• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : PENYAJIAN DATA

B. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Family

63

rumah, maka peneliti melihat permasalahan pada anak terakhir ini adalah mengenai tingkahlakunya. Yang mana anak tersebut selalu menggunakan bahasa yang kasar ketika diajak berbicara orang yang lebih tua.

Pada saat peneliti mengamati kegiatan anak tersebut didalam rumah, peneliti juga melihat hal yang sama ketika orang tua sedang mengajak anaknya tersebut berbicara. Si anak menjawab pertanyaan orang tuanya dengan bahasa yang kasar.

B. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Family Therapy untuk Membangun Trust Dalam Keluarga di Lingkungan Gunung Anyar Kelurahan Gunung Gedangan Kecamatan Magersari Kota Mojokerto.

Bermula dari kebingungan penulis mengenai judul skripsi apa yang akan diteliti oleh penulis, kemudian ada seorang anak yang bercerita mengenai keluarganya yang selalu bertengkar. Dia merasa keluarga yang kini bersamanya itu semakin hari semakin tidak bisa saling percaya. Ada saja masalah dan pertengkaran yang hadir, hingga anak tersebut memberanikan diri untuk bercerita kepada penulis. Lalu di waktu yang lain pula, peneliti mendapati hal yang sama dari nenek si anak tersebut yang sedang curhat

64

tentang kehidupan keluarganya di tengah-tengah perbincangan santai dengan peneliti.

Dalam proses Bimbingan Konseling Islam ini konselor berusaha lebih mendekatkan diri lagi dengan keluarga konseli dan berusaha sebisa mungkin menciptakan hubungan yang lebih akrab. Hal tersebut bertujuan agar pada saat proses konseling berlangsung konseli bisa merasa nyaman dengan keberadaan konselor.

Adapun pendekatan yang dilakukan konselor dalam proses pelaksaan Bimbingan dan Konseling diantaranya yakni:

a. Konselor memberikan pesan singkat melalui sms kepada

konseli (anak).

b. Konselor berkunjung ke rumah konseli serta menjelaskan kepada keluarga konseli bahwasanya konselor akan membantu keluarga (konseli) mengatasi permasalahan yang dihadapi.

c. Konselor berkunjung ke rumah saudara konseli terdekat untuk observasi kepada konseli ketika sedang berada diluar rumah.

Tahapan konselor selanjutnya setelah melakukan pendekatan adalah mulai melakukan proses Bimbingan Konseling Islam dengan beberapa langkah konseling sebagai berikut:

65

Langakah Identifikasi Masalah dimaksudkan untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi oleh konseli serta gejala-gejala yang tampak secara langsung maupun tidak tampak yang memerlukan pengkuran lebih dalam lagi untuk mengetahuinya.

Dari hasil observasi serta wawancara kepada saudara, tetangga serta teman-teman terdekat konseli, bahwasanya keluarga tersebut memang sangat rentan dengan permasalahan, mereka seringkali bertengkar hingga terdengar sangat keras dari rumah para tetangga. Suara teriakan sudah menjadi hal yang biasa ketika sedang bertengkar.

Hal demikian itu dikarenakan keluarga tersebut selalu saling menuduh dan mencurigai satu sama lain. Kehidupan keluarga mereka jalani tanpa adanya rasa percaya dan dukungan diantara anggota keluarga. Mereka hanya akan berkomunikasi satu sama lainnya ketika ada perlunya saja. Namun hal yang menjadi poin utama permasalahan ini adalah ketiadaannya rasa percaya (trust) yang ditanamkan di dalam keluarga.

Semua bermula ketika nenek dalam keluarga tersebut kehilangan uang dan berteriak marah-marah kepada keluarganya. Nenek mencurigai keluarganya sendiri sebagai orang yang mengambilnya, karena yang paling sering berada

66

didalam rumah adalah anggota keluarganya sendiri. Dari situlah kemuadian secara tidak sadar para orang tua ini telah memberikan contoh yang kurang baik kepada anak-anak mereka. Sehingga anak-anak mereka tidak mau mendengarkan jika dinasehati karena merasa orang tua mereka juga tidak bisa percaya kepada anak dan hanya bisa marah-marah saja.

