• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

D. PROSEDUR PENELITIAN

Penelitian ini terdiri dari beberapa langkah, yaitu: identifikasi dan perumusan masalah, pemilihan subjek penelitian, pembuatan skenario

38

perlakuan, desain dan implementasi sistem yang akan diuji, mengatur kondisi penelitian, mengatur faktor-faktor percobaan, pencatatan hasil, dan penyajian data.

1. Skenario Perlakuan

Dalam eksperiman ini dibuat dua skenario sebagai berikut: a. Skenario 1

Pada skenario ini dilakukan percobaan terhadap tiga server web yang menjalankan Apache2 dan sudah di load balance menggunakan server khusus. Server khusus ini menjalankan perangkat lunak Ipvsadm. Di sini dilakukan percobaan penggantian algoritma load balance pada Ipvsadm. Server database Postgresql yang digunakan berjumlah 3 server yang sudah di load balance dan replikasi menggunakan Pgpool dan PgpoolAdmin.

b. Skenario 2

Pada prinsipnya skenario 2 hampir sama dengan skenario 1, perbedaannya adalah perangkat lunak server web yang digunakan adalah Nginx.

2. Rancangan sistem

Rancangan jaringan yang digunakan untuk percobaan menggunakan jaringan lokal sederhana seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini:

39

Gambar 4. Rancangan Sistem

Berikut adalah detail konfigurasi dasar masing-masing komputer: Tabel 3. Detail konfigurasi masing-masing komputer

Nama Komputer IP Address Keterangan

Tester Eth0 : 10.129.0.133/24 Komputer untuk melakukan pengujian

Ipvsadm Server Eth0 : 10.129.0.134/24 Eth1 : 11.12.13.1/24

Server load balance sekaligus Router Web 1 Eth0 : 11.12.13.10/24 Server web Web 2 Eth0 : 11.12.13.20/24 Server web Web 3 Eth0 : 11.12.13.30/24 Server web

Pgpool Server Eth0 : 11.12.13.100/24 Server load balance dan replikasi Postgresql DB 1 Eth0 : 11.12.13.11/24 Server database DB 2 Eth0 : 11.12.13.12/24 Server database DB 3 Eth0 : 11.12.13.13/24 Server database

40

3. Implementasi

a. Setting IP Address

Untuk setting IP Address pada Ubuntu Server, file yang perlu di edit adalah file “/etc/network/interfaces”. Berikut adalah contoh konfigurasinya:

#nano /etc/network/interfaces auto lo

iface lo inet loopback auto eth0

iface eth0 inet static address 11.12.13.10 netmask 255.255.255.0 gateway 11.12.13.1

Sedangkan file yang diubah untuk setting alamat DNS adalah file “/etc/resolv.conf”. Berikut adalah contoh konfigurasinya:

#nano /etc/resolv.conf nameserver 10.129.0.254

atau bisa juga menggunakan perintah:

#echo “nameserver 10.129.0.254” > /etc/resolv.conf

b. Setting NAT pada Router

Untuk membuat Ubuntu Server menjadi sebuah Router, file konfigurasi yang perlu diedit adalah “/etc/sysctl.conf”. Pada file ini akan ditambahkan perintah untuk melewatkan paket IP.

#echo “net/ipv4/ip_forward = 1” > /etc/sysctl.conf #sysctl –p (untuk mengecek)

Kemudian pada server perlu ditambahkan perintah “iptables” untuk melewatkan paket dari jaringan lokal ke luar melalui router.

Agar perintahnya mengecek ko #iptables – c. Konfigurasi P File ko pgpool.conf” password b pool_hba.con konfigurasiny d. Konfigurasi P Konfig menggunakan Setelah diek website. G

r perintah tersebut dijalankan setiap startu a perlu ditambahkan ke dalam file “/etc/rc.loca konfigurasi iptables, digunakan perintah:

–L –t nat

i Pgpool

konfigurasi utama Pgpool terdapat pada file “/et f”. Selain itu, terdapat juga file pool_passwd y

berbentuk hash md5. Pgpool juga mempu onf yang mirip dengan file pg_hba.conf pada Pos inya pun sama. Isi file-file konfigurasi file di atas

i PgpoolAdmin

figurasi PgpoolAdmin cukup sederhana, an Content Management System (CMS) pada ekstrak, kita perlu melakukan instalasi PgpoolA

Gambar 5. Tampilan awal instalasi PgpoolAdmin

41 rtup server, cal”. Untuk /etc/pgpool2/ yang berisi punyai file ostgresql. Isi s terlampir. , layaknya a umumnya. olAdmin via

42

Dalam proses instalasi, PgpoolAdmin akan mengecek beberapa hal yang diperlukan oleh PgpoolAdmin untuk beroperasi seperti letak file-file konfigurasi Pgpool dan pengaturan permission terhadap direktori Pgpool.

Gambar 6. Pengecekan permission direktori

Pada beberapa kasus kita perlu mengarahkan PgpoolAdmin ke lokasi file-file konfigurasi yang ia perlukan, sebab terdapat sedikit perbedaan lokasi hasil instalasi aplikasi pada beberapa jenis sistem operasi Linux dan Unix.

43

Gambar 7. Pengecekan lokasi file-file konfigurasi

Jika instalasi telah berhasil, akan muncul tampilan seperti di bawah ini:

44

Setelah instalasi PgpoolAdmin selesai dilakukan, kita dapat mengkonfigurasi Pgpool menggunakan fasilitas PgpoolAdmin dengan lebih mudah. Setiap kita ingin menggunakan PgpoolAdmin, kita terlebih dahulu diminta untuk login menggunakan username dan password yang tertulis pada file pcp.conf di direktori Pgpool.

