III. METODE PENELITIAN
3.4.2. Proses Kerja di Laboratorium
Identifikasi ikan layur dilakukan di laboratorium Fisiologi Hewan Air. Identifikasi ikan mengacu kepada Nakamura dan Parin (1993). Bagian utama dari tubuh ikan yang diamati dalam pengidentifikasian antara lain adalah bentuk tubuh, panjang total tubuh, diameter mata, posisi mulut dan bentuk rahang, bentuk kepala dengan memperhatikan sagital crest-nya, bentuk mata, letak nostril (hidung), bentuk insang, posisi gigi, sirip dorsal, sirip caudal, sirip pektoral, slit (duri-duri kecil) pada sirip anal pertama, sirip ventral/pelvic fin, jumlah jari-jari sirip dorsal dan anal, kelengkapan garis linea lateralis, finlet dan warna tubuh serta warna sirip-sirip ikan layur setiap spesies.
3.4.2.2. Pengukuran Panjang-Berat dan Pengamatan TKG
Ikan contoh yang telah diawetkan diukur panjang total dan berat totalnya. Pengukuran panjang total ikan menggunakan penggaris dengan tingkat ketelitian 0,1 cm. Selanjutnya dilakukan pula penimbangan berat individu ikan dengan menggunakan neraca ohauss dengan ketelitian 0,01 gr. Selanjutnya ikan contoh
dibedah untuk mengetahui organ reproduksinya. Penentuan jenis kelamin dilakukan dengan pengamatan gonad ikan contoh melalui struktur dan karakteristik gonad untuk membedakan ikan jantan dan ikan betina. Penentuan TKG gonad ikan mengacu kepada metode klasifikasi tingkat kematangan gonad ikan belanak (Mugil dussumieri) modifikasi dari Cassie dalam Effendi (1997) adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Tingkat Kematangan Gonad (TKG) Ikan Belanak (Mugil dussumieri) menurut Cassie (1956) dalam Effendie (1997).
TKG Betina Jantan
I
Ovari seperti benang, panjang sampai ke depan tubuh, warna jernih dan permukaan licin
Testes seperti benang, lebih pendek, ujungnya dirongga tubuh, warna jernih
II
Ukuran lebih besar, pewarnaan gelap kekuningan, telur belum terlihat jelas
Ukuran testes lebih besar, pewarnaan putih susu, bentuk lebih jelas dari TKG I
III
Ovari berwarna kuning, secara morfologi telur sudah kelihatan butirnya dengan mata
Permukaan testes nampak bergerigi, warna makin putih, dalam keadaan diawetkan mudah putus
IV
Ovari makin besar, telur berwarna kuning, mudah dipisahkan, butir minyak tak nampak, mengisi ½ - 2/3 rongga tubuh, usus terdesak bagian rongga tubuh
Seperti TKG III tampak lebih jelas testes makin pejal, dan rongga tubuh mulai penuh, warna putih susu
V
Ovari berkerut, dinding tebal, butir telur sisa terdapat didekat pelepasan
Testes bagian belakang kempis dan bagian dekat pelepasan masih terisi.
3.4.2.3. Penentuan Fekunditas
Prosedur penentuan fekunditas dilakukan dengan metode gabungan yang terdiri dari tiga tahap. Tahapan pertama dengan mengangkat telur TKG III dan TKG IV dari dalam perut ikan lalu diawetkan dengan formalin 4%. Tahap kedua diambil tiga bagian dari gonad tersebut yaitu bagian posterior, median dan anterior sebagai gonad contoh. Tahap ketiga gonad contoh ditimbang kemudian berat gonad contoh diletakkkan dalam cawan petri lalu diencerkan dengan air
sebanyak 10 cc. Selanjutnya diambil 1 cc dari gonad yang telah diencerkan tersebut dan dihitung jumlah butir telur yang terdapat dalam 1 cc.
3.4.2.4. Penentuan Diameter Telur
Diameter telur diamati dengan cara mengambil gonad ikan contoh TKG III dan IV, kemudian gonad tersebut dibagi menjadi tiga bagian yaitu posterior, median, anterior. Masing-masing bagian gonad contoh tersebut diambil butir telurnya sebanyak 30, 40 dan 30. Setelah itu diamati dengan menggunakan mikroskop binokuler yang dilengkapi dengan mikrometer okuler dengan metode sensus.
3.5. Analisis Data
Analisa data dilakukan dengan membandingkan hubungan panjang-berat, rasio kelamin, tingkat kematangan gonad, faktor kondisi, indeks kematangan gonad dan fekunditas diantara ke tiga spesies ikan layur (T. lepturus, L. savala
dan G. serpens).
3.5.1. Hubungan Panjang-Berat
Analisis panjang dan berat bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan di alam. Untuk mencari hubungan antara panjang total ikan dengan beratnya digunakan persamaan eksponensial sebagai berikut (Effendie, 1997) :
W = a Lb ……….(1)
Keterangan :
W = berat total ikan (g) L = panjang total ikan (mm) a dan b = konstanta hasil regresi
Nilai – nilai konstanta a, b diperoleh dengan membuat linier persamaan (1) di atas:
Y = a + bx Log a =
2 2 2 LogL LogL Nx LogLxLogW LogLx LogL LogWx b =
LogL NxLoga LogW Keterangan : N = Jumlah ikan W = Berat ikan L = Panjang ikan a dan b = KonstantaHubungan panjang dan berat dapat dilihat dari nilai konstanta b, yaitu bila b = 3, hubungan yang terbentuk adalah isometrik (pertambahan panjang seimbang dengan pertambahan berat). Bila b ≠ 3 maka hubungan yang terbentuk adalah allometrik, yaitu bila b > 3 maka hubungan yang terbentuk adalah allometrik positif (pertambahan berat lebih cepat daripada pertambahan panjang). Sedangkan bila b < 3, hubungan yang terbentuk adalah allometrik negatif (pertambahan panjang lebih cepat daripada pertambahan berat).
