• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1Desain Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang dipakai adalah metode penelitian tindakan kelas karena ruang lingkupnya adalah pembelajaran di sekolah yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas, sehingga disebut penelitian tindakan kelas (PTK) atau Class room Action Research (CAR). Dalam konsep PTK terdiri atas empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Hubungan keempatnya dipandang sebagai siklus. Untuk lebih jelasnya, siklus kegiatan dengan desain PTK model Kurt Lewin adalah sebagai berikut.

Gambar 3.1 Siklus PTK Model Kurt Lewin Perencanaan (Planning) Tindakan (Acting) Pengamatan (Observating) Refleksi (Reflecting)

34

PTK dilakukan secara siklus dan banyaknya siklus disesuaikan dengan kebutuhan. Akhir penelitian adalah tercapainya tujuan pembelajaran menentukan gagasan utama dalam teks sesuai dengan KKM. Dalam setiap siklus diawali dengan penentuan masalah, perencanaan, skenario pembelajaran yang meliputi tujuan, jenis kegiatan guru dan siswa, lembar observasi, panduan wawancara, maupun teknis pelaksanaan tindakan observasi, dan refleksi. Pelaksanaan tindak kelas dilakukan di kelas VIII A SMP Negeri 1 Pagelaran.

3.2 Setting Penelitian

Setting adalah tempat dan waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan guru dalam proses pembelajaran.

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Pagelaran, beralamat di jalan raya Patoman Pagelaran pada siswa kelas VIII A semester genap tahun pelajaran 2010/2011.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari Januari sampai dengan Mei semester genap tahun pelajaran 2010/2011. Penelitian ini berlangsung sampai mencapai indikator yang telah ditentukan di sekolah. Pelaksanaan PTK sesuai dengan jadwal pelajaran.

3.2.3 Subjek Penelitian

Subjek yang terlibat dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Pagelaran dengan jumlah siswa 40 orang, terdiri atas 18 laki-laki dan 22 perempuan. Penulis memilih kelas VIII A karena nilai hasil pembelajaran

35

kemampuan mengungkapkan pendapat dalam diskusi, siswa yang tuntas hanya 17 orang atau ketuntasannya baru 42,50%. Siswa yang belum tuntas 23 orang atau ketuntasannya sebesar 47,50%.

3.3 Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini ditentukan pada aspek proses dan hasil pembelajaran yang dialami siswa. Dari segi proses, mencapai 80% lebih siswadan guru aktif dalam pembelajaran dan dari segi hasil, penelitian tindakan kelas dikatakan berhasil jika 75% lebih siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dalam kompetensi dasar (KD) kemampuan mengungkapkan pendapat dalam diskusi nilai 65.

3.4 Prosedur PTK

Penelitian menekankan pada perbaikan proses pembelajaran yang dilaksanakan seiring dengan kegiatan pembelajaran yang telah diprogramkan di sekolah.

3.4.1 Perencanaan

Tahap perencanaan dilakukan melalui identifikasi permasalahan pada kondisi awal melalui pengamatan, wawancara (tanya-jawab), dan evaluasi awal, mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), mempersiapkan skenario pembelajaran pemberian tugas, mempersiapkan lembar pengamatan yang diperlukan, mempersiapkan perangkat tes, mempersiapkan ruang kelas, dan fasilitas yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tindakan.

36

3.4.2 Tindakan

Proses tindakan berlangsung di kelas pada jam pelajaran Bahasa Indonesia selama 2 kali pertemuan (2 x 80 menit) dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut.

A. Pertemuan Pertama 1. Kegiatan Awal

a) Guru mengondisikan kelas.

b)Guru menginformasikan tujuan pembelajaran.

c) Guru mengadakan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.

2. Kegiatan Inti

a) Guru mengelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok untuk melaksanakan pembelajaran teknik latihan mengungkapkan pendapat. b) Siswa melaksanakan pelatihan mengungkapkan pendapat dalam diskusi

secara kelompok atas arahan dan bimbingan dari guru.

c) Siswa aktif melaksanakan pelatihan mengungkapkan pendapat dalam diskusi secara kelompok.

d) Masing-masing anggota kelompok melaksanakan pelatihan mengungkapkan pendapat dalam diskusi secara bergiliran sesuai kelompoknya masing-masing.

e) Sambil memberikan penguatan kepada siswa guru mengikuti jalannya pelatihan mengungkapkan pendapat dalam diskusi.

f) Sambil mengamati jalannya pelatihan, guru mengisi lembar observasi aktivitas belajar siswa terhadap pelaksanaan pelatihan

37

mengungkapkan pendapat dari setiap siswa dari masing-masing secara keseluruhan.

3. Kegiatan Akhir

Guru dan siswa melakukan refleksi hasil pembelajaran pertemuan kesatu. Guru mengakhiri pertemuan kesatu.

B. Pertemuan Kedua 1. Kegiatan Awal

a) Guru mengondisikan kelas.

b)Guru mengingatkan kembali pelajaran sebelumnya dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

c) Guru melakukan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa hal-hal yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.

2. Kegiatan Inti

a) Guru mengelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok untuk melaksanakan pembelajaran teknik pelatihan mengungkapkan pendapat.

b) Siswa melaksanakan pelatihan secara kelompok mengungkapkan pendapat dalam diskusi atas arahan dan bimbingan dari guru.

c) Sambil memberikan penguatan kepada siswa guru mengikuti jalannya pelaksanaan pelatihan mengungkapkan pendapat.

d)Guru melaksanakan penilaian terhadap pelatihan mengungkapkan pendapat dari setiap siswa secara keseluruhan.

38

3. Kegiatan Akhir

Guru dan siswa mengadakan refleksi hasil pembelajaran pertemuan kedua siklus kesatu. Guru mengakhiri pertemuan kedua.

3.4.3 Observasi

Observasi ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan, baik terhadap siswa maupun guru dengan menggunakan instrumen yang telah dipersiapkan. Observasi dilakukan secara kolaborasi bersama teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Pengamatan difokuskan pada proses pembelajaran menggunakan teknik latihan yang dilakukan oleh guru dan melihat aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

3.4.4 Refleksi

Merefleksi berarti merenungkan secara intensif apa yang telah terjadi dan belum terjadi atau kekeliruan dan kakurangan dalam kegiatan pembelajaran sehingga tampak hasil penelitian tindakan pada siklus tersebut. Refleksi merupakan tindakan mengevaluasi hasil yang diperoleh dari hasil pengamatan dan merupakan kegiatan menganalisis, memahami, dan membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan, serta menentukan perkembangan kemajuan dan kelemahan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran sebagai dasar perbaikan pada siklus berikutnya. Adapun kriteria keberhasilan yang diharapkan dalam penelitian ini adanya peningkatan aktivitas dan kemampuan mengungkapkan pendapat yang dilihat dari perbandingan nilai akhir dengan nilai awal.

39

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan tes. Adapun langkah-langkah pengumpulan data sebagai berikut.

3.5.1 Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan secara kolaborasi bersama dengan teman sejawat menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Pengamatan difokuskan pada proses pembelajaran menggunakan teknik pelatihan yang dilakukan dengan mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

3.5.2 Wawancara

Wawancara dilakukan setiap akhir siklus di luar jam pelajaran. Wawancara tidak dilakukan kepada semua siswa, tetapi dilakukan kepada 10 orang siswa yang mendapatkan nilai tertingi dan 10 orang siswa yang mendapatkan nilai terendah pada setiap siklus. Siswa diminta menuliskan jawaban hasil wawancara tersebut di lembar jawaban yang peneliti sediakan. Wawancara ini digunakan untuk mengungkapkan efektivitas kemampuan mengungkapkan pendapat dalam diskusi melalui teknik pelatihan dan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa ketika mengikuti pembelajaran teknik pelatihan.

3.5.3 Teknik Pengumpulan Data Hasil Belajar Siswa

Dilakukan dengan cara mengisi lembar pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada saat proses pembelajaran yang berupa data kuantitatif, dimana data diperoleh dari hasil belajar melalui pelatihan mengungkapkan pendapat yang diberikan peneliti pada setiap proses tindakan pada setiap siklus.

40

Indikator penilaian kemampuan mengungkapkan pendapat melalui teknik pelatihan adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1. Kriteria Skor Kemampuan Mengungkapkan Pendapat A. Aspek Nonkebahasaan

N0

Indikator-indikator

Rentang Skor

1. a. Kemampuan menemukan mekanisme mengungkapkan pendapat sangat baik 5.

5

b. Kemampuan menemukan mekanisme mengungkapkan pendapat baik 4.

4

c. Kemampuan menemukan mekanisme mengungkapkan pendapat cukup baik 3.

3

d. Kemampuan menemukan mekanisme mengungkapkan pendapat kurang baik 2.

2

e. Kemampuan menemukan mekanisme mengungkapkan pendapat tidak baik 1.

1

2. a. Kemampuan menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi sangat bai 5.

5

b. Kemampuan menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi baik 4.

4

c. Kemampuan menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi cukup baik 3

3

d. Kemampuan menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi kurang baik 2.

2

e. Kemampuan menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi tidak baik 1.

1

3. a. Kemampuan penalaran mengungkapkan pendapat sangat logis 5.

5

b. Kemampuan penalaran mengungkapkan pendapat logis 4. 4

c. Kemampuan penalaran mengungkapkan pendapat cukup logis 3.

3

d. Kemampuan penalaran mengungkapkan pendapat tidak logis 2.

2

e. Kemampuan penalaran mengungkapkan pendapat kurang logis 1.

1

41 B.Aspek Kebahasaan N0 Indikator-indikator Rentang Skor

1. a. Ketepatan penggunaan intonasi sangat baik 5 5

b. Ketepatan penggunaan intonasi baik 4 4

c. Ketepatan penggunaan intonasi cukup baik 3 3

d. Ketepatan penggunaan intonasi kurang baik 2 2

e. Ketepatan penggunaan intonasi tidak baik 1 1

2. a. Pengucapan pelafalan sangat baik 5 5

b. Pengucapan pelafalan baik 4 4

c. Pengucapan pelafalan dukup baik 3 3

d. Pengucapan pelafalan kurang baik 2 2

e. Pengucapan pelafalan tidak baik 1 1

3. a. Kejelasan suara sangat baik 5 5

b. Kejelasan suara baik 4 4

c. Kejelasan suara cukup baik 3 3

d. Kejelasan suara kurang baik 2 2

e. Kejelasan suara tidak baik 1. 1

4. a. Kelancaran berbicara ( tidak terputus-putus) sangat baik 5 5

b. Kelancaran berbicara ( tidak terputus-putus) sangat baik 4 4

c. Kelancaran berbicara ( tidak terputus-putus) sangat baik 3 3

d. Kelancaran berbicara ( tidak terputus-putus) sangat baik 2 2

e. Kelancaran berbicara ( tidak terputus-putus) sangat baik 1 1

Jumlah 20

Wahono,2007

3.6 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Membaca, menandai, dan menskor hasil ceklist siswa berdasarkan blangko observasi.

2. Menentukan tingkat kemampuan siswa mengungkapkan pendapat.

3. Menghitung Nilai Akhir (NA) tingkat kemampuan siswa mengungkapkan pendapat dengan rumus:

42

Skor Yang Diperoleh x 100% Skor Maksimal(35)

4. Menentukan tingkat kemampuan siswa dengan tolok ukur di bawah

Tabel 3.2 Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Mengungkapkan Pendapat

Nilai Akhir Tingkat Kemampuan

80 – 100 Sangat Baik 66 – 79 Baik 56 – 65 Sedang/Cukup 40 - 55 Kurang 0 - 39 Sangat kurang Burhan Nurgiuantoro,2001:399 NA=

73

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan temuan dan hasil penelitian tindakan di kelas VIII A SMP Negeri 1 Pagelaran dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Penerapan teknik pelatihan dapat meningkatkan kemampuan mengungkapkan pendapat dalam diskusi. Proses pembelajaran mengungkapkan pendapat dalam diskusi pada siklus satu merupakan teknik pelatihan secara kelompok, sedangkan pada siklus dua menerapkan pelatihan secara individu. Teknik pelatihan dapat memotivasi siswa lebih kreatif, berani mengungkapkan pendapat dalam berbagai konteks diskusi.

2. Hasil pembelajaran pada prasiklus, nilai rata-rata siswa 61,20, siswa yang mencapai KKM 17 orang (42,50%). Pada siklus satu nilai rata-rata siswa 69,01, siswa yang mencapai KKM 26 orang (65,00%). Dengan demikian nilai rata siswa terjadi peningkatan 22,50%. Pada siklus dua nilai rata-rata siswa 77,22, siswa yang mencapai KKM 32 orang (80%). Dengan demikian hasil pembelajaran siklus satu ke siklus dua mengalami peningkatan 15%.

3. Jika nilai rata-rata siswa 61,20, dan jumlah siswa yang mencapai KKM 17 orang sebelum tindakan, disandingkan dengan siklus terakhir pada penelitian

74

tindakan kelas ini, tampak bahwa terjadi peningkatan. Nilai rata-rata siswa yang mencapai KKM pada prasiklus ke siklus dua 37,50%.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyampaikan saran sebagai berikut.

1. Untuk Guru

a. Bagi guru bidang studi bahasa Indonesia penerapan teknik pelatihan untuk meningkatkan kemampuan mengungkapkan pendapat dalam diskusi dalam proses pembelajaran dapat dijadikan salah satu alternatif untuk memotivasi belajar, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa;

b. Guru harus lebih cepat tanggap terhadap kesulitan-kesulitan belajar siswa yang dihadapi dalam menerima materi pelajaran yang menyebabkan kemajuan belajar siswa menurun. Untuk mengatasi hal tersebut dalam menyampaikan materi pelajaran, guru diharapkan menggunakan model-model atau teknik-teknik pembelajaran yang bervariasi. Selain itu, guru juga harus memberikan bimbingan dan nasihat kepada siswa;

c. Jarak antara siklus satu dengan siklus selanjutnya jangan terlalu lama, karena akan mengakibatkan siswa menjadi asing terhadap teknik yang digunakan kembali.

2. Untuk Sekolah

a. Memperbanyak workshop untuk menunjang proses pembelajaran pada umumnya, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia;

75

b. Memberikan dorongan kepada guru untuk memanfaatkan teknik pelatihan, pada setiap pembelajaran.

3. Untuk Siswa

a. Siswa harus lebih banyak melakukan pelatihan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang dimiliki;

b. Siswa harus sering menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, untuk diri sendiri maupun saat berbicara dengan orang lain;

c. Harus banyak berlatih untuk mengembangkan potensi yang ia miliki.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta

Jakarta.

Arsjad, Maidar G dan Mukti U.S.1988. Pembinaan Kemampuan berbicara bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

BSNP. 2006. Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Model Silabus Mata Pelajaran SMP/MTS. Jakarta: NP.Cipta Jaya.

Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain Aswan. 2006. Strategi Belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Kusumah, Wijaya. 2009. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Indeks.

Melvin L Silberman 2006. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Nusa Medika Bandung.

Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jogyakarta: BPFE.

Oemar Hamalik 2007. Proses belajar mengajar, Bumi aksara. Jakarta.

Permendiknas RI Nomor 22,23 dan 24.2006. Standar isi dan Standar Kompetensi Lukisan Untuk Satuan Pendidikan SMP. Mitra Karya Jakarta

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indoenesia Yang Disempurnakan. Bandung: Yirama Widya.

R Margono Slamet 2008 “Format penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung

Roestiyah N.K. 2008. Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Sagala, Saiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media

Sardiman AM 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada Jakarta

Suyatma, Agus 2009. Modul Pembelajaran Paikem. FKIP Unila

Sunyono 2009, Perancangan PTK dan Penulisan Karya Ilmiah FKIP Unila

Tarigan, Henry Guntur,2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Unila. 2008. Format penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Yuanita, Sari. 2010. Sukses Berbicara dan Berkomunikasi. Yogyakarta: Genius Publisher.

Zamroni. 2004. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf Publisher.

Dokumen terkait