Menurut penuturan para tetangga, nenek tersebut memang seringkali kehilangan uangnya. Setiap itu terjadi maka keluarga tersebut akan bertengkar dan kembali saling tuding. “nek tukaran niku mbak sampek totok griyo kulo suarane. Mesti bengok-bengok sak karepe dewe. Sampek tonggo-tonggo nikilo semerap masalahe eggeh gara-gara suarane banter niku”. (kalau bertengkar itu mbak suaranya sampai terdengar dari rumah saya. Selalu berterik-teriak semaunya sendiri. Sampai tetangga-tetangga mengetahui masalahnya itu dikarenakan suaranya yang keras tadi).7

“sing tak ngerteni keluarga ne niku ra tau akur kok mbak ancene”. (dari yang saya tahu keluarga tersebut memang tidak pernah rukun mbak).8

2. Diagnosis

7 Wawancara ke-1 dengan tetangga konseli, pada tanggal 5 Mei 2016 pukul 15:00 WIB.

67

Langkah ini dilakukan untuk menetapkan masalah yang dihadapi konseli beserta latar belakangnya. Dari hasil identifikasi tersebut, permasalahan yang dialami konseli adalah sebagai berikut:

a. Nenek sering mengumbar permasalahannya kepada orang

lain. Tanpa ditanya beliau akan langsung bercerita sendiri seperti apa permasalahan yang dialami keluarganya. Seperti mengatakan hal demikian kepada orang lain.

“ealah yo... duwit di eman-eman yo ilang. Ancene sopo maneh nek gak santi (Ibu) seng njopok. Bolak-balek yo arek iku ae.” (ya ampun... uang dihemat-hemat ya hilang. Kalau bukan santi yang mengambil ya siapa lagi. Berkali-kali ya selalu dia).

Ucapan yang demikian inilah yang membuat orang lain menjadi tahu dengan sendirinya permasalahan yang ada pada keluarga tersebut yang terkadang membuat tetangga berfikiran negatif. “tiang kate sa’aken kaleh mbahe niku enggeh paleh mboten sios lo mbak. Lah nopo wong keluargane mawon senengane di umbar nek ngarepe wong niku.” (orang lain mau kasihan sama nenek itu ya tidak jadi mbak. Ya karena nenek tersebut suka membicarakan keluarganya sendiri di depan orang lain).

68

b. Ibu adalah orang pertama yang selalu dicurigai dan dituduh oleh nenek tiap kali si nenek kehilangan uang atau barang yang lain dengan berkata “ancen koen iku maleng, gak tau ngaku nek njopok opo-opo”. (kamu itu memang pencuri, tidak maumengaku kalau mengambil apa-apa). Dari ucapan tersebut akhirnya membuat Ibu sering marah-marah jika ada yang memancing emosinya.

c. Dari sikap nenek yang suka menuduh, ibu yang suka marah-marah dan tidak menghiraukan anak-anaknya. Berikut penuturan salah satu saudara konseli, “anak’e niku di umbar mbak, nek ngomong kaleh tiang sepah niku mboten saget boso alus. Mungkin kaleh wong tuo’e enggeh niku wau, mboten diajari toto kromo seng apik niku yoknopo”.9 (anak-anaknya itu tidak dihiraukan mbak, kalau bicara sama orang yang lebih tua itu tidak bisa dengan bahasa yang halus. Mungkin sama orang tuanya ya itu tadi, tidak diajarkan bagaimana tata krama yang baik itu seperti apa).

3. Prognosis

Setelah masalah konseli sudah ditetapkan, langkah berikutnya adalah pemilihan strategi/teknik konseling. Konselor menetapkan jenis bantuan yang diberikan untuk

69

menyelesaikan permasalahan konseli, yakni dengan memberikan konseling dengan menggunaan teknik family therapy dengan pendekatan human validation process model (model proses validasi manusia).

4. Terapi (Treatment)

Setelah konselor menetapkan terapi apa yang sesuai dengan permasalahan yang dialami konseli, maka langkah selanjutnya adalah merealisasikan langkah-langkah yang sudah ditetapkan dalam langkah prognosis diatas yang tentunya berdasarkan masalah dan latar belakang yang menjadi penyebabnya.

