• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Transmigrasi Di Indonesia Berdasarkan Undang-undang Nomor 29 Tahun 2009 Nomor 29 Tahun 2009

PROSEDUR TRANSMIGRASI DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2009

B. Prosedur Transmigrasi Di Indonesia Berdasarkan Undang-undang Nomor 29 Tahun 2009 Nomor 29 Tahun 2009

Kesejahteraan rakyat merupakan suatu hal yang menjadi prioritas dalam tujuan pemerintah membentuk kebijakan transmigrasi. Transmigrasi ini notabenenya merupakan sebuah kebijakan yang sangat efektif untuk mengatasi permasalahan kemiskinan, kepadatan penduduk, dan juga melalui kebijakan transmigrasi ini tentunya akan dapat memajukan perekonomian daerah.

Kebijakan transmigrasi yang merupakan urusan pemerintah pusat, yang diserahkan kepada pemerintah daerah, berdasarkan otonomi daerah. Pelaksanaannya tidak hanya melibatkan pemerintah daerah, akan tetapi juga akan melibatkan pemerintah pusat dan pemerintah daerah tujuan transmigran.

Daerah-daerah yang dapat menjadi tujuan transmigrasi adalah daerah yang merupakan kawasan subur dan kaya sumber daya manusia yang memadai. Dalam kondisi inilah, program kebijakan transmigrasi ini menjadi solusi yang sangat strategis.64

Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Mwnyatakan, sebelum menentukan sebuah daerah menjadi kawasan transmigrasi, pihaknya terlebih dahulu melaksanakan seleksi ketat dan analisa

mendalam terkait aspek potensi daerah, aspek sosial, budaya dan aspek ekonomi.65

Transmigrasi ini juga dapat dijadikan fasilitas untuk transfer ilmu dan keahlian dari satu daerah ke daerah lainnya. Dengan demikian, potensi daerah sebelumnya tidak dikelola akan dapat dikembangkan, tanpa mengurangi khasanah kelayakan lokal yang sudah ada.66

Melalui kebijakan ini, pada tahun 2015, menurut Mendes PDTT, terdapat beberapa daerah yang dijadikan contoh dari keberhasilan transmigrasi ini. Misalnya Provinsi Kalimantan Utara yang kini menjadi provinsi maju berkat adanya kebijakan transmigrasi ini. Selain itu, Provinsi Lampung dan Merauke juga mendapatkan buah manis dari kebijakan transmigrasi ini. Provinsi ni akan dicanangkan menjadi daerah lumbung padi (Integrated Rice Estate).67

Provinsi yang dijadikan tujuan transmigrasi di Indonesia antara lain :68 1. Bangka Belitung 2. Sumatera Selatan 3. Bengkulu 4. Kalimantan Barat 5. Kalimantan Utara 6. Sulawesi Selatan 7. Sulawesi Tengah 8. Sulawesi Tenggara 65 Ibid 66Ibid 67Ibid 68Ibid

80

9. Sulawesi Utara 10. Maluku

Terkait daerah tujuan transmigrasi ini, lokasi tujuan transmigrasi diusulkan oleh pemerintah daerah tujuan transmigrasi kepada pemerintah pusat. Mengenai daerah tujuan transmigrasi ini, Pemerintah Daerah yang memegang kekuasaan otonom daerah tujuan transmigrasi ini berkewajiban untuk menyediakan lahan pemukiman serta menyediakan lahan untuk para transmigran. Setelah mendapatkan usulan dari pemerintah daerah, pemerintah pusat akan memeriksa sejauh mana kelayakan dari aspek ekonomi, sosial dan budaya. Dan juga akan memeriksa sejauh mana potensi suatu daerah tersebut untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan daerah yang menjadi tujuan transmigrasi ini harus memiliki kriteria yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.

Penyediaan lahan pemukiman dan penyediaan lahan untuk transmigran yang merupakan kewajiban dari pemerintah daerah pada wilayah tujuan transmigrasi ini, ternyata merupakan proses yang berdasarkan pada Pasal 23 Undang-undang Nomor 15 Tahun 1999 jo Undang-undang Nomor 29 Tahun 2009 Tentang Ketransmigrasian, yang menyatakan “Pemerintah menyediakan tanah bagi penyelenggaraan transmigrasi”. Sedangkan tahapan pemeriksaan yang dilakukan oleh pemerintah pusat ini juga merupakan salah satu implementasi dari Pasal 18 Undang-undang Nomor 15 Tahun 1997 jo Undang-undang Nomor 29 Tahun 2009 Tentang Ketransmigrasian, yang menyatakan “pemerintah menetapkan Wilayah Pengembangan Transmigrasi dan Lokasi Permukiman Transmigrasi”

Secara teknis, apabila lokasi transmigrasi telah ditetapkan dan tidak ada masalah, maka akan disusun Petunjuk Operasional Kerja (POK) sebagai panduan untuk Pemerintah Daerah dalam melaksanakan lelang kontraktor pembangunan pemukiman, pencarian anggaran, dan operasional kerja lainnya.

Setelah tahap ini tuntas, kontraktor akan melaksanakan pekerjaan pembangunan perumahan pemukiman transmigran dilokasi yang sudah ditunjuk di wilayah tujuan transmigrasi. Sedangkan secara bersamaan, pemerintah melaksanakan penggalangan calon transmigran, melaksanakan pelatihan, pemberian pembekalan dan kegiatan empowering lain untuk mendukung suksesnya transmigrasi.