Gambar 9. Tampilan saat login ke PgpoolAdmin

Terdapat dua bagian penting dalam konfigurasi Pgpool via PgpoolAdmin, yaitu pengaturan Pgpool dan pengaturan PgpoolAdmin itu sendiri.

45

Gambar 10. Pengaturan Pgpool via PgpoolAdmin

46

Selain itu, kita juga dapat melakukan pengamatan terhadap kondisi Pgpool dan fasilitas yang sedang dijalankan oleh Pgpool via PgpoolAdmin.

Gambar 12. Status service yang dijalankan Pgpool

4. Mengatur kondisi penelitian a. Kondisi Jaringan

Jaringan lokal yang digunakan penulis kondisikan saat sepi dan tidak ada trafik jaringan. Untuk itu, penulis selalu melaksanakan percobaan pada malam hari, karena pada malam hari pengguna di Limuny tidak mencapai lantai 2.

b. Jumlah request perkoneksi.

Selain jumlah koneksi, terdapat juga jumlah request perkoneksi. Pada dokumentasi httperf koneksi diibaratkan pengguna yang membuka koneksi ke server, sedangkan request digambarkan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh pengguna. Angka 10 dipilih karena

47

sesedikitnya aktivitas pengguna pada sebuah website adalah 10 aktivitas. Angka ini pun merupakan angka yang paling banyak digunakan pada beberapa percobaan lain yang sama yang ada pada forum-forum komunitas.

c. Timeout.

Pada ITU-T G.1030 11/2005 diungkapkan bahwa waktu 10 detik merupakan batas dari hilangnya perhatian pengguna terhadap sebuah website (loss of attention). Rata-rata pada kondisi jaringan yang normal, seorang tidak mau menunggu lebih dari 10 detik. Bahkan pada beberapa penelitian yang dilakukan di luar negeri diungkapkan bahwa seorang pengguna tidak mau menunggu lebih dari 8 detik.

d. Website yang digunakan untuk pengujian.

Dalam penelitian ini, penulis membuat sebuah website sederhana menggunakan Drupal 7 yang halaman depannya berisi tiga artikel dan satu file gambar.

48

e. Konfigurasi

Konfigurasi yang dimaksud di sini adalah konfigurasi yang ada pada server web dan server database. Penulis tidak mengubah parameter-parameter yang digunakan untuk optimasi. Hanya parameter-parameter yang digunakan untuk utilitas dan fungsional yang penulis ubah.

f. Spesifikasi komputer

Spesifikasi komputer tidak penulis ubah sama sekali pada setiap skenario percobaan. Komputer yang digunakan sama.

g. Jenis server database

Jenis server database yang digunakan pada kedua skenario sama, yaitu Postgresql dan di load balance serta replikasi menggunakan Pgpool.

h. Jumlah server web

Jumlah server web yang digunakan berjumlah tiga server dan di load balance menggunakan perangkat lunak Ipvsadm.

i. Jumlah server database

Seperti juga halnya jumlah server web, server database juga berjumlah tiga server dan di load balance menggunakan Pgpool. 5. Mengatur faktor-faktor Penelitian

a. Jenis Web Server

Untuk memanipulasi variabel ini hanya dilakukan penggantian perangkat lunak server web dari Apache2 ke Nginx. Hal ini terlihat dari perbedaan skenario 1 dan skenario 2.

b. Jumlah koneksi perdetik

Pada masing-masing skenario, penulis melakukan beberapa kali percobaan untuk mencari stabilitas server yang optimal dengan mengubah jumlah koneksi perdetik. Jika sudah ditemukan jumlah koneksi maksimal yang dapat ditangani oleh server, jumlah koneksi inilah yang digunakan untuk mengambil data percobaan.

49

Jumlah koneksi perdetik diatur pada perintah yang digunakan oleh httperf seperti pada contoh perintah di bawah ini.

httperf --server hostname \ --port 80 --uri /test.html \ --rate 150 --num-conn 100 \ --num-call 1 --timeout 5

c. Algoritma load balance untuk server web

Dilakukan beberapa kali percobaan menggunakan algoritma yang berbeda-beda untuk setiap skenario dan kemudian diambil data hasil percobaannya. Untuk menambahkan algoritma load balance ke server Ipvsadm digunakan perintah berikut:

#ipvsadm -A -t 11.12.13.1:80 -s wrr

Perintah di atas berarti bahwa server akan menjalankan service nya di interface yang menggunakan IP Address 10.11.12.1 pada port 80. Algoritma yang digunakan adalah wrr (weighted round robin). Berikutnya kita perlu mendefinisikan IP Address atau server mana yang akan menerima request dari pengguna yang diteruskan oleh server Ipvsadm.

# ipvsadm -a -t 11.12.13.1:80 -r 11.12.13.10:80 -m -w 100

Perintah di atas memerintahkan server mengalihkan request yang masuk ke IP Address 11.12.13.1 pada port 80 ke IP Address 11.12.13.10 port 80 juga. Pengalihan ini menggunakan opsi MASQUERADE (-m). Parameter –w 100 berarti server ini akan diberi nilai (weight) 100. Pemberian nilai ini menggunakan bilangan decimal (integer). Pemberian parameter ini multak dilakukan karena jika algoritma yang digunakan adalah wrr dan wlc.

Dokumen terkait