• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Perubahan Pemanfaatan Ruang Prakarsa perubahan

Dalam dokumen Panduan Peraturan Zonasi (Halaman 66-74)

TATA CARA PELAKSANAAN 3

3.3 Prosedur Perubahan Pemanfaatan Ruang Prakarsa perubahan

pemanfaatan ruang Prakarsa perubahan pemanfaatan ruang dapat diajukan oleh: 1. Masyarakat yang terdiri dari kelompok masyarakat termasuk

perorangan, badan hukum, maupun badan usaha. 2. Pemerintah Kota/Kabupaten.

3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota/Kabupaten. Prosedur teknis

perubahan

pemanfaatan ruang

1. Prosedur perubahan sementara

a. pemohon mengajukan usulan kepada walikota/bupati b. Dinas Tata Kota atau dinas yang berwenang dalam

penataan ruang melakukan kajian terhadap usulan pemohon

c. hasil kajian dibahas di tingkat pimpinan

d. hasil tersebut ditindaklanjuti dengan melakukan dengar pendapat publik

e. apabila disepakati, hasil dengar pendapat diberikan kepada walikota/bupati agar ditindaklanjuti.

2. Prosedur perubahan tetap, mengikuti proses teknis perubahan kecil dan besar.

3. Prosedur perubahan kecil:

a. pemohon mengajukan permohonan perubahan

disertai dengan persyaratan administrasi

pemerikasaan kesesuaian dengan rencana (RTRW, RDTR, RTRK/RTBL).

c. rumusan rekomendasi keputusan dan besarnya biaya yang harus dikenakan.

d. pengambilan keputusan.

e. penentuan besarnya tarif retribusi yang harus dibayar oleh pemohon.

f. pembayaran retribusi bila pemohon sesuai dengan besar yang ditentukan bila tidak mengajukan keberatan pada Tim penilai.

g. pengesahan perubahan.

h. penerbitan Ijin Perubahan Pemanfaatan.

i. penerbitan Ijin Mendirikan Bangunan (perubahan). 4. Prosedur perubahan besar:

a. pemohon mengajukan permohonan perubahan

disertai dengan persyaratan administrasi

b. pemeriksaan kelengkapan administrasi dan

pemeriksaan kesesuaian dengan rencana (RTRW, RDTR, RTRK/RTBL).

c. pemeriksaan terhadap visi dan misi pembangunan kota untuk perubahan rezoning yang dianjurkan dengan penilaian teknis planologis serta dampak sosial ekonomi yang juga berlaku untuk perubahan besar lainnya, yaitu spot zoning dan penambahan intensitas > 10% dari ketentuan teknis yang ada dalam rencana.

d. pelaksanaan dengar pendapat.

e. perumusan rekomendasi keputusan yang didasarkan pada penilaian seluruh aspek dari permohonan yang diajukan baik dalam dampak positif, dampak negatif maupun pertimbangan dari masyarakat sekitarnya. Rekomendasi ini hendaknya mengikat pengambil keputusan. Apabila rekomendasi tunggal, maka pengambil keputusan harus memutuskan sesuai rekomendasi dan bila terdiri atas beberapa alternatif pengambil keputusan sesuai rekomendasi dan bila terdiri atas beberapa alternatif pengambli keputusan harus mengambil keputusan salah satu dari yang telah direkomendasikan.

f. pengambilan keputusan. g. penentuan besarnya retribusi. h. penarikkan retribusi.

i. pembayaran retribusi. j. pengesahan perubahan.

k. penerbitan Ijin perubahan pemanfaatan lahan. l. penerbitan Ijin Mendirikan Bangunan.

Proses teknis perubahan pemanfaatan ruang dapat dilihat pada gambar 3.2 berikut:

Gambar 3.2

Prosedur

administrasi 1. Prosedur administrasi perubahan kecil

Setiap pemohon perlu melakukan permohonan perubahan kepada lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan ijin perencanaan dan mengetahui ketentuan teknis pendirian suatu bangunan. Karena tidak melibatkan perubahan pemanfaatan lahan, maka dalam pengeluaran ijinnya tidak harus mendapatkan persetujuan dari pihak perwakilan rakyat. Lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan ijin perencanaan dapat secara langsung memberikan keputusan apakah suatu permohonan dapat dikabulkan atau tidak. Permohonan ini harus dikenai sejumlah biaya/retribusi karena meskipun dinilai kecil tetap telah melakukan penyimpangan terhadap rencana yang telah ditetapkan

2. Prosedur administrasi perubahan besar, mempertimbangkan: a. Seluruh dampak baik yang positif maupun negatif yang

mungkin muncul akibat pembangunan.