Sebelum penempatan transmigrasi tersebut, pemerintah pusat dan pemerintah daerah akan memberikan fasilitas untuk melaksanakan musyawarah lokal dengan transmigran.69

1. Lampung

Hal ini ditujukan agar tidak terjadinya kesalah pahaman antara transmigran dan masyarakat lokal dan juga menghindari adanya bentrokan yang kemungkinan akan terjadi.

Mendes PDTT juga menyatakan, daerah yang pada tahun 2015-2016 yang banyak mengirim transmigran adalah :

2. Jawa Barat 3. Jawa Tengah

4. Daerah Istimewa Yogyakarta 5. Jawa Timur

82

6. Bali

7. Nusa Tenggara Barat.

Dalam prinsip equality before the law, setiap manusia memiliki persamaan hak dalam mata hukum. Artinya, setiap manusia memiliki hak yang sama mendapatkan kesempatan, dalam menerima hasil dari kebijakan dan juga memiliki hak yang sama untuk mendapatkan perlakuan dari pemerintah. Prinsip inilah yang juga digunakan dalam pelaksanaan kebijakan transmigrasi.

Pada dasarnya, transmigrasi merupakan sebuah program yang dilaksanakan dengan asas sukarela, berdasarkan Pasal 2 huruf b Undang-undang Nomor 15 Tahun 1997 jo Undang-undang Nomor 29 Tahun 2009 Tentang Ketransmigrasian. Berdasarkan asas ini, dapat disimpulkan bahwa program atau kebijakan transmigrasi ini, tidak merupakan pemaksaan yang dilakukan oleh pemerintah daerah ataupun pemerintah pusat. Artinya, untuk melaksanakan kebijakan transmigrasi tersebut, masyarakatlah yang memiliki peranan aktif dalam melaksanakan kebijakan transmigrasi ini. Pemerintah daerah maupun pemerintah pusat sebenarnya hanya merupakan fasilitator dalam kebijakan ini.

Berdasarkan prinsip equality before the law, setiap masyarakat memiliki hak yang sama menjadi transmigran. Pasal 10 ayat (1) Undang-undang Nomor 15 Tahun 1997 jo Undang-undang Nomor 29 Tahun 2009 Tentang Ketransmigrasian menyatakan, setiap warga negara Indonesia dapat ikut serta sebagai transmigran. Keikutsertaan tersebut berdasarkan Pasal 10 ayat (2) Undang-undang Nomor 15 Tahun 1997 jo Undang-undang Nomor 29 Tahun 2009 Tentang Ketransmigrasian ini juga menyebutkan keikutsertaan tersebut haruslah berdasarkan asas sukarela.

Untuk menjadi transmigran, terdapat 9 persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon transmigran, yaitu :

1. Warga Negara Indonesia

2. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

3. Telah berekeluarga yang dibuktikan dengan surat nikah, KTP dan Kartu Keluarga

4. Berusia Produktif yaitu berusia 18 s/d 50 Tahun 5. Belum Pernah bertransmigrasi

6. Berbadan sehat jasmani dan rohani

7. Memiliki keahlian atau ketrampilan sesuai kebutuhan daerah penempatan

8. Memperoleh rekomendasi atau legalitas dari kepala desa, camat dan kepolisian setempat

9. Menandatangani surat pernyataan kesanggupan melaksanakan kewajiban sebagai transmigran dan mentaati peraturan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Sedangkan prosedur pendaftaran untuk menjadi transmigrasi adalah : 1. Transmigran harus membawa surat pengantar dari dusun atau desa 2. Mengisi blangko formulir pendaftaran dan data sosial ekonomi untuk

dilegalisir pejabat yang berwenang

3. Menyerahkan 5 lembar foto copy KTP suami dan istri, kartu keluarga, akte nikah, ijazah terakhir

84

5. Khusus untuk janda atau duda harus ada anak yang sudah dewasa dan menyerahkan fotokopi surat kematian maupun perceraian

6. Menyerahkan berkas tersebut ke seksi transmgrasi di dinas ketenagakerjaan dan sosial kabupaten atau kota.

Berdasarkan prosedur transmigrasi tersebut, dapat dilihat bahwa kebijakan transmigrasi ini tidak ditujukan kepada individu, akan tetapi kepada satu keluarga. Hal ini juga di atur dalam Pasal 10 ayat (3) Undang-undang Nomor 29 Tahun 2009 jo Undang-undang Nomor 15 Tahun 1997 Tentang Ketransmigrasian. Akan tetapi, Undang-undang Nomor 15 tahun 1997 jo Undang-undang Nomor 29 Tahun 2009 Tentang Ketransmigrasian memberikan terkecualian terhadap hal tersebut. Hal ini didasarkan pada Pasal 10 ayat (4) Undang-undang Nomor 15 tahun 1997 jo Undang-undang Nomor 29 Tahun 2009 Tentang Ketransmigrasian.

Jika dilihat prosedur yang ada untuk melaksanakan program transmigrasi ini, terdapat kerumitan terhadap prosedur tersebut. Mengingat, ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat yang berada di desa tidak begitu memadai. Sehingga, program transmigrasi ini tidak banyak masyarakat yang mengerti dan paham dengan kebijakan transmigrasi ini. Hal ini tentu saja harus menjadi perhatian khusus dari pemerintah untuk melaksanakan program transmigrasi ini.

Seharusnya, perangkat-perangkat daerah ataupun perangkat desa yang memahami kondisi objektif masyarakat di daerah tersebut, harus memberikan perhatian yang lebih kepada masyarakat tersebut.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN