• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Land Clearing, Pengupasan Topsoil serta Pengupasan Overburden

Dalam dokumen PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah (Halaman 39-50)

KAJIAN TEORITIS

2.2. Proses Land Clearing, Pengupasan Topsoil serta Pengupasan Overburden

1. Pembersihan Lahan (Land Clearing)

Land Clearing adalah pembersihan lahan area penambangan dari

pepohonan ataupun semak belukar yang dapat mengganggu aktivitas penambangan. Pepohonan (tidak berbatang kayu keras) yang dipisahkan ini nantinya dapat dimanfaatkan sebagai humus pada saat pelaksanaan reklamasi. Gambar proses Land Clearing dapat dilihat pada gambar 2.1

2. Pengupasan Tanah Pucuk (Topsoil)

Pengupasan topsoil adalah pengupasan tanah pucuk yang bersifat humus. Biasanya top soil berada 0-0,5 m dari permukaan tanah. Tanah humus ini dilestarikan agar tidak hilang unsur haranya, gunanya untuk kegiatan reklamasi pada akhir kegiatan penambangan. Pengupasan Top

Soil ini dilakukan sampai batas lapisan subsoil, yaitu pada kedalaman

dimana telah sampai di lapisan batuan penutup (tidak mengandung unsur hara). Tanah pucuk yang telah terkupas selanjutnya ditimbun dan dikumpulkan pada lokasi tertentu yang dikenal dengan istilah Top Soil

Bank. Untuk selanjutnya tanah pucuk yang terkumpul di Top Soil Bank

pada saatnya nanti akan dipergunakan sebagai lapisan teratas pada lahan

disposal yang telah berakhir dan memasuki tahapan program reklamasi.

Sehingga daerah bekas lahan tambang dapat dipergunakan seperti sebelum kegiatan penambangan berlangsung seperti untuk kegiatan perkebunan, lapangan olahraga, hutan lindung, dan lain-lain. Gambar pengupasan top soil dapat dilihat pada gambar 2.2 di halaman 25 .

25

Gambar 2.2 Pengupasan Top Soil

3. Pengertian Kegiatan Pengupasan Lapisan Penutup

Pengupasan Overburden adalah pengupasan tanah penutup yang bersifat tidak humus yang menutupi perlapisan batubara. Overburden adalah tanah penutup awal sebelum ditemukannya seam batubara awal.

Interburden adalah tanah penutup diantara dua buah seam. Gambar

kegiatan pengupasn lapisan tanah penutup (overburden) dapat dilihat pada gambar 2.3 di halaman 26.

Gambar 2.3 Pengupasan Overburden

Pengertian kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup yaitu pemindahan suatu lapisan tanah atau batuan yang berada di atas cadangan bahan galian, agar bahan galian tersebut menjadi tersingkap. Untuk mewujudkan kondisi kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup yang baik diperlukan alat yang mendukung dan sitematika pengupasan yang baik. Dalam pengupasan overburden di PT. Cipta Kridatama menggunakan metoda konvensional. Yaitu menggunakan kombinasi alat-alat pemindahan tanah mekanis (alat-alat gali, alat-alat muat, alat-alat angkut) seperti kombinasi antara Bulldozer, Wheel Loader, dan Dump Truck. Bila material tanah penutup lunak bisa langsung menggunakan alat gali muat, sedangkan apabila materialnya keras mungkin digemburkan terlebih dahulu menggunakan Ripper, baru kemudian dimuat dengan alat muat ke alat angkut, dan selanjutnya diangkut ke tempat pembuangan atau

27

disposal area menggunakan alat angkut. Lokasi salah satu disposal area

PT. Cipta Kridatama dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Disposal Area 2.3. Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan

Kriteria dan klasifikasi sumberdaya dan cadangan dapat dijelaskan dengan pengadopsian data klasifikasi dari United Nation Economic and

Social Council (1997). Adapun pembagian sumberdaya (Resource) dan

cadangan (reserve) berdasarkan klasifikasi sebagai berikut : a). Sumberdaya Batubara Hipotetik (hypothetical coal resource)

Jumlah batubara didaerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan yang ditaksir berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang di tetapkan untuk tahap penyelidikan survey tinjau.

b). Sumberdaya Tereka (inferred coal resource)

Jumlah batubara didaerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan yang ditaksir berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang di tetapkan untuk tahap penyelidikan penyelidikan prospeksi. c). Sumberdaya Tertunjuk (indicated coal resource)

Jumlah batubara didaerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan yang ditaksir berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang di tetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan.

d). Sumberdaya Terukur (measured coal resource)

Jumlah batubara didaerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan yang ditaksir berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang di tetapkan untuk tahap eksplorasi rinci.

e). Sumberdaya Terkira (probable coal resource)

Sumberdaya batubara tertunjuk dan sebagian sumberdaya terukur, tetapi berdasarkan kajian kelayakan semua faktor terkait yang telah terpenuhi sehingga hasil kajian dinyatakan layak.

f). Cadangan terbukti (proved coal reserve)

Sumberdaya batubara terukur yang berdasarkan kajian kelayakan semua faktor terkait yang telah terpenuhi sehingga hasil kajian dinyatakan layak.

Alur dari kriteria sumberdaya hingga dapat dikatakan dan berpotensi menjadi cadangan dapat dilihat pada gambar Modifying Factor pada gambar 2.5 pada halaman 29.