b. Visi dan misi pengembangan kota serta seluruh

kebijaksanaan dan program rencana yang akan dijalankan. c. Melibatkan pihak perwakilan rakyat dalam pengambilan

keputusan atas suatu permohonan perubahan pemanfaatan lahan mengingat dampak yang mungkin terjadi akan meibatkan banyak pihak yang berkepentingan. Selain itu mengingat bahwa rencana yang telah ditetapkan merupakan produk hukum yang ditetapkan dengan peraturan daerah yang harus mendapatkan persetujuan dari DPRD.

d. Mempertimbangkan seluruh pendapat dan keberatan dari berbagai pihak dengan melakukan public hearing (Dengar pendapat) untuk mendapatkan opini dari berbagai pihak. Dengar pendapat ini dilaksanakan oleh pihak yang berwenang yang juga menentukan hari, waktu dan tempat pelaksanaan serta melakukan pemberitahuan kepada khalayak dan diikuti oleh masyarakat yang diperkirakan akan terkena dampaknya secara langsung, masyarakat yang kberatan dengan permohonan pembangunan ataupun orang-orang yang peduli dengan masalah permohonan ijin pembangunan ini. Dengar pendapat ini dilakukan dalam rangka membantu dalam memutuskan suatu permohonan pembangunan.

Tabel 3.1

Contoh Prosedur Perubahan Pemanfaatan Lahan Kecil

No. Masukan Instansi Kewenangan Instansi

1. Permohonan perubahan pemanfaatan lahan khususnya yang berhubungan dengan perubahan intensitas < 10% dari ketentuan yang ada dalam rencana atau perubahan teknis lainnya yang dilengkapi dengan:

a. Surat ijin lokasi (kawasan besar). b. Surat keterangan

serba guna dari kec/kelurahan. c. Surat keterangan pemilikan lahan. d. Gambar rencana bangunan. e. Akte pelunasan PBB

Instansi yang berwenang dalam penetapan kebijakan tata ruang pada tingkatan detail/rinci

Pemeriksaan kelengkapan

persyaratan pengajuan permohonan.

2. Pengambilan Keputusan Instansi yang berwenang dalam penetapan kebijakan tata ruang pada tingkatan detail/rinci

Pengecekkan perubahan terhadap rencana detail/rinci yang telah ditetapkan dan mengambil keputusan untuk suatu permohonan perubahan. Untuk permohonan yang dinilai tidak memenuhi kriteria untuk diijinkan, permohonan langsung ditolak, sedangkan untuk permohonan yang diijinkan, instansi yang berwenang akan mengeluarkan ijin perubahan pemanfaatan lahan.

3. Penentuan tarif retribusi yang harus dibayar pemohon

Instansi yang berwenang dalam penetapan kebijakan tata ruang pada tingkatan detail/rinci

Menentukan besarnya tarif yang harus dibayar oleh pemohon. Melimpahkan berkas tagihan retribusi yang harus dibayar pemohon kepada instansi yang mengelola

keuangan/pendapatan daerah . 4. Pemohon yang tidak

setuju dengan besarnya tarif mengajukan evaluasi tarif

Instansi yang berwenang dalam penetapan kebijakan tata ruang pada tingkatan detail/rinci

Mengevaluasi besarnya tarif retribusi yang harus dibayar pemohon.

5. Pembayaran retribusi oleh pemohon

instansi yang mengelola keuangan/pendapatan daerah

Mengelola retribusi yang dibayar oleh pemohon.

6. Penerbitan ijin perubahan pemanfaatan lahan

Instansi yang berwenang dalam penetapan kebijakan tata ruang pada tingkatan detail/rinci

Mengeluarkan ijin perubahan pemanfaatan lahan yang baru. Namun ijin perubahan pemanfaatan lahan belum akan keluar sebelum tarif perubahan disepakati dan dibayar oleh pemohon.

7. Penerbitan Ijin Mendirikan Bangunan

Instansi yang berwenang dalam penetapan ketentuan teknis bangunan dan penggunaan bangunan

Mengeluarkan Ijin Mendirikan Bangunan yang baru,

Tabel 3.2

Contoh Prosedur Perubahan Pemanfaatan Lahan Besar

No. Masukan Instansi Kewenangan Instansi

1. Permohonan perubahan pemanfaatan lahan khususnya yang berhubungan dengan perubahan pemanfaatan lahan dan penambahan intensitas > 10% dari ketentuan yang ada dalam rencana atau perubahan teknis lainnya yang dilengkapi dengan: • Surat ijin lokasi

(kawasan besar). • Surat keterangan serba

guna dari kec/kelurahan. • Surat keterangan pemilikan lahan. • Gambar rencana bangunan. • Akte pelunasan PBB

Tim penilai: Instansi yang berwenang dalam penetapan kebijakan tata ruang pada tingkatan makro dan detail/rinci (Bappeda dan Dinas Tata Kota)

Pemeriksaan kelengkapan

persyaratan pengajuan permohonan. Pengecekan perubahan terhadap RTRW dan rencana yang lebih detail/rinci yang telah ditetapkan untuk melihat jenis perubahan yang terdiri atas:

• Rezoning. • Spot Zoning.

