• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

C. Prosedur Pengembangan

Setyosari (2013:228) mengemukakan bahwa suatu model dalam penelitian pengembangan dihadirkan dalam berbagai prosedur pengembangan, yang biasanya mengikuti model pengembangan yang dianut oleh peneliti. Dalam model peneltian dan pengembangan terdapat dua model, yaitu model konseptual dan model prosedural. UM dalam Setyosari

(2013:228) menjelaskan model konseptual merupakan model yang bersifat analitis yang memberikan atau menjelaskan komponen-komponen produk yang akan dikembangkan dan keterkaitan antarkomponennya. Dalam model ini menjelaskan konsep-konsep, dimana konsep-konsep ini tidak memperlihatkan langkah-langkah yang berurutan atau bertahap. Sementara model prosedural adalah model deksriptif yang menggambarkan alur atau langkah-langkah prosedural yang harus diikuti untuk menghasilkan suatu produk tertentu. Model ini berupa urutan yang sistematis. Dalam penggunaannya, peneliti melakukan langkah-langkah yang berurut dari awal sampai akhir.

Sugiyono (2015:298-311) menyebutkan ada 10 langkah penelitian pengembangan oleh Borg dan Gall, seperti pada bagan berikut.

Bagan 3.1 Alur Prosedur Penelitian Pengembangan.

Potensi dan masalah Pengumpulan data Desain produk

Validasi desain Revisi desain

Uji coba produk

Revisi produk Uji coba pemakaian

Revisi produk

Prosedural pengembangan pada bagan di atas dijelaskan oleh Sugiyono (2015:298-311) secara terperinci, sebagai berikut:

1) Potensi dan masalah

Penelitian dapat berangkat dari adanya potensi atau masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah. Masalah adalah penyimpangan antara apa yang diharapkan dengan yang terjadi. Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam penelitian harus ditunjukkan dengan data empirik. Data tentang potensi dan masalah tidak harus dicari sendiri, tetapi bisa berdasarkan laporan penelitian orang lain, atau dokumentasi laporan kegiatan dari perorangan atau instansi tertentu yang masih up to date.

2) Mengumpulkan informasi.

Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual dan uptode, maka selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Di sini diperlukan metode penelitian tersendiri. Metode apa yang akan digunakannya untuk penelitian tergantung permasalahan dan ketelitian tujuan yang ingin dicapai.

3) Desain produk.

Produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan bermacam-macam. Desain produk harus diwujudkan dalam gambar atau bagan, sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai dan

membuatnya. Dalam bidang teknik, desain produk harus dilengkapi dengan penjelasan mengenai bahan-bahan yang digunakan untuk membuat setiap komponen pada produk tersebut, ukuran dan toleransinya, alat yang digunakan untuk mengerjakan, serta prosedur kerja. Dalam produk yang berupa sistem perlu dijelaskan mekanisme penggunaan sistem tersebut, cara kerja, serta kekurangan dan kekurangannya.

4) Validasi desain.

Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk, dalam hal ini sistem kerja baru secara rasional akan lebih efektif dari yang lama atau tidak. Dikatakan secara rasional, karena validasi di sini masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran rasional, belum fakta lapangan.

Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang tersebut. Seiap pakar diminta untuk menilai desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan kekuatannya. Validasi desain dapat dilakukan dalam forum diskusi. Sebelum diskusi, peneliti mempresentasikan proses penelitian sampai ditemukan desain tersebut hingga kelebihannya.

5) Perbaikan desain

Setelah desain produk, divalidasi melalui diskusi dengan pakar dan para ahli lainnya, maka akan dapat diketahui kelemahannya. Kelemahan tersebut selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki

desain. Yang bertugas memperbaiki adalah peneliti yang mau menghasilkan produk tersebut.

6) Uji coba produk.

Dalam bidang teknik, desain produk yang telah dibuat tidak bisa langsung diuji coba dulu, tetapi harus dibuat terlebih dulu, menghasilkan barang, dan barang tersebu diuji coba. Dalam bidang administrasi atau sosial, desain produk seperti sistem kerja baru dapat langsung diuji coba, setelah divalidasi dan revisi. Uji coba tahap awal dilakukan dengan simulasi penggunaan sistem kerja tersebut. Setelah disimulasikan, maka dapat diuji cobakan pada kelompok yang terbatas. Pengujian dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi apakah sistem kerja yang baru tersebut dapat lebih efektif dan efisien dibandingkan sistem lama atau sistem yang lain. Untuk itu pengujian dapat dilakukan dengan eksperimen, yaitu membandingkan efektivias dan efisiensi sistem kerja lama dengan yang baru.

7) Revisi produk

Pengujian sistem dengan pengumpulan data melalui kuesioner ini dipandang kurang akurat, maka dalam kenyataan pengujian kecepatan kerja dan produktivitas kerja tidak menggunakan kuesioner, tetapi melalui pengamatan dengan instrumen yang valid dan reliabel.

