas + sampel

m3 = berat cawan atau gelas + sampel setelah pemanasan

 Analisis kadar abu (Ash) batubara sesuai dengan prosedur Standar Nasional Indonesia (SNI) 13-3999-1995.

Sampel dari analisa VM dimasukkan kedalam cawan kemudian

dipanaskan dalam furnace mulai suhu dari rendah 250 0C selama 30 menit kemudian suhu 250 – 500 0C selama 30 menit dan 500 0C selama 60 menit sampai menjadi abu. Kemudian didinginkan setelah dingin sampel

ditimbang untuk menghitung kadar ashnya.

Ash (%) = m3 – m1 x 100 %

m2 – m1

Dengan : m1 = berat cawan atau gelas awal

m2 = berat cawan atau gelas + sampel

m3 = berat cawan atau gelas + abu

 Analisis kadar karbon tertambat (Fixed Carbon) batubara sesuai dengan prosedur Standar Nasional Indonesia (SNI) 13-3998-1995.

Kadar karbon tertambat pada batubara tidak dilakukan dengan

analisis. Untuk mengetahui kadarnya cukup dengan perhitungan namun

memerlukan data analisis lainnya seperti kadar kelembaban, kadar zat

terbang, dan kadar abu.

Kajian Peningkatan Nilai Kalor Batubara Kualitas Rendah dengan Proses Solvenisasi

III.6 Diagram Alir

Batubara jenis lignit 150 gr Pencucian dengan 100 ml air diaduk selama 3 jam Endapan dikeringkan pada suhu 105 0C selama 1 jam Batubara kering 100 gr

Perendaman dengan campuran larutan as.asetat + etanol dengan konsentrasi (14,5% ;12,5% ;10,5% ;8,5% ;6,5%) selama (6 jam; 12 jam; 18 jam; 24 jam; 32 jam)

Endapan dikeringkan pada suhu 105 0C selama 1 jam Analisa Kadar karbon Kadar abu Kadar zat terbang Kadar kelembaban Nilai kalor

Kajian Peningkatan Nilai Kalor Batubara Kualitas Rendah dengan Proses Solvenisasi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil penelitian

Dalam hasil analisa awal batubara kualitas rendah diketahui :

- Kadar Total Moisture (TM) = 20,452 %

- Kadar Ash = 10,764 %

- Kadar Fixed Carbon (FC) = 31,47 %

Dengan menggunakan acuan prosedur Standar Nasional Indonesia (SNI)

13-3477-1994, 13-3999-1995, 13-3999-1995, dan 13-3998-1995 yang

dilakukan di laboratorium operasi teknik kimia, FTI “UPN VETERAN”

JATIM.

- Nilai Kalor = 5831 kal/g

(Balai Penelitian dan Konsultasi Industri, BPKI Surabaya-Jawa

Timur)

Dari hasil penelitian yang di lakukan dengan dua jenis pelarut yang

dicampurkan di dapatkan kadar Total Moisture, Volatille Matter, Ash, Fixed

Carbon, dan Nilai Kalor pada berbagai konsentrasi pelarut dan waktu

Kajian Peningkatan Nilai Kalor Batubara Kualitas Rendah dengan Proses Solvenisasi

Tabel IV.1. Kadar Total Moisture (TM) hasil penelitian dengan variasi waktu dan variasi konsentrasi pelarut

G

Tabel IV.2. Kadar Volatille Matter (VM) hasil penelitian dengan variasi waktu dan variasi konsentrasi pelarut

R

Perbandingan konsentrasi pelarut

6.50% 8.50% 10.50% 12.50% 14.50%

waktu perendaman

(jam)

Kadar total moisture batubara (%)

6 18.002 16.166 20.32 16.075 10.22

24 17.426 16.084 20.35 15.758 8.197

48 16.202 14.996 14.089 9.86 7.893

72 16.382 15.431 16.593 10.703 9.817

96 16.742 15.866 19.098 12.388 9.007

Perbandingan konsentrasi pelarut

6.50% 8.50% 10.50% 12.50% 14.50%

waktu perendaman

(jam)

Kadar volatille matter batubara (%)

6 40.398 37.308 40.467 48.365 39.506

24 37.757 37.117 39.474 46.421 41.524

48 37.417 36.879 39.101 45.692 34.753

72 38.307 37.086 42.445 50.309 35.47

Kajian Peningkatan Nilai Kalor Batubara Kualitas Rendah dengan Proses Solvenisasi

Tabel IV.3. Kadar Ash hasil penelitian dengan variasi waktu dan variasi konsentrasi pelarut

Tabel IV.4. Kadar Fixed Carbon (FC) hasil penelitian dengan variasi waktu dan variasi konsentrasi pelarut

Perbandingan konsentrasi pelarut

6.50% 8.50% 10.50% 12.50% 14.50%

waktu perendaman

(jam)

Kadar Fixed carbon batubara (%)

6 33.241 39.042 36.547 40.327 41.502

24 36.33 39.259 36.604 39.252 41.948

48 37.237 39.565 36.754 36.386 42.692

72 36.63 39.493 37.057 33.521 42.094

96 36.857 39.308 37.56 32.088 41.663

Perbandingan konsentrasi pelarut

6.50% 8.50% 10.50% 12.50% 14.50%

waktu perendaman

(jam)

Kadar ash batubara (%)

6 8.359 7.484 5.288 7.67 3.681

24 8.451 7.54 6.13 6.824 3.572

48 8.604 7.69 6.242 5.414 3.532

72 8.681 7.99 6.353 5.679 3.895

Kajian Peningkatan Nilai Kalor Batubara Kualitas Rendah dengan Proses Solvenisasi

Tabel IV.5. Nilai Kalor hasil penelitian dengan variasi waktu dan variasi konsentrasi pelarut

Grafik IV.1. Hubungan antara kadar Total Moisture (TM) dengan variasi waktu perendaman (jam)

Dari grafik 4.1 dapat di lihat bahwa kadar total moisture yang di

hasilkan di pengaruhi oleh waktu perendaman. Semakin lama waktu Perbandingan konsentrasi pelarut

6.50% 8.50% 10.50% 12.50% 14.50%

waktu perendaman

(jam)

Nilai kalor batubara (kal/kg)

6 6374 6546.1 6718.2 6682.1 6691.7

24 6420.5 6569.7 6718.9 6702.5 6721.9

48 6482.6 6601.6 6720.5 6719.3 6825.6

72 6513.7 6618.7 6723.7 6722.8 6772.5

Kajian Peningkatan Nilai Kalor Batubara Kualitas Rendah dengan Proses Solvenisasi

Hal ini di karenakan air yang terikat di dalam rongga-rongga kapiler serta

pori-pori batubara semaikin lama semakin besar dan semakin mudah

menguap sehingga kadar Total Moisture yang dihasilkan rendah. Waktu

perendaman maksimum adalah 48 jam.

Grafik IV.2. Hubungan antara kadar Total Moisture (TM) dengan variasi konsentrasi pelarut (%)

Dari grafik 4.2 dapat di lihat bahwa kadar total moisture yang di

hasilkan di pengaruhi oleh konsentrasi pelarut. Semakin tinggi konsentrasi

pelarut, maka kadar total moisture yang di hasilkan cenderung turun. Hal ini

terjadi karena semakin tinggi konsentrasi pelarut maka uap air yang

terkandung dalam batubara akan menguap dan pelarut (asam asetat dan

etanol) menyerap ke dalam pori-pori batubara, sehingga menyebabkan

kelembapan atau kadar H2O dalam batubara tersebut turun. Konsentrasi maksimum yang di peroleh adalah 14,5%.

Kajian Peningkatan Nilai Kalor Batubara Kualitas Rendah dengan Proses Solvenisasi

Grafik IV.3. Hubungan antara kadar Volatille Matter (VM) dengan variasi waktu perendaman (jam)

Dari grafik 4.3 dapat di lihat bahwa kadar volatile matter yang di

hasilkan di pengaruhi oleh waktu perendaman. Semakin lama waktu

perendaman, maka kadar volatile matter yang di hasilkan cenderung naik.