• Penambahan intensitas > 10% dari ketentuan teknis yang adal dalam rencana

2. • Pengecekkan terhadap visi, misi untuk

perubahan rezoning. • Penilaian teknis

planologis dan sosial ekonomi untuk perubahan rezoning, spot zoning dan penambahan intensitas > 10 %

Tim penilai: Instansi yang terkait dengan perubahan besar (lembaga pengambil keputusan, termasuk lembaga pembuat

rekomendasi) cq. Bappeda

Melakukan pemeriksaan dan memberikan penilaian terhadap suatu permohonan yang dilandasi oleh pengetahuan dan bidang pekerjaan yang dimiliki.

3. Pelaksanaan dengar pendapat bersama masyarakat yang terkena pengaruh dan DPRD

Tim penilai: Instansi yang terkait dengan perubahan besar (lembaga pengambil keputusan, termasuk lembaga pembuat

rekomendasi) cq. Bappeda

Melaksanakan dengar pendapat yang dimaksudkan untuk

memperoleh aspirasi dan masukan yang akan membantu dalam pengambilan keputusan. 4. Perumusan Rekomendasi Tim penilai: Instansi yang

terkait dengan perubahan besar (lembaga pengambil keputusan, termasuk lembaga pembuat

rekomendasi) cq. Bappeda

Merumuskan rekomendasi mengenai suatu permohonan yang meliputi:

• Ditolak.

• Diterima bersyarat seperti penambahan sarana dan prasarana.

• Diterima tanpa syarat.

• Sebelum pengambilan keputusan ini, tim penilai dapat mengajukkan suatu syarat tertentu seperti AMDAL. ANDAL, Kelayakan sosial ekonomi dsb sebagai syarat untuk penilaian selanjutnya.

• Rekomendasi ini harus bersifat mengikat pengambil keputusan baik rekomendasi tunggal maupun dengan beberapa alternatif. 5. Pengambilan Keputusan Kepala Daerah

(Walikota/Bupati)

Memutuskan permohonan

perubahan sesuai rekomendasi yang telah diberikan oleh Tim Penilai Inti . Bila rekomendasinya tunggal harus diputuskan sesuai rekomendasi. Bila terdiri atas beberapa alternatif, pengambil keputusan dapat

No. Masukan Instansi Kewenangan Instansi menentukan keputusan yang berasal dari salah satu alternatif

rekomendasi dan tidak boleh menyimpang.

6. Penentuan tarif retribusi yang harus dibayar pemohon

Tim penilai: Instansi yang terkait dengan perubahan besar (lembaga pengambil keputusan, termasuk lembaga pembuat

rekomendasi) cq. Bappeda

Menentukan besarnya tarif yang harus dibayar oleh pemohon. Melimpahkan berkas tagihan retribusi yang harus dibayar pemohon kepada instansi yang mengelola keuangan/pendapatan daerah (Dispenda).

7. Pemohon yang keberatan dengan besarnya tarif mengajukan evaluasi tarif

Tim penilai: Instansi yang terkait dengan perubahan besar (lembaga pengambil keputusan, termasuk lembaga pembuat

rekomendasi) cq. Bappeda

Mengevaluasi besarnya tarif retribusi yang harus dibayar pemohon.

8. Pembayaran retribusi oleh pemohon

instansi yang mengelola keuangan/pendapatan daerah (Dispenda)

Mengelola retribusi yang dibayar oleh pemohon.

9. Pengesahan Ijin Perubahan Pemanfaatan LAhan

Kepala Daerah (walikota/bupati) 10. Penerbitan ijin perubahan

pemanfaatan lahan

Instansi yang berwenang dalam penetapan kebijakan tata ruang pada tingkatan detail/rinci (Dinas Tata Kota)

Mengelurakan ijin perubahan pemanfaatan lahan yang baru.

11. Penerbitan Ijin Mendirikan Bangunan

Instansi yang berwenang dalam penetapan ketentuan teknis bangunan dan penggunaan bangunan (Dinas Bangunan)

Mengeluarkan Ijin Mendirikan Bangunan yang baru,

Gambar 3.3

3.4 Prosedur Pengenaan/Penerapan Insentif dan Disinsentif

Dalam dokumen Panduan Peraturan Zonasi (Halaman 66-74)