a. Menulis butir soal, yakni kegiatan yang dilaksanakan evaluator setelah membuat kisi-kisi soal. Berdasarkan kisi-kisi soal inilah evaluator menulis soal dengan memperhatikan hal-hal berikut:
28
2) Tidak mengandung penafsiran ganda atau membingungkan. 3) Petunjuk pengerjaan butir soal perlu diberikan untuk setiap bentuk
soal, walaupun sudah diberikan petunjuk umum.
4) Berdasarkan kaidah Bahasa Indonesia dalam penulisan soal tes hasil belajar.
Empat hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan soal seperti diuraikan di atas merupakan kaidah penulisan soal secara umum. Karenanya dalam tiap-tiap bentuk soal memiliki kaidah-kaidah penulisan tersendiri.
b. Beberapa bentuk tes objektif dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1) Bentuk soal benar-salah
2) Bentuk soal pilihan ganda 3) Bentuk soal menjodohkan
4) Bentuk soal melengkapi/jawaban singkat 5) Bentuk soal esai
Berikut beberapa hal tentang kaidah-kaidah penulisan butir soal (Depdikbud, 1985: 21-28). Kaidah untuk butir soal benar-salah meliputi:
1) Meyakinkan sepenuhnya bahwa butir soal tersebut dapat dipastikan benar atau salah.
2) Jangan menulis butir soal yang memindahkan satu kalimat secara harfiah dari teks.
3) Jangan menulis butir soal yang memperdayakan. 4) Menghindari pernyataan negatif.
5) Menghindari pernyataan berarti ganda. 6) Menggunakan suatu bentuk yang tepat.
7) Menghindari kata-kata kunci, seperti pada umumnya, semua, dan yang lain.
29 Sedangkan kaidah yang harus diperhatikan dalam penulisan soal pilihan ganda meliputi:
1) Pokok soal (stem) yang merupakan permasalahan harus dirumuskan secara jelas.
2) Perumusan pokok soal dan alternatif jawaban hendaknya merupakan pernyataan yang diperlukan saja.
3) Untuk satu soal hanya ada satu jawaban yang benar atau paling benar.
4) Pada pokok soal (stem) sedapat mungkin dihindarkan perumusan pernyataan yang bersifat negatif.
5) Alternatif jawaban (option) sebaiknya logis dan pengecoh harus berfungsi (menarik).
6) Diusahakan agar tidak ada petunjuk untuk jawaban yang benar. 7) Diusahakan agar mencegah penggunaan pilihan jawaban yang
terakhir berbunyi “semua pilihan jawaban di atas benar” atau“semua pilihan jawaban di atas salah”.
8) Diusahakan agar pilihan jawaban homogen, baik dari segi isi maupun panjang pendeknya pernyataan.
9) Apabila pilihan jawaban berbentuk angka, susunlah secara berurutan mulai dari yang terkecil terus yang terbesar.
10) Di dalam pokok soal diusahakan tidak menggunakan ungkapan atau kata-kata yang bersifat tidak tentu, seperti seringkali, kadang-kadang, pada umumnya, dan yang sejenis.
11) Diusahakan agar jawaban butir soal yang satu tidak bergantung dan jawaban butir soal yang lain.
12) Dalam merakit soal diusahakan agar jawaban yang benar (kunci jawaban) letaknya tersebar di antara a, b, c, dan/atau yang lain ditentukan secara acak, sehingga tidak terjadi pola jawaban tertentu
Adapun kaidah penulisan bentuk soal menjodohkan meliputi:
1) Meyakinkan bahwa antara premis dan pilihan yang dijodohkan keduanya homogen.
30
3) Dasar untuk menjodohkan setiap premis dan pilihan dibuat secara jelas.
Selanjutnya adalah kaidah penulisan untuk bentuk soal melengkapi, meliputi:
1) Meyakinkan bahwa pertanyaan dapat dijawab dengan kata atau penggalan kalimat yang mudah atau khusus, dan hanya ada satu jawaban yang benar.
2) Menggunakan bentuk yang cocok.
3) Jangan memutus-mutus butir soal melengkapi.
