BAB III METODOLOGI PENELITIAN
B. Prosedur penelitian
Penelitian tindakan kelas proses pelaksanaannya dilakukan secara bersiklus. Mengacu pada model Elliot maka prosedur penelitian tindakan kelas dilakukan dengan mengidentifikasi masalah, memeriksa lapangan, perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi dan revisi perencanaan.3
1. Identifikasi masalah
Langkah awal, peneliti terlebih dahulu datang ke lokasi penelitian untuk meninjau lokasi, sekaligus menemui Kepala Madrasah Aiyah Assulthoniyah untuk minta izin melakukan penelitian di Madrasah yang dipimpinnya (Senin 07 April 2014). Setelah mendapat izin peneliti langsung diajak menemui guru Bidang Studi Al-Qur’an Hadits untuk melakukan koordinasi awal sambil menanyakan tentang situasi, karakteristik kelas, serta strategi pembelajaran Al-Qur’an Hadits yang telah diterapkan sebelumnya.
2. Memeriksa lapangan
Setelah peneliti mengetahui model pembelajaran yang diterapakan sebelumnya (Sabtu, 19 April 2014), maka peneliti mengadakan pemeriksaan lapangan dengan melaksanakan pembelajaran dengan metode yang biasa
2Wahid Murni, Nur Ali, Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Agama dan Umum dari Teori
Menuju Praktik (Malang: UM Press, 2008), hlm. 50-51
3
Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 64
dilakukan oleh guru Bidang Studi Al-Qur’an Hadits, dengan maksud ingin mengetahui situasi pembelajaran yang biasa disebut dengan pre-test.
3. Perencanaan (planning)
Setelah memperoleh data dari observasi lapangan, maka peneliti mengadakan perencanaan perbaikan pada pertemuan selanjutnya. Perencanaan adalah kegiatan perancangan untuk pemecahan masalah4. Tahap ini berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan5. Perencanaan dalam penelitian ini dibuat berdasarkan atas dasar:
a. Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran al-Qur’an Hadits tentang nilai-nilai yang diperoleh sewaktu guru mengajar yang banyak mendapatkan nilai dibawah KKM. Serta mengenai motivasi setiap siswa yang rendah.
b. Hasil pre-test yang dilaksanakan pada tanggal 19 April 2014.
c. Menerapkan metode Jigsaw dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits kelas X MA Assulthoniyah Kota Probolinggo dapat memberikan pengalaman lebih konkrit, memotivasi serta mempertinggi daya serap dan daya ingat siswa serta mampu memberikan pengalaman baru yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas belajar Al-Qur’an Hadits.
4Ibid. hlm. 64 5
Dalam tahap perencanaan peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan kompetensi dasar yaitu:
a. Menjelaskan macam-macam hadits dari segi kuantitas dan kualitasnya.
b. Mampu menjelaskan kandungan ayat dan hadits nabi tentang keikhlasan dalam beribadah.
RPP dibuat untuk tiga kali siklus penelitian selama lima kali pertemuan; dengan rincian siklus I dua kali pertemuan, siklus ke II satu kali pertemuan, dan siklus ke III dua kali pertemuan.
Adapun beberapa tahap perencanaan perbaikan sebagai berikut: a. Mempersiapkan perangkat pembelajaran, seperti:
1) Membuat silabus pembelajaran
2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
3) Membuat rancangan penilaian, dan lain-lain. b. Mempersiapkan lembar observasi
Kriteria untuk menentukan bahwa metode Jigsaw mampu meningkatkan motivasi belajar siswa pada pelajaran Al-Qur’an Hadits Kelas X MA Assulthoniyah Kota Probolinggo dilakukan secara kualitas maupun kuantitas. Secara kualitas dapat dilihat dari aktivitas siswa selama proses pembelajaran seperti tingkat motivasi, keceriaan, keantusiasan dalam mengikuti pelajaran, hal ini dapat dilihat dari pengamatan ataupun dengan melakukan wawancara dengan para siswa yang dipilih sampelnya berdasarkan pertimbangan tertentu. Sedangkan secara kuantitas dilakukan dengan cara melakukan tes. Keberhasilan individual ditetapkan jika siswa
mengalami ketuntasan belajar di atas KKM. Skor minimal batas kelulusan atau kriteria ketuntasan minimum (KKM) di MA Assulthoniyah pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits adalah 75.
