• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : BENTUK PENDELGASIAN PEMBERIAN IZIN INVESTAS

A. Prosedur Perizinan Investasi Berdasarkan Undang – Undang

Tahun 2007 dan Peraturan Pelaksanaannya

Sebelum menguraikan prosedur perizinan investasi, maka akan terlebih dahulu diuraikan tentang apa yang dimaksud dengan izin. Izin merupakan kewenangan pemerintah untuk mengatur sesuatu hal yang berhubungan dengan peran atau tugasnya. Izin merupakan salah satu instrument yang paling banyak digunakan dalam hukum khususnya hukum administrasi.68

Dari rumusan tentang apa yang dimaksud dengan izin, maka dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya izin merupakan kewenangan pemerintah, sehingga dalam hal pemberian izin peranan pemerintah sangat menentukan.

Menurut Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2013 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Nonperizinan Penanaman Modal pada ayat 1 point 6, perizinan adalah bentuk persetujuan untuk melakukan penanaman modal yang dikeluarkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah yang memiliki kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – perundangan.

69

Dalam pemberian izin investasi, pemerintah baik pusat maupun daerah bertujuan agar :70

68

Aminuddin Ilmar, Op.Cit., hal. 133 69 Ibid.,, hal. 132

70 Peraturan Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2013 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Nonperizinan Penanaman Modal pasal 2

1. Terwujudnya kesamaan dan keseragaman prosedur pengajuan dan persyaratan tata cara perizinan dan non perizinan penanaman modal di instansi penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTPS) di bidang Penanaman Modal di seluruh Indonesia.

2. Memberikan informasi kepastian waktu penyelesaian permohonan perizinan dan non perizinan penanaman modal

3. Tercapainya pelayanan yang mudah, cepat, tepat, akurat, transparan, dan akuntabel.

Walaupun tujuan dari pemerintah tersebut di atas adalah baik, namun dalam prakteknya masalah birokrasi adalah masalah yang selalu menjadi salah satu faktor hambatan bagi investor. Sebagai gambaran dapat dikemukakan bahwa salah satu keluhan yang paling sering dilontarkan oleh para investor asing selama ini adalah begitu banyaknya jenis perizinan yang harus diperoleh, yang secara langsung menjadikan membengkaknya initial cost yang harus dikeluarkan sebelum perusahaan tersebut beroperasi. Salah satu contoh dari masalah birokrasi yang dikeluhkan adalah birokrasi pengurusan izin di kawasan berikat, di mana salah satu Keputusan Menteri Keuangan dinyatakan bahwa Calon investor yang telah mendapatkan persetujuan dari Penyelenggara Kawasan Berikat (PKB) wajib memberitahukan kepada Dirjen Bea dan Cukai melalui PKB dalam waktu 14 hari sebelum memulai kegiatannya. Dalam praktiknya, jawaban dari pihak Bea dan

Cukai memakan waktu yang lebih panjang dan selama itu investor tidak diperkenankan melaksanakan proyek.71

Ditambah lagi perekonomian negara Indonesia yang akhir – akhir ini yang mengalami pasang surut. Data terakhir dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2014 mencapai angka terendah selama lima tahun terakhir. Menurut BPS, tahun 2014 pertumbuhan ekonomi sekitar 5,01 persen (dengan basis perbandingan tahun 2010). Padahal pemerintah menargetkan pertumbuhan sebesar 5,5 persen.72 Hal ini tentu, akan mengurangi keinginan para investor untuk melakukan penanaman modal di negara Indonesia Melambatnya perekonomian Indonesia juga mengakibatkan menurunnya minat investasi di Indonesia sebesar 15 persen.73

Oleh karena itu, untuk mengatasi hal ini, pemerintah Indonesia membuat kebijakan ekonomi berupa paket kebijakan ekonomi tahap dua berisi sejumlah langkah untuk menyelesaikan kendala investasi dan perizinan.74 Selain ditujukan untuk mendorong iklim investasi di Indonesia, juga membuka ruang agar lapangan kerja yang semakin kompetitif bagi dunia usaha, serta mempercepat proyek – proyek strategis nasional.75

71 Ana Rokhmatussa dan Suratman, Op.Cit., hal. 8

diakses pada tanggal 10 Oktober 2015

73

Langkah lain yang dilakukan pemerintah Indonesia adalah Antara lain dengan memberdayakan usaha mikro dan kecil dengan menyalurkan kredit usaha rakyat (KUR) dengan tingkat suku bunga yang rendah. Untuk mendorong daya saing industri, terdapat 89 peraturan dari 154 regulasi yang sifatnya menghambat daya saing industri akan dirombak. Terkait percepatan proyek strategis nasional akan dilakukan antara lain penyederhanaan izin, penyelesaian masalah tata ruang, mempercepat pengadaan barang dan jasa, serta memberikan diskresi menyangkut hambatan hukum. Fokus yang ketiga, pemerintah akan mendorong pembangunan rumah bagi masyarakat berpendapatan rendah serta membuka peluang investasi yang lebih besar di sektor properti.76

Dalam pelaksanaan kegiatan penanaman modal, para investor saat ini masih berpedoman dari Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2007 dan peraturan pelaksananya. Penanaman modal berdasarkan pasal 1 butir 1 Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal disebutkan dalam melaksanakan penanaman modal, dibagi menjadi dua kegiatan yaitu :77

1. Penanaman Modal Dalam Negeri

Penanaman modal dalam negeri adalah suatu kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha dalam wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanaman modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Kata kunci dari penanaman modal ini adalah adanya

77 Sentosa Sembiring, Op.Cit., hal. 134

suatu kegiatan yang dilakukan oleh satu badan usaha di wilayah Republik Indonesia.

Penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha yang berbentuk badan hukum, tidak badan hukum, atau usaha perseorangan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.

2. Penanaman Modal Luar Negeri

Penanaman modal luar negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanaman modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanaman modal dalam negeri.

Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang – undang.

Untuk kegiatan penanam modal tersebut diatas, terdapat 3 macam permohonan penanaman modal, yaitu :78

1. Penanaman Modal Baru

Dalam hal penanaman modal baru, hal – hal yang harus diisi oleh calon investor dalam permohonan tersebut meliputi :

a. Keterangan pemohon, yang meliputi nama pemohon, NPWP, akta pendirian, dan perubahannya (nama notaris, nomor dan tanggal), pengesahan Menteri Kehakiman (nomor dan tanggal), alamat lengkap (termasuk nomor telepon, telex dan faxsimile);

b. Keterangan rencana proyek yang meliputi bidang usaha, lokasi proyek (kabupaten/kota/provinsi), produksi per tahun, pemasaran per tahun, luas tanah yang diperlukan, tenaga kerja (asing, Indonesia), rencana investasi,sumber pembiayaan, modal perseroan, jadwal waktu penyelesaian proyek, dan pernyataan.

Dalam permohonan itu dilampirkan hal – hal diantaranya :

1) Bukti diri pemohon, yang meliputi rekaman akta pendirian perusahaan dan perubahannya untuk Perusahaan, BUMN/BUMD, CV, Fa, atau Rekaman Anggaran Dasar bagi Badan Usaha Koperasi, atau Rekaman Kartu Tanda Penduduk (KTP) untuk perorangan;

2) Surat kuasa dari yang berhak apabila penanda tangan permohonan bukan dilakukan oleh pemohon sendiri;

3) Rekaman Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pemohon

4) Uraian rencana kegiatan;

5) Persyaratan dan / atau ketentuan sektoral tertentu yang dikeluarkan oleh pemerintah;

6) Bagi bidang usaha yang dipersyaratkan kemitraan :

a) Kesepakatan / perjanjian kerja sama tertulis mengenai kesepakatan bermitra dengan usaha kecil, antara lain memuat nama dan alamat masing – masing pihak, pola kemitraaan yang akan digunan, hak dan kewajiban masing – masing pihak dan bentuk pembinaan yang diberikan kepada usaha kecil.

b) Akta pendirian atau perubahannya atau risalah RUPS mengenai pernyetaan usaha kecil sebagai pemegang saham, apabila kemitraan dalam bentuk penyertaan saham.

c) Surat pernyataan di atas materai dari usaha kecil yang menerangkan bahwa yang bersangkutan memenuhi kriteria usaha kecil sesuai dengan undang – undang nomor 9 tahun 1995.

2. Perluasan Penanaman Modal

Hal – hal yang dimuat dalam permohonan itu meliputi :

1. Keterangan permohonan

2. Keterangan proyek perluasan

1) Nama perusahaan;

2) Bidang usaha;

3) NPWP;

4) Nomor, tanggal SP PMDN dan perubahannya serta izin tetap;

5) Akta pendirian dan perubahannya (nama notaris, nomor dan tanggal) serta pengesahan Menteri Kehakiman (nomor dan tanggal) dan;

6) Alamat lengkap (termasuk nomor telepon, telex, faxsimile, dan E-mail);

3. Perubahan Penanaman Modal

Setiap perusahaan PMDN maupun PMA yang akan mengajukan perubahan modal, yang berkaitan dengan sepuluh jenis proyek (pasal 13 – pasal 27 SK Kepala BKPM Nomor 57/SK/Tahun 2004) wajib mengajukan permohonan perubahan penanaman modal kepada kepala BKPM. Berdasarkan permohonan dan lampirannya, maka kepala BKPM menerbitkan surat dalam bentuk Surat Persetujuan Perubahan (SPP) yang meliputi :

b. Surat Persetujuan Perubahan Bidang Usaha, Jenis Dan Kapasitas Produksi;

c. Surat Persetujuan Perubahan Penggunaan Tenaga Kerja Asing;

d. Surat Persetujuan Perubahan Investasi Dan Sumber Pembiayaan;

e. Surat Persetujuan Perubahan Kepemilikan Saham Perusahaan PMA;

f. Surat Persetujuan Perubahan Status Perusahaan Pma Menjadi Pmdn

g. Surat Persetujuan Perubahan Status Perusahaan Pmdn Atau Non PMDN / PMA Menjadi Perusahaan PMA;

h. Surat Persetujuan Perpanjangan Waktu Penyelesaian Proyek;

i. Surat Persetujuan Penggabungan Perusahan;

Dengan adanya surat persetujuan tersebut, perusahaan PMDN maupun PMA dapat melakukan perubahan sesuaidengan yang dimohonkannya.

