• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Bimbingan Konseling Islam Dengan Pendekatan Conjoint Dalam Membangun Self-Esteem Anatara Menantu Dan Mertua

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

C. Penyajian Data

1. Proses Bimbingan Konseling Islam Dengan Pendekatan Conjoint Dalam Membangun Self-Esteem Anatara Menantu Dan Mertua

Di dalam proses bimbingan konseling, ada beberapa langkah dalam pelaksanaannya. Langkah proses ini di dapatkan oleh peneliti dengan wawancara kepada beberapa informan, seperti kepada

konselor, konseli, ibu kandung YN dan tetangga YN. Adapun langkahnya adalah sebagai berikut :

a. Identifikasi kasus

Langkah pertama yang dilakukan oleh konselor untuk mengenal lebih jauh tentang kedua konseli dengan melakukan

home visit untuk mengumpulkan data kepada berbagai sumber

data, yang meliputi wawancara kepada kedua konseli mengenai identitas, kepada ibu Nur (ibu kandung menantu), dan kepada ibu Maisaroh (tetangga) mengenai data kedua konseli dan kehidupan sehari-harinya.

Proses konseling pertama kali dilakukan oleh konselor dengan program home visit ke rumah konseli. Home visit ini dimaksudkan agar proses konseling dapat berjalan dengan baik dengan mengetahui keadaan lingkungan konseli, sekaligus konselor juga memanfaatkan waktu tersebut untuk mendapatkan informasi-informasi kepada orang-orang terdekat, tetangga konseli, ataupun sumber informasi penunjang lainnya.

Dalam program home visit ini, konselor terlebih memperkenalkan identitas diri konselor dan konselor menjelaskan bahwa ia adalah relawan dari P2T-P2A yang akan membantu konseli (menantu dan mertua) dalam menyelesaikan masalahnya.

Konselor mengakrabkkan diri dengan berbincang-bincang mengenai hal-hal yang ringan, seperti menanyakan kabarnya, menanyakan berapa lama menikahnya, dan sebagainya. Pada awalnya, konselor sudah bisa menilai kalau konseli (menantu) adalah seorang yang baik hati dan memiliki sikap yang agak tertutup. Hal ini terlihat ketika ia menjawab pertanyaan yang diajukan oleh konselor, dan ia menjawabnya dengan singkat-singkat.

Selang beberapa waktu kemudian hubungan antara konselor dengan konseli sudah mulai akrab. Konseli sudah bisa diajak berbicara mengenai hal-hal yang agak berat seperti perihal pernikahannya. Tetapi konseli masih menunjukkan sikapnya yang agak tertutup itu dengan menjawab pertanyaan konselor dengan hati-hati, karena ia takut masalah-masalah yang agak pribadi diketahui oleh orang lain.42

Berikut ini kutipan wawancara konselor dengan konseli (menantu) : 43

Konselor : emm…kenapa tangannya kog melepuh gitu?

Menantu : oooh ini, gak pa-pa kog mbak, cuma ketumpahan air panas, gak sengaja.

Konselor : lho kog bisa sampai tertumpah? Gimana ceritanya?

42 Hasil wawancara peneliti kepada konselor pada tanggal 10 Juni 2009 43 Hasil wawancara peneliti dengan konselor pada tanggal 10 Juni 2009

Menantu : ya, namanya juga musibah mbak, bisa terjadi kepada siapa saja. Pas ibu mertua saya sedang membawa air panas gak sengaja tertumpah kena tangan saya.

Konselor : ooo…gitu. Terus apa kegiatan sampean sehari-harinya? Menantu : kegiatan sehari-hari saya ya seperti ibu rumah tangga

lainlah mbak, ya nyapu, masak, mbersihkan rumah, mencuci semua pakaian yang kotor, wes pokoknya banyaklah mbak.

Konselor : maksudnya mencuci semua pakaian yang kotor itu apa? Menantu : nyuci semua baju orang-orang rumah yang kotor… Konselor : ngerjakan semua kerjaan itu ada yang bantuin ta?

