BAB V PEMBAHASAN
5.2 Proses
Pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif di Puskesmas Teladan telah memilki Plan off Action (POA) tahunan di awal tahun. Proses pelaksanaanya dimulai dari identifikasi masalah-masalah kesehatan yang ada di wilayah kerja puskesmas lintas program dan lintas sektoral, kemudian ditentukan prioritas masalah melalui skoring dari tingkat kegawatan. Setelah menemukan prioritas masalah, dibuat POA kegiatan promosi kesehatan. Di dalam POA ditentukan kegiatan promotif dan preventif yang akan dilakukan, sasaran, waktu serta frekuensi pelaksanaan serta sumber dana. Namun untuk POA disetiap program yang dijalankan belum ada. Beberapa penanggung jawab program mengaku hanya menjalankan POA yang telah ada dari kepala Puskesmas atau dari Dinas Kesehatan Kota, bahkan ada informan yang dalam melaksanan kegiatan promotif preventif hanya berdasarkan arahan kepala Puskesmas dan sesuai yang dipelajarinya.
Setiap kegiatan yang telah direncanakan di POA diupayakan terlaksana secara baik dan tepat waktu oleh Puskesmas Teladan, namun sering terjadi pergeseran waktu pelaksanaannya. Hal ini terjadi karena adanya tumpang tindih jadwal dengan kegiatan lainnya. Namun sebagian informan mengaku tidak semua yang ada di POA terlaksana. Hal ini menunjukkan pengorganisasian dalam mengelola sumberdaya dan waktu belum cukup baik.
Pelayanan promotif dan preventif dalam Upaya kesehatan masyarakat (UKM) memang dari dulu sebelum JKN telah dilakukan di Puskesmas Teladan, tapi setelah adanya JKN kegiatan yang dilakukan mengalami peningkatan, seperti
adanya program pengelolaan penyakit kronis (Prolanis) dan adanya poli Konsultasi yang disediakan di Puskesmas.
Dilihat dari pelaksanaannya, pelayanan promotif dan preventif di Puskesmas Teladan ada kegiatandi dalam gedung dan kegiatan di luar gedung.Kegiatan di dalam gedung yaitu adanya klinik konsultasi, program pengelolaan penyakit kronis (prolanis) bagi lansia peserta JKN, pelayanan KIA/KB , imunisasi dan penimbangan bayi, pelayanan Antenatal Care serta pembinaan PMO TB paru. Sedangkan kegiatan di luar gedung seperti penyuluhan kesehatan baik di posyandu maupun di tempat-tempat umum seperti sekolah, kantor kelurahan, kunjungan rumah ibu hamil resiko tinggi, kunjungan rumah bayi resiko tinggi, kunjungan rumah serta pemberian PMT balita gizi buruk/kurang, kunjungan rumah pendampingan ODHA, kunjungan rumah dan pemberian PMT perkesmas, kunjungan rumah TB mangkir, pemantauan Tempat-tempat umum/ Tempat Pengolahan Makanan, pemantauan dan tatanan PHBS serta Pemberantasan Sarang nyamuk (PSN).
Di wilayah kerja Puskesmas Teladan terdapat 39 Posyandu. Pelaksanaan Posyandu diadakan sebulan sekali dengan 5 orang kader dan 2 orang petugas kesehatan di setiap Posyandu. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di Posyandu yaitu penimbangan bayi/balita, imunisasi, penyuluhan kesehatan. Pemantauan pelaksanaan posyandu juga dilakukan setiap bulan oleh Dokter Puskesmas.
Tenaga kesehatan Puskesmas terjun langsung ke masyarakat sebulan sekali melakukan penyuluhan kesehatan di sekolah-sekolah serta kantor kelurahan secara bergiliran. Petugas yang turun adalah penanggungjawab program sesuai
topik yang hendak disosialisasikan dan bekerjasama dengan petugas promosi kesehatan serta dokter. Beberapa topik yang biasa dilakukan penyuluhan seperti kesehatan reproduksi, TB paru, HIV/AIDS, Sosialisasi PTM (DM, hipertensi), sosialisasi kesehatan jiwa dan napza.
Kegiatan promotif dan preventif di dalam gedung yaitu Prolanis diadakan setiap hari kamis di Gedung Puskesmas Teladan. Prolanis merupakan Program pengelolaan penyakit Kronis bagi masyarakat yang terdaftar sebagai peserta JKN di wilayah kerja puskesmas. Jumlah peserta Prolanis Puskesmas Teladan ada 50 orang. Adapun kegiatan yang dilakukan seperti penyuluhan kesehatan, senam, pemeriksaan tekanan darah, pengecekan kadar gula darah, kolesterol dan asam urat. Program prolanis merupakan program promotif preventif yang dibiayai oleh BPJS kesehatan melalui dana non kapitasi. Syarat-syarat dalam pengklaiman dana non kapitasi diantaranya melampirkan absensi kehadiran peserta prolanis serta semua kwitansi menyangkut operasional kegiatan yang dilakukan. Klaim dilakukan perbulan dengan batas maksimum Rp 500.000,- . Keberadaan prolanis di Puskesmas Teladan nampaknya memberikan kontribusi positif bagi penemuan- penemuan baru kasus penyakit tidak menular seperti Diabetes Melitus dan Hipertensi. Namun ada kendala yang menjadi penghambat berjalannya program ini, yaitu stok regensia untuk pengecekan gula darah, kolesterol, dan asam urat sering kosong. Hal ini mengakibatkan pengecekan yang dilakukan terpaksa secara bergiliran, misalnya perminggu hanya pengecekan gula darah saja atau pengecekan kolesterol saja.