29

Sumber : JORC Code, 2004

Gambar 2.5. Modifying Factor

Klasifikasi sumberdaya batubara merupakan upaya pengelompokan sumberdaya batubara sesuai keyakinan geologi dan kelayakan ekonomi. Persyaratan jarak titik informasi untuk setiap kondisi geologi dan kelas sumberdaya diperlihatkan pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Jarak Titik Informasi Berdasarkan Kondisi Geologi

Tahap eksplorasi batubara berdasarkan klasifikasi sumberdaya dan cadangan dikutip dari Standar Nasional Indonesia (1999), dilaksanakan melalui empat tahap yaitu:

1) Survei Tinjau

Merupakan tahap eksplorasi paling awal dengan tujuan mengidentifikasi daerah daerah yang secara geologis terdapat endapan batubara yang potensial untuk penyelidikan lebih lanjut serta mengumpulkan informasi tentang kondisi geografi, tataguna lahan, serta kesampaian daerah. Kegiatan penyelidikan antara lain studi geologi regional, penaksiran, penginderaan jauh, dan metode tak langsung lainnya serta inspeksi lapangan pendahuluan yang menggunakan peta dasar dengan skala sekurang-kurangnya 1 : 100.000.

2) Prospeksi

Kegiatan pada tahap ini antara lain : Pemetaan geologi dengan skala minimum 1 : 50.000, pengukuran penampang stratigrafi, pembuatan paritan, pembuatan sumuran, pemboran uji, percontoan dan analisis. 3) Eksplorasi Pendahuluan

Tahap eksplorasi ini dimaksud untuk mengetahui gambaran awal bentuk tiga dimensi endapan batubara meliputi ketebalan lapisan, bentuk, korelasi, sebaran, struktur, kuantitas dan kualitas. Kegiatan penyelidikan antara lain: pemetaan geologi dengan skala minimum 1:10.000, pemetaan topografi, pemboran dengan jarak yang sesuai dengan kondisi geologi, penampang geofisika, pembuatan sumuran.

31

4) Eksplorasi Rinci

Tahap eksplorasi ini dilakukan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas serta model tiga dimensi endapan secara lebih rinci.

Tabel Klasifikasi Cadangan dan Sumberdaya Mineral SNI dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2. Klasifikasi Cadangan dan Sumberdaya Mineral SNI

Dalam penetapan cadangan selain parameter penetapan sumber daya (Standar Nasional Indonesia, 1997) maka harus ditambahkan parameter : 1. Aspek teknik

a. Sistim penambangan

Perlu dipertimbangkan mengenai pemilihan/penerapan sistim penambangan, apakah tambang terbuka, bawah tanah, hydraulic, dan sebagainya karena sangat tergantung pada jenis dan variasi bahan galian, hal ini akan berpengaruh pada mineable reserves dan recovery penambangan nantinya.

Pada penambangan secara terbuka, perlu mempertimbangkan adanya kemungkinan dilakukan penambangan bawah tanah, berdasarkan keberadaan dan penyebaran bahan galian, agar recovery penambangan lebih besar. Perlu dipertimbangkan kemungkinan ada sistem penambangan lanjutan, untuk meningkatkan perhitungan jumlah cadangan.

b. Sistim pengolahan dan pemurnian

Sistim pengolahan dan pemurnian harus menggunakan teknologi yang tepat karena rangkaian proses produksi yang efisien dapat meningkatkan nilai cadangan.

c. Sistim pengangkutan

Sistim pengangkutan harus menggunakan metode yang tepat dan dilakukan secara efektif dan efisien untuk mengurangi kehilangan

33

material selama pengangkutan sehingga dapat meningkatkan nilai

recovery.

d. Nisbah Pengupasan (SR)

Nisbah pengupasan harus diupayakan sebesar mungkin dengan meningkatkan penggunaan metode dan teknologi peralatan penambangan yang lebih efisien serta dilakukannya pengawasan yang efektif.

e. Kadar Batas Rata-rata Terendah (COG)

Penetapan nilai COG harus diupayakan serendah mungkin dengan mengupayakan penggunaan teknologi penambangan/pengolahan yang lebih efektif dan efisien.

2. Aspek ekonomi a. Infrastruktur

Keberadaan dan kelengkapan infrastruktur harus diuraikan secara rinci dan jelas seperti tersedianya sarana, jalan, listrik, jaringan pemasaran karena bisa mempengaruhi kelas cadangan.

b. Tenaga kerja

Komposisi dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan harus dipertimbangkan sesuai dengan keahlian.

c. Harga komoditas bahan galian

Penetapan harga awal komoditas dilakukan pada saat penetapan cadangan pada waktu itu. Fluktuasi harga komoditas di pasar domestik

dan internasional dapat mempengaruhi kelas sumber daya dan cadangan.

d. Jenis produk sampingan dan produk akhir

Perlu diperhitungkan jenis produk sampingan yang bernilai ekonomis pada saat itu dan produk akhir, apakah berupa material langsung atau produk pengolahan.

e. Nilai dan prospek bahan galian

Perlunya dilakukan kajian nilai dan prospek bahan galian agar diperoleh hasil prediksi secara cermat.

3. Aspek Sosial

Perlunya informasi rencana pengelolaan dan penanganan lingkungan sesuai dengan peraturan yang berlaku diantaranya : limbah, tanah penutup, air keluaran tambang, penurunan kualitas air permukaan, amblesan, longsor, penanganan tailing, reklamasi, dll.

4. Aspek hukum

Semua kegiatan usaha pertambangan harus mematuhi perundangan yang berlaku dan hukum adat setempat.

Dalam dokumen PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah (Halaman 39-50)

Dokumen terkait