Nilai b yang dianalisa dengan memperbandingkan nilai b untuk ke tiga spesies layur (T. lepturus, L. savala dan G. serpens) yaitu memperbandingkan nilai b dari masing-masing spesies ikan layur dilihat dari jenis kelamin jantan dan betina.
3.5.2. Faktor Kondisi
Faktor kondisi (K) dihitung berdasarkan pada panjang dan berat ikan contoh. Perhitungan faktor kondisi dilakukan dengan memperbandingkan faktor kondisi ketiga spesies ikan layur (T. lepturus, L. savala dan G. serpens).
Apabila pertumbuhan ikan isometrik (b=3), maka faktor kondisi menggunakan rumus (Effendie, 1997) :
K = W L3 5 10 Keterangan : K = Faktor kondisi
W = Berat rata-rata ikan dalam satu kelas (gram) L = Panjang rata-rata ikan dalam satu kelas (mm)
Ikan yang mempunyai pertumbuhan bersifat allometrik apabila b ≠3, maka persamaan yang digunakan adalah :
K = b
aL W
Keterangan :
K = Faktor kondisi
W = Berat rata-rata ikan dalam satu kelas (gram) L = Panjang rata-rata ikan dalam satu kelas (mm) a dan b = Konstanta dari regresi
3.5.3. Rasio Kelamin
Rasio kelamin dihitung dengan cara membandingkan jumlah ikan jantan dan ikan betina.
Rasio Kelamin =
B J
Keterangan : J = Jumlah ikan jantan (ekor) B = Jumlah ikan betina (ekor)
Penentuan seimbang atau tidaknya rasio kelamin jantan dan betina dilakukan dengan uji Chi-Square (Steel dan Torie, 1980).
Ho : J = B Ho : J ≠ B Dengan rumus perhitungan :
X2 hitung =
i i i i e e o 2Keterangan : X2 hitung = Chi-Square hitung oi = frekuensi ke-i
ei = frekuensi harapan ke-i
Nilai X2 tabel diperoleh dari tabel nilai kritik sebaran khi-kuadrat. Untuk penarikan keputusan dengan membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel pada selang kepercayaan 95%. Jika nilai X2 hitung > X2 tabel maka keputusannya adalah menolak hipotesa nol, dan jika X2 hitung < X2 tabel maka keputusannya adalah menerima hipotesa nol (Walpole, 1993).
Rasio kelamin yang didapatkan untuk masing-masing spesies kemudian dilakukan perbandingan rasio kelamin antara spesies T. lepturus, L. savala dan G. serpens.
3.5.4. Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
Tingkat kematangan gonad ditentukan dengan menggunakan standar tingkat kematangan gonad secara morfologi dari ikan belanak (Mugil dussumieri) modifikasi dari Cassie dalam Effendie (1979) dan secara histologi. Perhitungan tingkat kematangan gonad (TKG) dilakukan untuk masing-masing spesies layur kemudian dilakukan uji perbandingan TKG diantara ketiga spesies layur tersebut. Metode yang digunakan untuk menduga ukuran rata-rata ikan layur pertama kali matang gonad yaitu metode Spearman-Karber (Udupa 1986 dalam Solihatin, 2007) :
m = xk + [x / 2] – ( x ∑ pi)
Keterangan : m = log panjang ikan pada kematangan gonad pertama
xk = log nilai tengah kelas panjang yang terakhir ikan telah matang gonad
x = log pertambahan panjang pada nilai tengah
pi = proporsi ikan matang gonad pada kelas panjang ke-i dengan jumlah ikan pada selang panjang ke-i
ni = jumlah ikan pada kelas panjang ke-i qi = 1 – pi
antilog m = m ± 1.96
√
x 2 * ∑(
(pi * qi) / (ni -1)
)
3.5.5. Indeks Kematangan Gonad (IKG)Indeks Kematangan gonad (IKG) dengan menggunakan rumus (Effendie, 1997) : IKG = x Bt Bg 100% Keterangan :
IKG = Indeks kematangan gonad Bg = Berat gonad (gram)
Bt = Berat total (gram)
Indeks kematangan gonad yang dihasilkan dari masing-masing spesies layur (T. lepturus, L. savala dan G. serpens) dilakukan uji perbandingan.
3.5.6 Fekunditas
Fekunditas dihitung dengan menggunakan metode gabungan. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Effendie, 1979) :
F =
Q GxVxX
Keterangan :
F = Fekunditas (butir) G = Berat gonad total (gram) V = Volume pengenceran (ml) X = Jumlah telur dalam 1 cc (butir) Q = Berat telur contoh (gram)
Sedangkan hubungan antara fekunditas dengan panjang total (b1), bobot tubuh (b2) masing – masing dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut (Uslichah, dan Syandri, 2003) :
F = a1 L b1 F = a2 Bt b2
F = Fekunditas (butir) L = Panjang total ikan (mm) Bt = Bobot tubuh ikan (gram) a dan b = Konstanta hasil regresi
Perhitungan fekunditas dilakukan dengan memperbandingkan fekunditas antara ketiga spesies ikan layur (T. lepturus, L. savala dan G. serpens).