• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Komunikasi Interpersonal

7. Proses Komunikasi Interpersonal

Proses komunikasi adalah langkah-langkah yang menggambarkan terjadinya kegiatan komunikasi. Memang dalam kenyataannya, kita tidak pernah berpikir terlalu detail mengenai proses komunikasi. Hal ini disebabkan, kegiatan komunikasi sudah terjadi secara rutin dalam hidup sehari-hari, sehingga kita tidak lagi merasa perlu menyusun langkah-langkah tertentu secara sengaja ketika akan berkomunikasi. Secara sederhana dapat dikemukakan suatu asumsi bahwa proses komunikasi interpersonal akan terjadi apabila ada pengirim menyapaikan informasi berupa lambang verbal maupun nonverbal kepada penerima dengan menggunakan medium suara manusia (human voice), maupun dengan medium tulisan. Berdasarkan asumsi ini maka dapat dikatakan bahwa dalam proses komunikasi interpersonal terdapat komponen-komponen komunikasi yang secara integratif saling berperan sesuai dengan karateristik komponen itu sendiri.40

Menurut Suranto Aw proses tersebut dalam penelitiannya terdiri dari enam langkah sebagai berikut:

39Suranto Aw, Op.Cit.h.7. 40Suranto Aw, Op.Cit.h.10. Langkah 1 Keinginan Berkomunikasi Langkah 3 Pengirim Pesan Langkah 4 Penerimaan Pesan Langkah 5 Decoding oleh Komunikan Langkah 6 Umpan Balik Langkah 2 Encoding oleh Komunikator

Gambar 2.2

Proses Komunikasi Interpersonal a. Keinginan berkomunikasi.

Seorang komunikator mempunyai keinginan untuk berbagi gagasan dengan orang lain.41Komunikator merupakan individu

yang menciptakan, memformulasikan dan menyampaikan pesan.Dalam proses pembelajaran, komunikatorharus memiliki kemampuan emosional yang baik, karena dalam teori penetrasi sosial komunikasi penting dalam mengembangkan dan memelihara hubungan interpersonal. Pengelolaan emosional yang baik, akan memudahkan komunikator dalam melakukan komunikasi dengan komunikan.42

b. Encoding oleh komunikator.

Encoding merupakan tindakan memformulasikan isi pikiran atau gagasan ke dalam simbol – simbol, kata – kata, dan sebagainya sehingga komunikator merasa yakin dengan pesan yang disusun dan cara penyampaiannya.43Encoding dalam penelitian ini

komunikator memformulasikan isi pikiran kedalam bahasa isyarat yang merupakan bahasa yang biasa digunakan peserta didik

41Widya P. Pontoh, Op.Cit. h.3.

42Winda Puspitasari, “Peran Komunikasi Interpersonal Guru dengan Siswa

Tunarungu dalam Memberikan Pendidikan Seksual di SLB Untung Tuah Kota Samarinda”.(Skripsi Program Bimbingan dan Konseling UNMUL, 2015), h.12.

tunarungu.Penggunaan bahasa isyarat dalam berkomunikasi disertai dengan pengucapan kata melalui mulut.Hal ini dilakukan sebagai penjelas dari bahasa isyarat itu sendiri.Interaksi simbolik mengansumsikan bahwa individu-individu melalui aksi dan interaksinya yang komunikatif dengan memanfaatkan simbol- simbol bahasa serta isyarat lainnya.44

c. Pengirim pesan.

Untuk mengirim pesan kepada orang yang dikehendaki.Komunikan memilih salurankomunikasi seperti telepon, sms, e-mail, surat, atapun secara tatap muka. Pilihan atas saluran yang digunakan tersebut bergantung pada karakteristik pesan, lokasi penerimaan, media yang tersedia kebutuhan tentang kecepatan penyampaian pesan, karakteristik komunikan.45Pengiriman pesan pada penelitian ini, komunikator

diharapkan mampu mengomunikasikan pikiran matematis secara jelas baik lisan atau tertulis, serta mengekspresikan ide/gagasannya secara tepat kepada peserta komunikan.46

d. Penerimaan pesan

44Winda Puspitasari, Op.Cit. h.8. 45Suranto Aw, Op.Cit.h.11.

46Karman Lanani, “Belajar Berkomunikasi dan Komunikasi untuk Belajar dalam

Pembelajaran Matematika”. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi

Pesan yang dikirim oleh komunikator telah diterima oleh komunikan.47 Dalam proses komunikasi interpersonal, penerima

pesan bersifat aktif, selain menerima pesan, dilakukan juga proses interpretasi dan memberikan umpan balik. Berdasarkan umpan balik dari komunikan inilah komunikator dapat mengetahui keefektifan komunikasi yang telah dilakukan, apakah makna pesan dapat dipahami secara bersama oleh kedua belah pihak yaitu komunikator dan komunikan.48

e. Decoding oleh komunikan.

Decoding merupakan kegiatan internal dalam diri penerima.Melalui indera, penerima mendapatkan macam-macam data dalam bentuk “mentah” berupa kata-kata dan simbol-simbol yang harus diubah ke dalam pengalaman-pengalaman yang mengandung makna. Dengan demikian, decodingadalah proses memahami pesan. Apabila semua berjalan lancar, komunikan tersebut menterjemahkan pesan yang diterima oleh komunikator dengan benar, memberi arti yang sama pada simbol-simbol sebagaimana yang diharapkan oleh komunikator.49

f. Umpan balik

47Suranto Aw, Op.Cit.h.11. 48Ibid.h.8.

Setelah menerima pesan dan memahaminya, komunikan memberikan respon atau umpan balik.Dengan umpan balik, seorang komunikator dapat mengevaluasi efektivitas komunikasi. Umpan balik ini biasanya juga merupakan awal dimulainya suatu siklus proses komunikasi baru, sehingga pesan komunikasi berlangsung secara berkelanjutan.