Hal tersebut sangat penting dalam proses konseling dikarenakan pada langkah ini yang akan menentukan seberapa jauh keberhasilan konselor di dalam membantu mengatasi masalah yang dihadapi konseli.

Teknik terapi yang akan dilakukan oleh konselor dalam pelaksanaan peoses konseling adalah teknik family therapy

yang bertujuan dapat mempermudah komunikasi yang efektif dalam kontak hubungan antar anggota keluarga. Oleh karena itu, anggota keluarga perlu membuka inner experience (pengalaman dalamnya) dengan tidak “membekukan” interaksi antar anggota keluarga.

70

Konselor menggunakan pendekatan human validation yang ada dalam teknik family therapy, dan proses validasi manusia ini menekankan pada peningkatan dan validasi harga diri, keselarasan terhadap pola komunikasi, dan kronologis kehidupan keluarga yang sebenarnya. Hal ini menekankan faktor seperti membuat kontak, kejujuran emosional, emosi yang jelas, menciptakan kemungkinan-kemungkinan yang baru, drama, humor, dan sentuhan pribadi dalam proses terapi, yakni dengan menciptakan proses kelompok dimana pola keluarga dan pengalaman bisa disimulasikan, dan konselor menjadi fasilitator dan pengarah dalam proses konselingnya.

Berikut ini adalah proses bimbingan dan konseling islam dengan teknik family therapy dengan pendekatan

human validation dan menggunakan pripsip gestalt (disini-dan sekarang) yang diberikan kepada konseli untuk penyelesaian masalahnya:

a. Pertama-tama konselor meminta kesediaaan konseli

(keluarga) untuk meluangkan waktunya dan mau mengikuti proses terapi tanpa paksaan dari siapapun.10

Konselor : Mbah, saya minta kesediaannya

mbah buat hadir untuk mengikuti

71

diskusi kelompok ya mbah, katanya

mbah mau menyelesaikan

permasalahan bersama-sama kan? Konseli (nenek) : Oh harus ngumpul bareng ya. Ya

sudah kalau begitu saya mau hadir.

Konselor : Bagaimana dengan Bapak dan Ibu,

njenengan mau hadir? Biar nanti permasalahan yang Bapak dan Ibu hadapi biar bisa terselesaikan bersama-sama.

Konseli (ibu) : Iya saya mau mbak.

Konseli (Ayah) : Kalau yang lain hadir ya saya juga mau.

Konselor : Kalau adek Ani dan Heri ? Kalian

bersedia hadir dan ikut diskusi bersama apa tidak?

Konseli (Ani) : Iya mau mbak.

Konseli (Heri) : Iya mau

Konselor : kalau semuanya sudah setuju dan

mau hadir bersama, maka diskusi kelompok untuk proses konseling akan dilaksanakan.

72

Tujuan konselor melakukan ini karena diharapkan didalam proses konseling nanti bisa berjalan dengan lancar dan tidak ada beban dalam menerima proses terapi. b. kemudian pada proses konseling tersebut, konselor membentuk keluarga tersebut dalam 1 kelompok diskusi. Yang mana permasalahan yang tengah dihadapi keluarga (konseli) akan disimulasikan dalam kelompok diskusi tersebut.

Konselor : Assalamualaukum.. bagaimana

kabarnya semua?.

Konseli 1 (Nenek) : Alhamdulillah mbak kita semua baik,

Koselor : Alhamdulillah, sekarang kita

berkumpul bersama disini sesuai dengan kesepakatan yang kita setujui untuk berdiskusi menyelesaikan permasalahan secara bersama-sama. Sekarang silahkan duduk yang nyaman dan saling berhadap-hadapan. Saya akan mendampingi saat proses diskusi berlangsung. Kalian bisa saling mengungkapkan serta mengeluarkan keinginan,

73

unek, dan tujuan kalian masing-masing. Silahkan ...

Konseli 1 (Nenek) : Saya ingin berbicara terlebih

dahulu, saya sangat sering

kehilangan barang-barang

kepunyaan saya, entah itu uang atau barang yang lainnya. Saya ingin tanya sama kamu (bu santi), apa memang kamu yang mengambilnya? Saya Cuma ingin kamu jujur itu saja sudah cukup.

Konseli 3 (Ibu) : Saya itu gak pernah ambil uangnya

sampean bu, buat apa saya mengambil, saya sudah bisa cari uang sendiri, saya ini juga bekerja. Dan saya itu gak suka kalau ibu selalu curiga sama saya.

Konseli 2 (Ayah) : Walaupun Ibu Sri ini mertua saya, tapi kalau tiap kehilangan sesuatu sampean selalu menuduh yang belum tentu benar kan memang salah, bukan seperti itu caranya bu.

74

Konseli 1 (Nenek) : Terus siapa lagi kalau bukan kalian, yang berada di rumah ya kalian ini, yang sering kluar masuk ya kalian.

Konselor : Mohon maaf ya Bu, biarkan Bapak

Soni ini berbicara dan

mengungkapkan unek-uneknya

sampai selesai jangan dipotong dulu. Ini juga berlaku buat semuanya supaya proses diskusinya berjalan lancar. Kalau kalian ingin marah kalian harus mencoba menahan emosi dengan tenang dan baca istigfar biar tidak mudah terbawa amarah.

Konseli 4 (anak 1) : Kalau tidak mau Nenek marah-marah sam Ayah dan ibu, kalian seharusnya juga harus berhenti, kalian sering bertengkar di depan ku sama adek. Aku kan malu pak dilihat tetangga-tetangga.

Konseli 2 (Ayah) : Kamu itu jangan membantah kalau sama orang tua. Kalau dinasehati juga gak mau denger gitu kok.

75

Konseli 4 (anak 1) : Kalau Ayah, Ibu, sama nenek gak bertengkar terus ya mungkin aku akan nurut, kalau kalian saya masih sama-sama curiga dan gak berubah, gimana saya mau berubah, kalian sama saja gak ada yang mau ngalah, ak pengen keluarga kita itu damai gitu lo, yang tenang.

Konseli 1 (Nenek) : Mungkin kalau Ibu dan Ayah mu bisa jujur mengakui salahnya, nenek juga gak akan nuduh mereka. Nenek juga mau hidup yang tenang di rumah.

Konseli 2 (Ayah) : Kalau saja Istri saya mau jujur pasti saya juga tidak akah marah-marah dan menuduhnya. Soalnya saya denger dia itu selingkuh bu. Sampean sebagai ibu dari istri saya masak gak ngerti kalau anaknya dibicarakan seperti itu sama orang. Konseli 5 (Anak 2) : Ibu lo gak pernah menghiraukan

76

Konseli 3 (Ibu) : Sekarang saya mau jujur, saya itu gak pernah selingkuh seperti yang di omongin orang. Saya Cuma dekat biasa saja sebagai teman satu kerjaan. Gimana saya bisa bicara kalau belum-belum sudah dicurigai dan dimarah-marahi, saya juga kesal kalau Ibu Sri terus-terusan menuduh saya yang tidak-tidak. Saya tidak menghiraukan anak-anak saya juga karna saya dirumah itu sudah tidak bisa tenang dengan keadaan kalian semua yang seperti itu. Saya mintak maaf sama Ibu dan Ayah, selama ini saya tidak bisa terbuka dan jujur sama kalian karna kalian juga selalu menuduh saya terus.

Konseli 1 (Nenek) : Jadi selama ini kamu gak pernah terbuka karena hal itu. Mungkin saya menerima alasan itu dan maafin kamu, tapi bagaimana dengan uang saya yang sering hilang. Saya belum bisa menerimanya

77

Konseli 4 (Anak 1) : Kalau masalah uang yang hilang itu, mungkin mbah yang lupa, mbah kan juga usianya sudah tua, mungkin saya sampean yang luna naruhnya. Kalaupun mbah mencurigai kan harus ada buktinya juga. Tidak bisa hanya menyalahkan saja.

Konseli 1 (Nenek) : iya mungkin saya yang salah dan lupa meletakkannya, saya mintak maaf kalau selama ini sudah menuduh-nuduh kalian. Semu itu karna kalian selalu acuh yang tidak peduli, makanya saya curiga sama kalian. Kalau sudah mau bicara seperti ini saya jadi tahu kalau seharusnya saya tidak mencurigai kalian.