Hal ini disebabkan karena gugus hidrokarbon dengan rantai alifatik atau

rantai lurus sehingga menyebabkan gas hidrokarbon yang terkandung dalam

batubara cenderung naik apabila waktu perendaman yang digunakan

semakin lama. Tetapi semakin tinggi peringkat batubara akan semakin

Kajian Peningkatan Nilai Kalor Batubara Kualitas Rendah dengan Proses Solvenisasi

Grafik IV.4. Hubungan antara kadar Volatille Matter (VM) dengan variasi konsentrasi pelarut

Dari grafik 4.4 dapat di lihat bahwa kadar volatile matter yang di

hasilkan di pengaruhi oleh konsentrasi pelarut. Semakin tinggi konsentrasi

pelarut, maka kadar volatile matter yang di hasilkan cenderung naik. Hal ini

disebabkan karena pori-pori dalam batubara terisi oleh partikel-partikel yang

ada pada pelarut sehingga akan terjadi oksidasi yang menyebabkan semakin

tinggi nilai volatile matter yang ada pada batubara. Tetapi semakin tinggi

peringkat batubara akan semakin rendah kadar zat terbangnya. Konsentrasi

Kajian Peningkatan Nilai Kalor Batubara Kualitas Rendah dengan Proses Solvenisasi

Grafik IV.5. Hubungan antara kadar Ash dengan variasi waktu perendaman (jam)

Dari grafik 4.5 dapat di lihat bahwa kadar ash yang di hasilkan di

pengaruhi oleh waktu perendaman. Semakin lama waktu perendaman, maka

kadar ash yang di hasilkan cenderung naik. Namun demikian pada saat

waktu perendaman 48 jam kadar ash di hasilkan cenderung menurun karena

semakin lama perendaman akan berakibat semakin banyak mineral matter

seperti karbon, belerang, oksigen, air, dll yang menguap ehingga nilai kalor

dari batubara sendiri akan naik. Waktu perendaman maksimum adalah 48

Kajian Peningkatan Nilai Kalor Batubara Kualitas Rendah dengan Proses Solvenisasi

Grafik IV.6. Hubungan antara kadar Ash dengan variasi konsentrasi pelarut

Dari grafik 4.6 dapat di lihat bahwa kadar ash yang di hasilkan di

pengaruhi oleh konsentrasi pelarut. Semakin tinggi konsentrasi pelarut,

maka kadar ash yang di hasilkan cenderung turun. Hal ini di karenakan

pelarut dapat mengadsorp secara maksimal partikel-partikel (mineral matter)

yang ada pada batubara. Konsentrasi maksimum yang di peroleh adalah

Kajian Peningkatan Nilai Kalor Batubara Kualitas Rendah dengan Proses Solvenisasi

Grafik IV.7. Hubungan antara kadar Fixed Carbon (FC) dengan variasi waktu perendaman (jam)

Dari grafik 4.7 dapat di lihat bahwa kadar fixed carbon yang di

hasilkan di pengaruhi oleh waktu perendaman. Semakin lama waktu

perendaman, maka kadar fixed carbon yang di hasilkan cenderung naik. Hal

ini dikarenakan senyawa hidrokarbon yang ada batubara akan terurai

menjadi lebih sederhana dengan semakin lama waktu perendamannya.

Kajian Peningkatan Nilai Kalor Batubara Kualitas Rendah dengan Proses Solvenisasi

Grafik IV.8. Hubungan antara kadar Fixed Carbon (FC) dengan variasi konsentrasi pelarut

Dari grafik 4.8 dapat di lihat bahwa kadar fixed carbon yang di

hasilkan di pengaruhi oleh konsentrasi pelarut. Semakin tinggi konsentrasi

pelarut, maka kadar fixed carbon yang di hasilkan cenderung naik. Hal ini di

sebabkan karena dengan semakin tinngi konsentrasi pelarut akan semakin

besar pula hidrokarbon yang ada pada pada batubara bereaksi dengan

senyawa yang ada pada pelarut. Konsentrasi maksimum yang di peroleh

Kajian Peningkatan Nilai Kalor Batubara Kualitas Rendah dengan Proses Solvenisasi

Grafik IV.9. Hubungan antara Nilai kalor dengan variasi waktu perendaman (jam)

Dari grafik 4.9 dapat di lihat bahwa nilai kalor yang di hasilkan di

pengaruhi oleh waktu perendaman. Semakin lama waktu perendaman, maka

nilai kalor yang di hasilkan cenderung naik. Hal ini disebabkan karena kadar

moisture dan kadar abu semakin rendah dengan waktu perendaman semaikin

Kajian Peningkatan Nilai Kalor Batubara Kualitas Rendah dengan Proses Solvenisasi

Grafik IV.10. Hubungan antara Nilai kalor dengan variasi konsentrasi pelarut

Dari grafik 4.10 dapat di lihat bahwa nilai kalor yang di hasilkan di

pengaruhi oleh konsentrasi pelarut. Semakin tinggi konsentrasi pelarut,

maka nilai kalor yang di hasilkan cenderung naik. Hal ini disebabkan karena

kadar moisture dan kadar abu semakin rendah dengan konsentrasi pelarut

semakin tinggi.

Dilihat dari grafik apabila konsentrasi pelarut ditingkatkan maka nilai kalor

yang dihasilkan juga tinggi. Akan tetapi dilihat dari segi nilai ekonomisnya

pada konsentrasi pelarut 14,5 % didapatkan nilai kalor sebesar 6825,6 kal/kg

sedangkan menurut SNI 1998 nilai kalor batubara keras (Hard Coal) sebesar

Kajian Peningkatan Nilai Kalor Batubara Kualitas Rendah dengan Proses Solvenisasi

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

 Dari hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa kadar Total Moisture, Volatille Matter, Ash, Fixed Carbon, dan Nilai Kalor dipengaruhi oleh

konsentrasi pelarut dan waktu perendaman, di mana hasil terbaik yang di

peroleh pada kondisi :

o Waktu perendaman : 48 jam

o Konsentrasi pelarut : 14,5 %

 Analisa kadar Total Moisture, Volatille Matter, Ash, dan Fixed Carbon dilakukan di laboraturium Operasi Teknik Kimia, FTI UPN “VETERAN”

JATIM dan analisa Nilai Kalor (kondisi terbaik) yang di peroleh dari uji

Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi Baristand “Badan Penelitian dan pengembangan Industri balai riset dan pengembangan Industri” Surabaya adalah 6825,6 kal/kg dengan menggunakan acuan metode

calorimeter.

V.2 Saran

 Sebaiknya dalam melakukan analisa kadar Total Moisture, Volatille Matter, Ash, dan Fixed Carbon dilakukan secara berurutan dan

bersambung agar diperoleh kadar Total Moisture, Volatille Matter, Ash,

Kajian Peningkatan Nilai Kalor Batubara Kualitas Rendah dengan Proses Solvenisasi

udara yang akan masuk dalam tabung reaksi yang dapat mempengaruhi

nilai kadar tersebut.

 Untuk mendapatkan kadar Total Moisture, Volatille Matter, Ash, Fixed Carbon, dan Nilai Kalor yang maksimal sebaiknya bahan bahan yang di

gunakan dihaluskan sedemikian rupa untuk memperluas kontak antara

pelarut dan mineral matter yang terkandung pada batubara yang

Kajian Peningkatan Nilai Kalor Batubara Kualitas Rendah dengan Proses Solvenisasi

DAFTAR PUSTAKA

Bayuseno , A.P.2009. PengaruhSifat Fisik danStruktur Mineral Batu

Bara Lokal terhadap Sifat Pembakaran. Fakultas Teknik Universitas

Diponegoro. http://bosstambang.com/Batubara/cara-terbentuknya.html http://idhamds.wordpress.com/2008/09/15/analisis-batubara/ http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_bara http://id.wikipedia.org/wiki/Etanol - cite_note-11 http://id.wikipedia.org/wiki/Sumber_daya_alam http://ilmubatubara.wordpress.com/batubara-sebagai-sedimen-organik/ http://putrago.blog.akprind.ac.id/Pengertian-sumberdaya-dan-cadangan-batubara/ http://semarangantenan.blogspot.com/2008/06/batubara-energi-alternatif-pengganti.html http://smart-pustaka.blogspot.com/2011/02/batubara.html http://www.alpensteel.com/article/51-113-energi-lain-lain/2336--cadangan-bahan-bakar-minyak-berkurang.html http://www.energyefficiencyasia.org/bahan-bakar-dan-pembakaran/ http://www.geofacts.co.cc/2009/04/proses-pembentukan-batubara/ http://www.scribd.com/doc/41571606/Analisis-Proksimat-Nilai-Kalori-Kadar-Sulfur-Batubara