Gambar 2.2 tersebut menunjukkan bahwa proses komunikasi interpersonal berlangsung sebagai sebuah siklus. Artinya umpan balik yang diberikan oleh komunikan, menjadi bahan bagi komunikator untuk merancang pesan berikutnya. Proses komunikasi terus berlangsung secara interaktif timbal balik, sehingga komunikator dan komunikan dapat saling berbagi pesan.50

Menurut Harold Lasswell di dalam komunikasi terdapat lima unsur yang dapat menjelaskan pengertian komunikasi yakni melalui pertanyaan siapa, berkata apa, menggunakan apa, menggunakan media apa, kepada siapa dan apa efeknya. Sehingga dapat disimpulkan pengertian proses komunikasi menurut Lasswell adalah proses penyampaikan pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui

50Ibid, h.12.

media yang menimbulkan efek tertentu. Kelengkapan kelima unsur tersebut mutlak harus ada dalamsetiap prosesnya.51

Menurut Onong U. Effendy, proses komunikasi terdiri dari dua tahap, yaitu :

a. Proses komunikasi primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang atau simbol sebagai media. Komunikasi primer dapat berlansung secara individu maupun kelompok.Dalam komunikasi primer secara individu berlangsung kontak pribadi dan disebut juga komunikasi interpersonal.Komunikasi primer merupakan jenis komunikasi yang efektif untuk mengubah sikap, pendapat dan tingkah laku. b. Proses komunikasi sekunder

Komunikasi sekunder adalah proses penyampaian pesan kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Dalam komunikasi sekunder tidak terdapat kontak pribadi, karena menggunakan alat seperti telepon, teleks, faximile, surat, memorandum, dan pengumuman. Efektivitas dan efisiensi komunikasi bermedia hanya dalam menyampaikan pesan-pesan yang bersifat informatif.52

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori Suranto pada proses komunikasi interpersonal guru SLB dan peserta didik tunarungudalam pembelajaran matematika. Karena,mudah dimengerti untuk melakukan penelitian yang terdiri dari enam langkah sebagai berikut:

51Leli Nurhidayah, “Poses Komunikasi Interpersonal Produser dalam Program

Sentuhan Qolbu di TVRI Stadion D.I Yogyakarta”. (Skripsi Program Komunikasi dan Penyiaran Islam UINSUKA, 2015), h.9.

52Dwi Haryani, “Pelaksanaan Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah dengan

Guru di SMK Muhammadiyah Karangmojo”.(Skripsi Program Pendidikan Administrasi Perkantoran UNY, 2014), h.10.

a. Keinginan berkomunikasi.

Seorang komunikator mempunyai keinginan untuk berbagi gagasan dengan orang lain. Hal ini,guru SLB ingin menyampaikan informasi dan materi matematika pada peserta didik tunarungu. b. Encoding oleh komunikator.

Encoding merupakan tindakan memformulasikan isi pikiran atau gagasan ke dalam simbol – simbol, isyarat, dan sebagainya sehingga komunikator merasa yakin dengan pesan yang disusun dan cara penyampaiannya. Guru SLB menyampaikan materi matematika menggunakan simbol-simbol dan isyarat untuk menyampaikan materi matematika pada peserta didik tunarungu. c. Pengirim pesan.

Untuk mengirim pesan kepada orang yang dikehendaki, komunikasn memilih saluran komunikasi seperti telepon, sms, e- mail, surat, atapun secara tatap muka. Pilihan atas saluran yang digunakan tersebut bergantung pada karakteristik pesan, lokasi penerimaan, media yang tersedia kebutuhan tentang kecepatan penyampaian pesan, karakteristik komunikan.Hal ini, guru SLB mengirim pesan materi matematika menggunakan bahasa isyarat untuk menyesuaikan kebutuhan peserta didik tunarungu danmemudahkannya dalam menangkap materi.

Pesan yang dikirim oleh komunikator telah diterima oleh komunikan.Hal ini, pesan yang disampaikan oleh guru SLB diterima oleh peserta didik tunarungu.

e. Decoding oleh komunikan.

Decoding merupakan kegiatan internal dalam diri penerima.Melalui indera, penerima mendapatkan macam-macam data dalam bentuk “mentah” berupa kata-kata dan simbol-simbol yang harus diubah ke dalam pengalaman-pengalaman yang mengandung makna.Dengan demikian, decodingadalah proses memahami pesan. Apabila semua berjalan lancar, komunikan tersebut menterjemahkan pesan yang diterima oleh komunikator dengan benar, memberi arti yang sama pada simbol-simbol sebagaimana yang diharapkan oleh komunikator. Hal ini, peserta didik tunarungu memahami dan menangkap materi matematika dengan bahasa isyarat dan simbol yang diberikan oleh guru SLB. f. Umpan balik.

Setelah menerima pesan dan memahaminya, komunikan memberikan respon atau umpan balik.Dengan umpan balik, seorang komunikator dapat mengevaluasi efektivitas komunikasi. Umpan balik ini biasanya juga merupakan awal dimulainya suatu siklus proses komunikasi baru, sehingga pesan komunikasi berlangsung secara berkelanjutan. Hal ini, peserta didik tunarungu

memberikan respon atau umpan balik dengan cara bertanya ataumemberi tanggapan pada guru terkait materi matematika. Kemudian, guru SLB dapat mengevaluasi mengenai menyampaian materi matematika pada peserta didik tunarungu.

Dalam penelitian ini, guru SLB berperan sebagai komunikator dan peserta didik tunarungu berperan sebagai komunikan.

8. Pembelajaran Matematika pada Peserta Didik Tunarungu

Dokumen terkait