4) Menghindari pemberian petunjuk ke arah jawaban yang benar. 5) Menunjukkan bagaimana seharusnya jawaban yang benar.
c. Menata soal, yakni kegiatan terakhir dari penyusunan alat penilai tes yang harus dilaksanakan oleh evaluator berupa pengelompokan butir-butir soal berdasarkan bentuk soal dan sekaligus melengkapi petunjuk pengerjaannya.
Dalam penyusunan kisi-kisi ini, langkah yang tidak kalah penting adalah melakukan uji coba (Try Out). Uji coba soal pada prinsipnya adalah upaya untuk mendapatkan informasi empirik mengenai sejauhmana sebuah soal dapat mengukur apa yang hendak diukur. Informasi empirik tersebut pada umumnya menyakut segala hal yang dapat mempengaruhi validitas soal seperti tingkat kesukaran soal,jawabannya, tingkat daya pembeda soal, pengaruh budaya, bahasa yang dipergunakan dan sebagainya. Jika semua dilakukan uji coba soal, langkah selanjutnya adalah penyusunan soal.
Agar skor yang diperoleh dapat dipercaya, diperlukan banyak butir soal. Sebab itu, dalam penyajiannya butir-butir soal perlu disusun menjadi suatu alat ukur yang terpadu. Hal-hal yang dapat mempengaruhi validitas tes seperti urutan nomor soal, pengelompokan bentuk-bentuk soal. Kalau dalam satu perangkat tes terdapat lebih dari satu bentuk soal tata “lay-out” soal dan sebagainya
31 haruslah diperhatikan dalam penyusunan soal menjadi sebuah tes. Setelah tes tersusun, naskah (tes) siap diberikan atau disajikan kepada peserta didik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian tes ini adalah waktu penyajian, petunjuk yang jelas mengenai cara menjawab atau mengerjakan tes, ruangan dan tempat duduk peserta didik. Pada prinsipnya, hal-hal yang menyangkut segi administratif penyajian tes harus diperhatikan sehingga evaluasi dapat terselenggara dengan aman dan baik.
Skoring atau pemeriksaan terhadap lembar jawaban dan pemberian angka merupakan langkah untuk mendapatkan informasi kuantitatif dari masing-masing peserta didik. Sebab pada prinsipnya, skoring harus diusahakan agar dapat dilakukan secara obyektif. Artinya, apabila skoring dilakukan oleh dua orang atau lebih yang sama tingkat kompetensinya, maka akan menghasilkan skor atau angka yang sama. Atau jika orang yang sama mengulangi proses penskoran, akan dihasilkan skor yang sama.
Setelah dilakukan skoring, hasilnya perlu diolah dengan mencari konversi. Dalam proses konversi ini ada norma dan ada skala yang harus diperhatikan, yaitu norma relatif (PAN) dan norma mutlak (PAP) yang masing-masing dengan skala 5 (A, B, C, D, E) skala 9 (1 - 9) skala 11 (0-11), skala 100, skala Z score, skala T score.
Kemudian dilakukan prosedur statistik dengan mencari ranking (rank order), mean, median, dan mode.
Setelah tes dilaksanakan dan dilakukan skoring, maka hasil pengetesan tersebut perlu dilaporankan. Laporan tersebut dapat diberikan kepada peserta didik yang bersangkutan, kepada orang tua peserta didik, kepada Kepala Sekolah, dan sebagainya. Laporan kepada masing-masing yang berkepentingan dengan hasil tes ini
32
sangat penting karena dapat memberikan informasi berguna dalam rangka penentuan kebijakan atau kebijaksanaan selanjutnya. Selanjutnya, hasil pengukuran yang diperoleh tersebut sangat berguna sesuai dengan tujuan ujian. Informasi atau data hasil pengukurannya dapat dimanfaatkan untuk perbaikan atau penyempurnaan sistem, proses atau kegiatan belajar mengajar, maupun sebagai data untuk mengambil keputusan atau menentukan kebijakan, atau dapat digunakan untuk mengulangi pelajaran, memperbaiki metode mengajar, atau melanjutkan pelajaran selanjutnya, dan sebagainya.