Konselor : Sekarang kalian semua sudah tahu

dan sama-sama mengerti kan apa yang di inginkan serta diharapkan pada diri kalian masing-masing untuk keluarga. Karna sekarang

78

berhadapan, coba kalian saling memandang satu sama lain. Kalian coba perhatikan dan lihat wajahnya. Konseli 3 (Ibu) : Hahahaha.... jadi pengen ketawa

mbak kan malu.

Konseli 4 (Anak 1) : Malu mbak bikin ketawa.

Konseli 1 (Nenek) : Ada-ada saja kok mbak rutik ini. Konseli 5 (Anak 2) : Wajahnya Nenek loh lucu . hahaha

Konselor : Nah sekarang bagaimana rasanya

bila ada yang mau memperhatikan kita dan melihat kita? Selain merasakan suasana yang tenang dengan tertawa, kita juga bisa lebih dekat kan? Karena itu kalian juga harus lehih sering berkumpul

bersama walaupun sekedar

mengobrol, kalian juga harus terbuka dan jujur, kalau ada permasalahan diselesaikan bersama-sama. Harus saling percaya dan tidak saling menuduh atau mencurigai lagi. Karna kalian sekarang sudah mengungkapkan unek-unek dan

79

permasalahn kalian, kalian juga sudah bisa saling terbuka dan memaafkan satu sama lain, sekarang kalian coba bersalaman dan berpelukan meminta maaf. Supaya hati kalian bisa tenang.

Tujuan dari simulasi ini adalah agar permasalahan yang tengah dihadapi keluarga ini dapat terlihat dengan transparan/nyata dan tanpa ada yang ditutup-tutupi ataupun dibuat-buat. Oleh karena itu simulasi ini dilakukan sesuai dengan pengalaman yang terjadi pada keluarga tersebut.

c. Konselor tetap mengamati serta memberikan

pengarahannya pada proses diskusi yang berlangsung, dan kelompok diskusi tersebut perlahan mulai menikmati diskusi dengan menceritkan pengalamannya masing-masing, kemudian mengungkapkan keinginanya untuk keluarga seperti apa? “Seperti memberikan kepercayaan pada masing-masing anggota keluarga”, kemudian seharusnya diperlakukan bagaimana. Namun yang paling penting adalah terbuka dan jujur dalam mengeluarkan isi hati yang ingin disampaikan untuk anggota keluarga yang dikehendaki.

80

Tujuannya disini adalah agar diskusi yang berlangsung ini tidak keluar dari tema yang akan dibicarakan. Pada akhirnya anggota keluarga akan bisa terbuka satu sama lainnya serta mau saling mendengarkan keluh kesah yang tegan dihadapi dan dirasakan didalam keluarga.

d. Dalam proses diskusi, konselor akan mengingatkan bila ada anggota keluarga yang memotong pembicaraan atau marah ketika anggota keluarga yang lainnya sedang dalam proses pengungkapan permasalahan atau keinginannya. Seperti membaca istigfar dalam hati ketika ingin marah

Hal ini bertujuan agar membentuk sesuatu yang baru di dalam keluarga dengan meredam/mengontrol emosi atau keinginan untuk marah dan berkata kasar. Dengan demikian diharapkan dalam keluarga tersebut bisa menghargai orang lain yang sedang berbicara.

e. Dalam proses diskusi konselor juga memberikan suasana

humor dan sentuhan pribadi pada masing-masing anggota keluarga. Dengan menyuruh anggota diskusi saling

memandang dan berhadap-hadapan. “nah sekarang

81

kita dan melihat kita? Selain merasakan suasana yang tenang dengan tertawa, kita juga bisa lebih dekat kan?”

Tujuannya disini adalah agar dalam proses diskusi tidak mengalami kejenuhan dan ketegangan karena membicarakan hal-hal yang bersifat serius. Juga agar melatih anggota keluarga agar bisa terbiasa dengan suasana yang harmonis dan jauh lebih dekat dengan keluarga.

f. Dari diskusi yang tengah berjalan lancar dan tiap anggota keluarga sudah mampu terbuka dan menerima ungkapan atau isi hati dari masing-masing anggota keluarga, maka proses diskusi sudah bisa di akhiri dengan saling memaafkan kesalahan satu sama lainnya, dengan saling bersalaman atau memeluk

Tujuannya agar tiap anggota bisa semakin menyayangi dan memaafkan kesalahan-kesalahan demi tujuan yang ingin dicapai dan masa depan keluarga yang lebih harmonis dan bahagia.

Dari beberapa proses konseling yang sudah dilaksanakan, maka konselor akan kembali mengingatkan konseli untuk selalu menjaga hubungan baik yang sudah dibangun dengan saling menghargai, menghormati, mengayomi, serta saling mendukung dan memberikan

82

kepercayaan kepada keluarga. Agar tidak terulang kembali hal-hal yang akan membuat keluarga menjadi retak dan kehilangan kepercayaan dalam membina suatu hubungan baik.

Konselor juga memberikan nasehat kepada konseli mengenai cara bertutur kata dan bersikap, agar sebagai orang muslim yang baik bisa memberikan contoh yang baik kepada anak-anak dalam berperilaku yang baik serta tidak bermusuh-musuhan dalam kehidupan, terlebih lagi dalam keluarga. Seperti yang tertulis dalam Al-Qur’an, QS. An-Nahl: 90 berikut:11



































“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.

Setelah konselor memberikan pendekatan human validasition (berupa proses diskusi kelompok melalui

83

simulasi) yang ada dalam teknik family therapi tersebut. Maka langkah selanjutnya yakni konselor memberikan kontrak perubahan selama 2 minggu yang tentunya sudah disepakati bersama.

5. Evaluasi dan Follow-Up

Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh dalam proses konseling.

Selanjutnya diadakan tindak lanjut berdasarkan

perkembangannya.

Dalam menindak lanjuti permasalahan tersebut konselor melalukan observasi, home visit, dan wawancara dalam melakukan peninjauan lebih lanjut mengenai perkembngan yang dialami oleh konseli sesudah dilakukannya proses konseling.

Dari segi perilaku dan tata krama konseli sudah mulai sopan dan menjaga sikapnya baik di dalam keluarga maupun di lingkungan masyarakat, khususnya perubahan pada anak yang semakin baik. Seperti penuturan saudara terdekat konseli, menurutnya perubahan si anak terlihat jelas saat berbicara dengan orang lain di sebuah toko. Penjual toko bertanya apakah dia sudah makan apa belum. Kemudian si anak menjawab dengan bahasa jawa halus “dereng” (belum).

84

Konselor tetap memantau keluarga (konseli) meskipun tahapan konseling sudah usai, seperti sekedar berkunjung untuk mengetahui kabar ataupun sekedar bertanya apakah konseli masih mngingat nasihat/perkataan dari konselor. 2. Hasil Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Family

Therapy untuk Membangun Trust Dalam Keluarga di Lingkungan Gunung Anyar Kelurahan Gunung Gedangan Kecamatan Magersari Kota Mojokerto.

Dalam proses Bimbingan Konseling Islam yang telah dilakukan kepada konseli melalui teknik family therapy dengan menggunakan pendekatan human validation process model yang kemudian digunakan pula kontrak perubahan untuk memantau perkembangan konseli. Maka dapat dikategorikan bahwa penelitian yang dilakukan konselor telah berhasil meskipun perubahan pada konseli belum bisa 100%. Dari hasil wawancara serta observasi dari konseli, dan juga dari beberapa informan baik itu saudara, tetangga, maupun teman dekat konseli telah mengatakan bahwasanya mereka sudah melihat beberapa perubahan yang tampak dari keluarga yang bersangkutan (konseli) tersebut.

Perubahan tersebut mulai tampak dan terlihat dari hasil kontrak perubahan yang telah diterapkan yang tentunya juga perubahan itu tidak terlepas dari keinginan dan kemauan keluarga

85

sendiri untuk berubah menjadi lebih baik. Untuk mengetahui perubahan yang lebih jelas dari hasil akhir proses bimbingan konseling islam, maka dibawah ini tercantum tabel mengenai perubahan pada konseli:

Tabel 3.1

Kontrak Perubahan: Nenek

No. Perilaku S S R K J S M S S R K J S M

1 Berbicara sopan dengan bahasa yang halus dengan keluarga/orang

Dokumen terkait