Kajian Peningkatan Nilai Kalor Batubara Kualitas Rendah dengan Proses Solvenisasi http://www.scribd.com/doc/45132246/Literatur-Material-Anorganik-Pada-Batubara http://www.scribd.com/doc/53803611/SINTESIS-ETIL-ASETAT http://www.scribd.com/doc/59907169/SNI-BATUBARA-13-6011-1999 dunia.html?tmpl=component&print=1&page= http://www.tekmira.esdm.go.id/kp/TeknoEkonomi/peluangpemanbb.asp

Soetjijo, H.2004. Peningkatan Kualitas Batubara Kadar Rendah

(Upgrading Low Grade Coal). Pusat Penelitian Geoteknologi - LIPI

Sukandarrumidi. 2006. Batubara dan Pemanfaatannya. Gajah Mada

University. Press, Yogyakarta

Tim Kajian Batubara Nasional. 2006. Batubara Indonesia. Kelompok

Kajian Kebijakan Mineral dan Batubara Pusat Litbang Teknologi Mineral

APPENDIKS

Analisa kadar Total Moisture

Kadar Total Moisture (%) = m2 – m3 x 100%

m2 – m1

Dengan : m1 = berat cawan atau gelas awal

m2 = berat cawan atau gelas + sampel m3 = berat cawan atau gelas + sampel setelah pemanasan

Waktu perendaman 48 jam ; konsentrasi pelarut 14,5 % Kadar Total Moisture (%) = 11,8613 gr – 11,072 gr x 100 %

11,8613 gr – 1,8613 gr = 7,893 %

Analisa kadar Volatile Matter

Kadar Volatile Matter (%) = m2 – m3 x 100% - Kadar Total Moisture

m2 – m1

Dengan : m1 = berat cawan atau gelas awal

m2 = berat cawan atau gelas + sampel m3 = berat cawan atau gelas + sampel setelah pemanasan

Waktu perendaman 48 jam ; konsentrasi pelarut 14,5 %

Kadar Volatile Matter (%) = 11,8613 gr – 6,7785 gr x 100 % - 7,893 %

11,8613 gr – 1,8613 gr = 34,753 %

Analisa kadar Ash

Kadar Ash (%) = m3 – m1 x 100% - Kadar Total Moisture

m2 – m1

Dengan : m1 = berat cawan atau gelas awal

m2 = berat cawan atau gelas + sampel m3 = berat cawan atau gelas + sampel setelah pemanasan

Waktu perendaman 48 jam ; konsentrasi pelarut 14,5 %

Kadar Ash (%) = 2,2145 gr – 1,8613 gr x 100 % 11,8613 gr – 1,8613 gr

= 3,532 %

Analisa kadar Fixed carbon

Kadar Fixed Carbon (%) = 100% - ( Kadar Total Moisture + Kadar

Volatile Matter + Kadar Ash )

Waktu perendaman 48 jam ; konsentrasi pelarut 14,5 %

Kadar Fixed Carbon (%) = 100 % - ( 7,893 % + 34,753 % + 3,532 % )

= 42,692 %

Membuat Larutan Etil asetat 14,5 %

ρ etanol = 0,80981 gr/ml = 96 % ( Perry ed 7, hal 2-112, 1997)

ρ as.asetat = 1,05518 gr/ml = 96 % ( Perry ed 7, hal 2-110, 1997)

Perbandingan asam asetat : etanol = 1 : 1

C2H5OH + CH3COOH CH3COOCH2CH3 + H2O

= 0.5 x 0,80981 gr/ml + 0,5 x 1,05518 gr/ml = 0,9325 gr/ml = 96 % ( Perry ed 7, hal 2-117, 1997) Maka : V1 x N1 = V2 x N2 V1 x 96 = 100 x 14,5 V1 = 15,1 ml

Maka V as.asetat = 7,55 ml dan V etanol = 7,55ml Di mana : V1 : Volume larutan mula-mula

V2 : Volume larutan yang dibuat

N1 : % atau Molar atau normal mula-mula

Dokumen terkait