Program KIA/KB, Khusus imunisasi dan penimbangan bayi dan balita di dalam gedung puskesmas dilakukan setiap hari rabu. Menurut pengamatan peneliti selama berada di Puskesmas Teladan, masyarakat yang datang untuk imunisasi dan menimbang bayi/balita cukup banyak. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi dan pengetahuan masyarakat tentang imunisasi dan pencegahan penyakit dengan imunisasi cukup baik. Menurut salahsatu informan, banyaknya masyarakat yang datang dikarenakan letak Puskesmas Teladan yang strategis dan akses menuju puskesmas yang mudah karena berada di tengah-tengah kota dan bisa dicapai dengan kendaraan roda dua maupun roda empat serta banyak dilalui oleh kendaraan umum seperti angkutan kota. Dengan kondisi ini, bukan hanya masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Teladan yang berkunjung, melainkan dari wilayah-wilayah lain seperti amplas, simpang limun, dan pasar merah. Pelayanan ANC bagi ibu hamil juga sudah cukup baik.
Program gizi pada tahun 2014 terdapat 1 kasus gizi buruk, selanjutnya Tahun 2015 dan 2016 tidak ada kasus. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kesehatan balita di wilayah kerja Puskesmas. Untuk balita gizi kurang dilakukan kunjungan rumah setiap bulan serta pemberian PMT selama 3 bulan.
Beberapa kendala yang dihadapi Puskesmas Teladan dalam melaksanakan pelayanan promotif preventif ada kendala dari internal dan eksternal. Kendala internal salahsatunya pengorganisasian waktu dan sumberdaya manusia yang masih kurang sehingga kegiatan yang dilaksanakan terkadang mengalami pergeseran waktu.
Prosedur pencairan dana BOK sejak tahun 2016 ini semakin rumit. Pencairannya sudah melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) yang harus melalui APBD, padahal dulunya hanya melalui Dinas Kesehatan Kota. Selain itu aliran dana DAK mengharuskan adanya laporan pertanggungjawaban kegiatan untuk mencairkan dana. Kalau tahun 2015 lalu setelah adanya POA, dana sudah bisa dicairkan. Hal ini menjadi kendala bagi Puskesmas Teladan dalam menjalankan program promotif dan preventif karena harus mendahulukan dana. Karena dana BOK untuk bulan Februari, Maret dan April belum dicairkanhingga Juni, membuat kegiatan pelatihan kader yang seharusnya dilaksanakan bulan Mei lalu terpaksa diundurkan oleh pihak Puskesmas. Alasannya sudah terlalu banyak dana pribadi yang didahulukan sehingga tidak memungkinkan mendahulukan dana untuk melaksanakan pelatihan kader karena dana yang dbutuhkan tidak sedikit.
Kurangnya koordinasi antara Puskesmas dan Dinas kesehatan Kota, membuat program yang dijalankan terkesan tumpang tindih, contohnya untuk program kesehatan lingkungan dalam melakukan beberapa pemeriksaan ke lapangan, terkadang sudah terlebih dahulu diperiksa oleh Dinas kesehatan. Hal semacam ini seharusnya menjadi perhatian khusus bagi Dinas Kesehatan Kota dan Puskesmas. Diperlukan koordinasi antara dinas kesehatan kota dengan puskesmas, karena puskesmasmerupakan UPTD dari Dinas Kesehatan Kota. Adanya tumpang tindih program ini menyebabkan sumberdaya yang digunakan tidak efisien, untuk wilayah dan program yang sama terdapat anggaran ganda dari dinkes dan dari puskesmas. Selain itu juga tidak efisien waktu, petugas seharusnya bisa menjalankan program yang lain di waktu yang sama.
Kendala eksternal berasal dari sektoral yaitu masyarakat, kegiatan yang dilaksanakan di luar gedung susah mengumpulkan masyarakat. Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Teladan sebagian besar merupakan penduduk non pribumi. Mayoritas berekonomi menengah ke atas, mereka cenderung kurang mau untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang dilaksanakan Puskesmas. Alasannya mereka sibuk bekerja jadi tidak memiliki waktu untuk berpartisipasi. Selain itu rata-rata mereka sudah memiliki dokter pribadi dan berobatnya ke luar negeri. Kendala lainnya Kepala Lingkungan yang seharusnya bisa mengarahkan masyarakat juga tidak bertempat tinggal di wilayah itu. Dengan kondisi ini sulit menjalin kemitraan dengan kepala lingkungannya agar masyarakatnya bisa diarahkan. Sama halnya kendala dalam pencegahan dan pengendalian penyakit menular bidang TB, terkadang masyarakat tidak datang tepat waktu untuk pengambilan obat dan ketika dikumpulkan PMO nya tidak datang. Namun beberapa informan menyatakan bahwa tidak ada kendala apapun dalam melaksanakan pelayanan promotif dan preventif.
Setiap kegiatan promotif preventif yang telah dilakukan di evaluasi oleh kepala puskesmas dalam minilokakarya rutin bulanan Puskesmas. Evaluasi yang dilakukan melihat hasil berdasarkan indikator output dan impact lintas program. Kemudian Evaluasi oleh Dinas Kesehatan dilakukan setiap 3 bulan sekali (triwulan). Selain itu juga ada evaluasi tahunan. Berdasarkan hal ini fungsi pengawasan sudah berjalan cukup baik dari tingkat kepala Puskesmas hingga Kepala Dinas Kesehatan Kota.