Bila mengujikan produk dalam hal ini sistem kerja baru menggunakan desain pretest postest control group design (ada kelompok eksperimen dan kontrol), maka untuk mencari efektivitas dan seefisiensi

sistem kerja baru, dilakukan dengan cara menguji signifikansi antara kelompok yang dikenai sistem kerja baru dengan kelompok yang tetap menggunakan sistem lama.

8) Uji coba pemakaian.

Setelah pengujian terhadap produk berhasil, dan mungkin ada revisi yang tidak terlalu penting, maka selanjutnya produk yang berupa sistem kerja baru tersebut diterapkan dalam kondisi nyata untuk lingkup yang luas. Dalam operasinya sistem kerja tersebut, tetap harus dinilai kekurangan atau hambatan yang muncul guna untuk perbaikan lebih lanjut.

9) Revisi produk.

Revisi produk ini dilakukan, apabila dalam pemakaian kondisi nyata terdapat kekurangan dan kelemahan. Dalam uji pemakaian, sebaiknya pembuat produk selalu mengevaluasi bagaimana kinerja produk. Dalam hal ini adalah sistem kerja.

10)Pembuatan Produk massal.

Pembuatan produk massal ini dilakukan apabila produk telah diuji coba dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi massal.

Dalam penelitian pengembangan ini, peneliti membatasi penelitian sampai pada tahap kelima, yakni: 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3)desain produk, 4) validasi desain, 5) revisi desain. Berikut akan dipaparkan bagan yang akan menjabarkan keempat tahapan pengembangan tersebut.

Bagan 3.2 Desain Penelitian Pengembangan TAHAP PERTAMA Potensi dan Masalah

Analisis Kebutuhan (Wawancara)

TAHAP KETIGA

DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL RPP Desain Media Pembelajaran Konvensional Pengumpulan Bahan Pembuatan Media Pembelajaran Konvensional TAHAP KEDUA

Hasil wawancara Penentuan masalah

Konsultasi

dosen Pengumpulan data

TAHAP KEEMPAT

VALIDASI MEDIA PEMBELAJARAN Pembuatan Kuesioner

Validasi Konsultasi Dosen

Instrumen Siap Digunakan Revisi

Validasi Media

Pakar Media Pembelajaran

Guru Kelas II

Analisis

TAHAP KELIMA REVISI PRODUK

Hasil Validasi oleh Pakar Revisi Produk

Untuk penelitian ini, langkah-langkah pengembangannya adalah sebagai berikut:

Pada tahap pertama, peneliti mengkaji potensi dan masalah berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas II SD. Tujuan dari wawancara ini agar dapat mengetahui fenomena terkait kesulitan siswa SD kelas II dan juga terkait penggunaan media pembelajaran yang belum mampu mengatasi kesulitan tersebut Potensi dan masalah yang dikaji sesuai dengan subtema bermain di rumah teman. Pada tahap ini juga peneliti melakukan analisis kebutuhan. Tujuan dilakukannya analisis kebutuhan adalah untuk keperluan pengembangan media pembelajaran terkait materi pelajaran terkait.

Pada tahap kedua, peneliti menganalisis hasil wawancara yang telah dilakukan pada tahap pertama. Hasil wawancara dianalisis untuk menemukan masalah utama yang mana digunakan dalam penelitian ini. Hasil wawancara yang telah dikaji ini dijadikan sebagai data oleh peneliti. Pada tahap ketiga, peneliti membuat desain media pembelajaran konvensional untuk muatan pelajaran matematika. Peneliti terlebih dahulu merancang RPP berdasarkan KI dan KD pada subtema bermain di rumah teman. Kemudian dilanjutkan dengan membuat desain untuk tiap-tiap media pembelajaran. Setelah itu, mengumpulkan bahan untuk masing-masing media. Lalu diakhiri dengan membuat media pembelajaran berdasarkan rancangan desain yang telah dibuat. Media konvensional

yang dibuat meliputi: kotak dadu, papan kartu bergambar, , komik perkalian, serta petunjuk jalan perkalian.

Pada tahap keempat, peneliti membuat instrumen validasi dan media yang dikembangkan divalidasi. Instrumen validasi berupa kuesioner yang akan digunakan untuk validasi media pembelajaran konvensional oleh pakar media pembelajaran serta guru kelas II. Hasil dari validasi ini dijadikan bahan untuk merevisi media yang dikembangkan.

Pada tahap kelima atau tahap akhir dilakukan revisi media pembelajaran. Revisi ini dilakukan berdasarkan saran dan komentar dari dosen pembimbing serta pakar media pembelajaran, sehingga menjadi produk yang layak yakni media pembelajaran konvensional pada muatan pelajaran matematika dalam subtema bermain di rumah teman untuk siswa kelas II SD.

Dokumen terkait