Menantu : ya ndak ada mbak,wong semua orang-orang rumah pada kerja semua. Pada awalnya, dulu saya pernah disuruh suami saya untuk bantuin ibu (mertua) memasak, membersihkan rumah, terus juga pernah disuruh ibu (mertua) untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah, kan saya ndak kerja maka ibu menyuruh saya untuk ngerjakan semua itu. Pernah juga pas saya nyuci baju ibu (mertua) juga menyuruh saya untuk sekalian nyuciin baju kotor yang lain. Dari hasil wawancara konselor dengan konseli (menantu), maka konselor juga mengidentifikasi masalah dengan menggali informasi kepada tetangga konseli (ibu Maisaroh) mengenai kehidupan YN dan

yang paling baik, rajin, penurut. Dan ibu Maisaroh mengatakan kepada konselor bahwa ibu Halimah (mertua) suka menyuruh menantunya secara terus-menerus. Hal ini ibu Maisaroh ketahui sendiri dengan mengamati keseharian YN.

Selain itu, konselor juga melakukan pendekatan terhadap konseli (mertua) untuk mengidentifikasi masalah. Akan tetapi, konseli (mertua) ini memiliki sifat egois, tertutup sehingga menyulitkan konselor untuk melakukan konseling. Namun akhirnya konselor mampu mengatasi masalahnya dengan cara pendekatan yang intensif sehingga konseli (mertua) mau melakukan konseling walaupun sangat tertutup dan sangat hati-hati, karena takut diketahui oleh pihak lain.

b. Diagnosa

Pada langkah ini, konselor menetapkan masalah yang dihadapi oleh konseli beserta latar belakangnya yang berdasarkan hasil identifikasi. Hasil wawancara dengan konseli dan berbagai informan, maka didapatkan bahwa konseli (menantu) tidak bisa menghargai dirinya sendiri dan konseli (mertua) juga tidak bisa menghargai orang lain yaitu menantunya.

Hal ini terbukti dari adanya sikap mertua yang selalu menyuruh menantu untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah seperti memasak, membersihkan dan membereskan rumah,

mencuci semua baju-baju kotor, termasuk baju anggota keluarga yang lain.

c. Prognosa

Dari kasus yang telah penulis paparkan di muka, maka pada langkah ini konselor menetapkan jenis bantuan atau teratment apa yang sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh konseli.

Berdasarkan hasil diagnosa bahwa masalah yang muncul dari mertua dengan menantu adalah kedua konseli sedang menghadapi masalah yang berhubungan dengan self-esteem. Maka konselor menetapkan jenis bantuan dengan menggunakan konseling keluarga dengan pendekatan conjoint. Pendekatan conjoint merupakan pendekatan dalam menangani masalah konseli yang berhubungan dengan harga diri ‘self-esteem’.

Pendekatan conjoint ini konselor mempertemukan kedua konseli (menantu dan mertua) untuk bersama-sama mendiskusikan masalah yang sedang dihadapi. Konselor melakukan mediasi kepada kedua konseli (menantu dan mertua) untuk mengkomunikasikan masalah pribadi masing-masing.

Selain itu konselor memberikan terapi berupa nasehat. Nasehat ini diberikan kepada kedua konseli agar masing-masing memahami dirinya sendiri dan pribadi orang lain.

d. Terapi

Pada langkah ini, konselor memberikan atau melaksanakan bantuan bimbingan konseling. dalam langkah ini konselor memberikan bantuan berupa nasehat kepada masing-masing menantu dan mertua.

Sesuai dengan konsep Bimbingan Konseling Islam, yaitu seorang konselor yang memberikan bantuan kepada konseli, agar konseli menyadari akan eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan memohon petunjuk (berdoa) kepada Allah agar dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Maka dari itu konselor selalu mengingatkan konseli agar ia sadar akan eksistensinya, dan selalu menyerahkan segala urusannya kepada Allah swt .

Adapun proses konseling dengan pendekatan conjoint ini, konselor memberikan bantuan konseling dengan waktu dan tempat yang terpisah. Setelah itu konselor mempertemukan keduanya. 1) Konselor melakukan konseling dengan menantu untuk

mendiskusikan masalahnya dan menyadarkan konseli (menantu) bahwa sifatnya yang tertutup dan tidak mau menghargai dirinya sendiri merupakan sifat yang harus dihindari karena setiap manusia pasti mempunyai rasa untuk ingin dihormati dan dihargai.

Berikut ini kutipan wawancara konselor dengan menantu Pada tanggal 12 Juni 200944

Konselor : … Gimana kabarnya? Konseli : Alhamdulillah baik mbak…

Konselor : Saya datang lagi… hari ini saya mau membantu sampean nyelesaikan masalah yang sedang sampean hadapi dengan ibu Halimah, mau ‘kan??...

Konseli : Ooo…gitu ya mbak? Iya, saya mau masalah saya cepat-cepat selesai mabk…

Konselor : Oke..gini, maaf ya sebelumnya kalau saya nanti banyak kasih wejangan-wejangan sama sampean, ndak pa-pa ‘kan?

Konseli : Iya ndak pa-pa mbak, saya seneng kog biar saya tau apa yang harus saya lakukan

Konselor : Sampean itu punya sifat yang tertutup, tidak terbuka sama orang lain. Sifat yang tertutup itu merugikan diri sampean sendiri lho, karena orang lain ‘kan ndak tau apa isi hati sampean, apakah sampean senang atau tidak senang, lha wong sampean ndak pernah terbuka sama orang lain. Maka dari itu, cobalah untuk berkomunikasi dengan orang lain, terutama pada suami, keluarga-keluarga yang lain, termasuk juga sama ibu Halimah, supaya mereka tau apa yang sedang sampean rasakan. Nah itu yang pertama…

Trus yang kedua, sampean harus bisa menghargai diri sampean sendiri, yaitu dengan tidak mengerjakan semua pekerjaan rumah…. Sekarang saya mau tanya sama sampean, semua pekerjaan rumah itu sampean kerjakan sendiri dalam arti ada murni dari dalam diri sampean sendiri atau disuruh suami, ibu atau siapa ??

Konseli : Dulu mbak, pada awalnya saya disuruh suami saya untuk mbantu ibu ngerjakan pekerjaan rumah, ya

nyapu, masak, nyuci piring, merapikan rumah. Terus lama-kelaman ibu yang nyuruh saya untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah karena beliau tidak sempat mengerjakan semuanya. Jadi saya yang ngerjakan semua, mulai dari nyapu, masak, membersihkan rumah, sampai nyuci semua baju kotor. Dan sekarang sudah menjadi aktivitas saya sehari-hari. Ya capek juga sih… belum selesai kerjaannya, tapi waktu sudah hampir sore…

Konselor : Nah…dari itu semua sampean perlu

mengkomunikasikan dengan suami apa yang sampean rasakan, seperti merasa capek, ndak ada yang bantuin, trus kerjaan belum rampung, tapi hari sudah sore. Maka dari itu, sampean coba bicara dengan suami baik-baik, bagaimana solusinya. Ingat, sampean sekarang sedang hamil dan perlu istirahat yang cukup.

Konseli : Iya-iya benar juga ya mbak… nanti akan saya coba bicarakan semua ini dengan suami saya, bagaimana solusinya. Trima kasih ya mbak… sekarang saya jadi sadar akan diri saya sendiri, saya jadi tau apa yang harus saya lakukan untuk nyelesaikan semua ini.

Konselor : Iya sama-sama, tapi bener lho ya…coba bicara sama suaminya. Oke saya tunggu kabar selanjutnya. Kalo gitu saya pamit dulu ya… Assalamu’alaikum…

2) Konselor juga mendatangi mertua YN yaitu ibu Halimah untuk memberikan konseling. Pada tahap ini, konselor tidak memberikan nasehat yang terlalu banyak.

Dibawah ini kutipan proses terapi yang diberikan konselor kepada mertua pada tanggal 13 Juni 2009 45

Konselor : ...Bagaimana kabarnya ibu hari ini??

Konseli : Alhamdulillah mbak, sehat... ada apa ya mbak...?? Konselor : Saya cuma kepingin ngobro-ngobrol sama ibu

sebentar

Konseli : Ooo iya, iya boleh, ngobrol apa mbak

Konselor : Ibu... ibu mau ’kan kalau YN itu tinggal bersama ibu lagi, ngumpul bareng sama keluarga..?

Konseli : Iya mbak... sebenarnya saya menyesal atas semua kejadian yang menimpa YN. Saya juga pingin menantu saya itu kemabali ngumpul sama keluarga saya lagi.

Konselor : Enggih bu...maka dari itu, saya mau mbantu ibu supaya bisa nyelesaikan masalah yang terjadi antara ibu dengan YN. Eemm .... nyuwun sewu bu nggeh... sebenarnya saya pingin tau apa yang sebenarnya terjadi

Konseli : Anu mbak... YN itu sering tak suruh-suruh mbantu saya ngerjakan pekerjaan rumah nyapu, mbersihkan rumah, masak, nyuci-nyuci baju, ya baju kotornya semua orang di rumah. Trus pernah juga pas saya bawa air panas, kesenggol tangannya YN sampai ketumpahan kena tangannya sampai melepuh. Trus YN minta izin pulang ke rumah ibunya.

Konselor : Trus ibu izinkan YN pulang ke rumah ibunya?? Konseli : Ya endak mbak, kalau YN pulang ngomong sama

ibunya, trus saya dilaporkan polisi, gimana??? Tapi setelah saya pikir-pikir, gak mungkin YN melaporkan saya ke polisi, saya tau dia itu anak yang baik. Akhirnya saya izinkan pulang....

Konselor : Ibu...begini ya, sebelumnya saya mohon maaf sama ibu, saya ndak ada maksud untuk menasehati ibu , saya hanya membantu ibu sama YN untuk menyelesaikan masalah yang sedang terjadi dan hubungan ibu sam YN bisa kembali sebagai keluarga yang utuh, sakinah, ma waddah, wa rahmah.

Konselor : Iya mbak ndak apa-apa, biar saya tau apa yang harus saya lakukan biar mantu saya mau kembali ke sini, apalagi saya mau punya cucu darinya.

Konsleor : Ibu...setiap orang pasti punya keterbatasan waktu dan tenaga, sehingga YN itu merasa kelelahan sedangkan masih ada pekerjaan yang belum selesai dan harus dikerjakan, waktunya sudah hampir sore. Selain itu, ibu harus bisa menghargai dan menghormati YN sebagai manusia biasa yang punya keterbatasan tenaga dan waktu. Saya harap ibu mau mengerti segala kekurangan, keterbatasan tenaga dan waktu. Sebagaiman firman Allah dalam QS. An-Nisa: 86

#sŒÎ)uρ

ΛäŠÍh‹ãm

7π¨ŠÅstFÎ/

(#θ–Šyssù

z|¡ômr'Î/

!$pκ÷]ÏΒ

÷ρr&

!$yδρ–Šâ‘

3

¨βÎ)

©!$#

tβ%x.

4’n?tã

Èe≅ä.

>óx«

$·7ŠÅ¡ym

∩∇∉∪

Artinya:

Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa. Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.46

Dari ayat tersebut, konselor menjelaskan bahwa seseorang akan dihormati dan dihargai oleh orang lain apabila orang tersebut bisa menghormati dan menghargai orang lain

46 Departemen Agama RI, Al-Qur`an dan Terjemahnya, (Semarang : PT Tanjung Mas Inti, 1992), h. 133

dan dirinya sendiri, maka orang lain juga nantinya akan menghormatinya juga.

Konseli : Oooo…gitu ya mbak…, iya trima kasih mbak saya sudah diingatkan dan saya jadi tau kalau setiap orang punya kekurangna, kterbatasan tenag dan waktu. Saya jadi berpikir bagaimana solusinya biar YN mau kembali ke sini

Konselor : Iya bu…coba ibu pikirkan bagaimana solusinya, ibu perlu juga bermuasyawarah dengan anggota keluarga, terutama sama suami YN gimana enaknya tanpa mengurangi rasa hormat ibu sebagai (orang tua)mertua. Gitu bu ya… saya harap ibu berhasil dan adanya perubahan yang cukup berarti bagi ibu, YN, dan keluarga. Kalau gitu saya mohon pamit dulu. Nanti saya tunggu kabarnya. Trima kasih atas segala perhatian ibu. Assalamu’alaikum…

Di dalam ajaran islam telah banyak menjelaskan tentang kasih sayang, sikap saling menghormati dan menghargai sesama muslim, apalagi memberikan kasih sayang, saling menghormati dan menghargai saudaranya, itu sama halnya dengan mencintai, menghargai dan menghormati dirinya sendiri.

Selain itu Allah swt juga menjanjikan syurga kepada orang-orang muslim yang memegang kekuasaan dengan berlaku adil, orang yang memberikan kasih sayang, hati yang lembut kepada keluarganya sendiri maupun sesama muslimnya, dan orang muslim yang bisa menjaga dirinya atau menghargai

3) Setelah konselor memberikan konseling pada masing-masing konseli, maka langkah selanjutnya adalah konselor mempertemukan kedua konseli yaitu YN (menantu) dan ibu Halimah (mertua) untuk bersama-sama menyelesaikan masalah di antaranya yang berhubungan dengan self-esteem, dengan mengkomunikasikan masalah dan pribadi masing-masing agar mereka saling memahami.

Di dalam tahap ini, konselor juga mendiskusikan bersama dengan kedua konseli. Pada tahap ini, konselor menjelaskan lagi kepada kedua konseli bahwa di dalam sebuah kehidupan, baik kehidupan dalam lingkup rumah tangga maupun dalam lingkungan sosial kemasyarakatan harus adanya sikap saling menghormati dan menghargai segala perbedaan yang ada.

Jadi, pada tahap ini konselor membangun self esteem kepada kedua konseli. Membangun self-esteem dilakukan oleh konselor dengan mencoba kedua konseli untuk saling membicarakan kepribadian masing-masing agar terbangun adanya sikap saling menghormati dan saling menghargai

e. Evaluasi dan Follow-Up

Dari beberapa langkah dalam pelaksanaan proses bimbingan konseling islam dengan pendekatan conjoint dalam membangun self-esteem, maka konselor melakukan tahap evaluasi. Evaluasi ini ditujukan untuk mengetahui sejauh manakah hasil dari proses terapi yang telah dilaksanakan. Untuk itu, konselor menanyakan kepada Ibu Nur (ibu kandung YN) dan Ibu Maisaroh (tetangga konseli) apakah ada perubahan pada diri konseli (YN) dan juga pada diri ibu Halimah (mertua).

Ibu Nur mengatakan bahwa Ibu Halimah (mertua) sudah tidak menyuruh anaknya untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah seorang diri, akan tetapi Ibu Halimah sudah memanggil pembantu rumah tangga untuk melakukan pekerjaan membersihkan rumah dan mencuci baju.

Selain itu, Ibu Maisaroh mengatakan hal yang serupa, bahwa Ibu Halimah sekarang sudah tidak menyuruh YN secara terus-menerus, karena sudah ada pembantu rumah tangga.

2. Hasil Dari Proses Bimbingan Konseling Islam Dengan Pendekatan

Dokumen terkait