Adapun bagi para investor, tata cara pengajuan permohonan perizinan diatur dalam Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik

Indonesia Nomor 5 Tahun 2013 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Nonperizinan Penanaman Modal pasal 14 yaitu sebagai berikut :79

1. Penanam Modal dapat mengajukan permohonan perizinan dan non perizinan penanaman modal ke Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTPS) ke bidang Penanaman Modal secara manual (hardcopy) atau secara elektronik (on-line) melalui SPIPISE.

2. Permohonan diajukan kepada Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTPS) BKPM, PDPPM / Instansi penyelenggara PTPS di Provinsi PDKPM/instansi penyelenggara PTSP di kabupaten/kota, PTSP KPBPB atau PTSP KEK sesuai kewenangannya.

3. Penanam Modal yang menyampaikan permohonan secara manual (hardcopy) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menunjukkan dokumen asli kepada petugas Front Office, kecuali untuk pengurusan Izin Prinsip yang belum berbadan hukum.

4. Dokumen asli bagi perusahaan yang telah berbadan hukum adalah seluruh dokumen yang dipersyaratkan dalam pengurusan Perizinan dan Nonperizinan

5. Penanam Modal yang menyampaikan permohonan secara elektronik (on- line) termasuk menggunakan seluruh dokumen kelengkapan persyaratan sesuai dengan jenis permohonan yang disampaikan.

79 Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2013 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Nonperizinan Penanaman Modal pasal 14

6. Penanam Modal yang menyampaikan permohonan secara elektronik (on- line) harus menyerahkan permohonan asli dan seluruh dokumen kelengkapan persyaratan pada saat pengambilan Perizinan dan Nonperizinan kepada petugas Front Office, kecuali untuk pengurusan Izin Prinsip yang belum berbadan hukum.

7. Penanam Modal dapat mengajukan permohonan secara paralel untuk berbagai Perizinan dan Nonperizinan yang tidak berkaitan, dengan hanya menyampaikan satu berkas persyaratan permohonan melalui SPIPISE. 8. Bagi PTSP di bidang Penanaman Modal yang telah terkoneksi dengan

SPIPISE, diwajibkan untuk menggunakan SPIPISE dalam proses penerbitan Perizinan dan Nonperizinan.

Dalam perkembangannya, pemerintah juga telah mengeluarkan berbagai peraturan yang bertujuan untuk menyederhanakan proses dan tata cara perizinan dan persetujuan dalam rangka penanaman modal, yaitu sebagai berikut :80

1. Keputusan Peraturan Presiden Nomor 115 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 97 Tahun 1993 Tentang Tata Cara Penanaman Modal.

2. Intruksi Presiden Nomor 22 Tahun 1998 Tentang Penghapusan Memiliki Rekomendasi Instansi Teknis Dalam Permohonan Persetujuan Penanaman Modal

3. Instruksi Presiden Nomor 23 Tahun 1998 Tentang Penghapusan Ketentuan Kewajiban Memiliki Persetujuan Prinsip Dalam Pelaksanaan Realisasi Penanaman Modal Di Daerah.

4. Keputusan Menteri negara Investasi / Kepala BKPM Nomor 30/SK/1998 Tentang Pedoman Dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal Yang Didirikan Dalam Rangka PMDN Dan PMA

5. Keputusan Bersama Menteri Luar Negeri Dan Menteri negara Investasi / Kepala BKPM Nomor KB 076/OT/V/69/01 Dan Nomor 10/SK/1999 Tentang Penugasan Khusus Kepada Perwakilan Republik Indonesia Di Luar Negeri Untuk Lebih Menarik Masuknya Investasi Ke Indonesia

6. Keputusan Menteri Investasi / Kepala BKPM Nomor 21/SK/1998 Tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetujuan Dan Fasilitas Serta Perizinan Pelaksanaan Penanaman Modal Dalam Negeri Tertentu Kepada Gubenur Kepala Daerah Tingkat I

7. Keputusan Menteri negara Investasi / Kepala BKPM Nomor 37/SK/1999 Tanggal 6 Oktober 1999 Tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetujuan Dan Fasilitas Serta Perizinan Pelaksanaan Penamaan Modal Kepada Gubenur Kepala Daerah Provinsi

8. Keputusan Menteri negara Investasi / Kepala Bkpm Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Prosedur Dan Tata Cara Penanaman Modal (PMA Dan PMDN); Dan Lain – Lain.

Selain itu dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik terhadap calon investor maupun investor, maka BKPM yang selama ini bertindak sebagai one stop investment service center dapat terus ditingkatkan kinerjanya serta meningkatkan koordinasi dengan BKPMD, Pemerintah Daerah maupun instansi – instansi terkait.81

Investor memiliki hak dan kewajiban dalam menjalankan usahanya. Berdasarkan Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal pasal 14 dan pasal 15, disebutkan bahwa :

Dokumen terkait