4. Implementasi (Acting)
Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana yang telah dibuat, terlampir. Dalam hal ini guru bertindak sebagai peneliti, sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran sekaligus pengamat.6 Menurut Latif tahap implementasi kemungkinan modifikasi tindakan (mengubah rancangan) masih boleh dilakukan asalkan masih sesuai dengan strategi yang digunakan.7 Kegiatan tindakan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah melakukan tindakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah disusun dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Kegiatan pembelajaran Al-Qur’an Hadits dengan menggunakan metode
Jigsaw dilakukan pada suatu siklus tindakan, agar kegiatan pembelajaran
dapat berjalan lancar. Kegiatan pembelajara ini terdiri dari tiga siklus dengan rincian sebagaimana yang terdapat dalam perencanan.
5. Pengamatan (Observing)
Pengamatan dilakukan ketika proses pembelajaran terjadi bersamaan waktunya dengan implementasi tindakan. Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi/penilaian yang telah disusun, termasuk juga
6
Wahid Murni, Nur Ali., Op.Cit. Hlm. 99.
7
pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, kuis, presentasi, nilai tugas, dll.) atau data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa, mutu diskusi, dan lain-lain.8
Instrument yang umum diapakai adalah a. Soal tes, kuis, b. Lembar observasi, dan c. Catatan lapangan yang dipakai untuk memperoleh data secara obyektif yang tidak dapat terekam melalui lembar observasi, seperti aktivitas siswa selama pemberian tindakan berlangsung, reaksi mereka, atau petunjuk-petunjuk lain yang dapat dipakai sebagai bahan dalam analisis dan untuk keperluan refleksi.9
Pengamatan yang dilakukan meliputi: penggunaan metode Jigsaw pemberian tugas, presentasi, keberanian siswa untuk tampil di depan teman-teman dalam kelompok jigsaw, dan tingkat keantusiasan serta tanggapan siswa terhadap penerapan metode Jigsaw.
6. Refleksi (Reflecting)
Refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang telah dilakukan.10 Pada tahap ini kegiatan difokuskan pada upaya untuk menganalisis, mensintesis, memaknai, menjelaskan dan menyimpulkan.11 Oleh karena kegiatan penelitian dilakukan secara mandiri maka kegiatan analisis dan refleksi menjadi tanggung jawab
8Suharsimi Arikunto dkk, Op.Cit. hlm. 78.
9Ibid. hlm. 78 10
Ibid. hlm. 80
peneliti. Namun demikian, dalam pelaksanaan kegiatan analisis dan refleksi ini peneliti akan mendiskusikannya dengan siswa yang diambil secara acak atas pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan berdasarkan hasil pengamatan dan perasaan mereka.
Dalam hal ini kegiatan yang dilakukan adalah: a. Menganalisis hasil pekerjaan siswa
b. Menganalisis hasil wawancara siswa c. Menganalisis lembar observasi siswa
Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti melakukan refleksi yang akan
digunakan sebagai bahan pertimbangan apakah kriteria yang ditetapkan tercapai
atau belum. Jika telah berhasil maka siklus boleh berhenti, tetapi jika belum maka
peneliti harus mengulang siklus lagi dan seterusnya sampai sesuai dengan kriteria
yang telah ditetapkan.
Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas.12
7. Revisi perencanaan
Revisi dilakukan dengan melihat refleksi sebelumnya, untuk merevisi atau meninjau kembali rencana yang akan diterapkan pada siklus selanjutnya. Revisi perencanaan bertujuan untuk mengantisipasi dan mengecek rencana yang telah dibuat.