• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.2 Kajian Teoritis

2.2.4 Manajemen Risiko Perbankan Syari’ah

2.2.4.2 Proses Manajemen Risiko

Sebagai lembaga intermediary dan seiring dengan situasi lingkungan eksternal dan internal perbankan yang mengalami perkembangan pesat, bank syari’ah akan selalu berhadapan dengan berbagai jenis risiko dengan tingkat

kompleksitas yang beragam dan melekat pada kegiatan usahanya. Risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik yang dapat diperkirakan maupun yang tidak dapat diperkirakan yang berdampak negatif terhadap pendapatan dari permodalan bank. Risiko-risiko tersebut tidak dapat dihindari, tetapi dapat dikelola dan dikendalikan. Oleh karena itu, sebagaimana lembaga perbankan pada umumnya, bank syari’ah juga memerlukan serangkaian

prosedur dan metodologi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, mamantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha, atau yang biasa disebut sebagai manajemen risiko.

Menurut Idroes (2008:7) menunjukkan bagaimana proses manajemen risiko secara berkesinambungan berlangsung tanpa henti dalam mendukung aktivita yang dilakukan organisasi.

Gambar 2.2.1. Proses Manajemen Risiko Sumber : Idroes (2008:7)

1. Identifikasi dan Pemetaan Risiko

Menurut Hanafi, (2006:10) menyatakan bahwa identifikasi risiko dilakukan untuk mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi oleh suatu organisasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan proses identifikasi:

a. Bank wajib melakukan identifikasi seluruh risiko secara berkala.

b. Bank wajib memiliki metode atau sistem untuk melakukan identifikasi risiko pada seluruh prosuk dan aktivitas bisnis bank.

c. Proses identifikasi risiko dilakukan dengan manganalisis seluruh sumber risiko yang paling tidak dilakukan terhadap risiko dari produk dan

Pemantauan dan pengkinian/ kaji ulang risiko dan

kontrol 1 Solusi risiko implementasi tindakan mitigasi Menegaskan profil risiko/rencana manajemen risiko Kuantifikasi/ menilai/ peringkat risiko Identifikasi dan pemetaan risiko 2 5 3 4

aktivitas bank serta memastikan bahwa risiko dari produk dan aktivitas baru telah melalui proses manajemen risiko yang layak sebelum diperkenalkan atau dijalankan.

Menurut Idroes (2008:8) menjelaskan ada beberapa indikator tentang identifikasi dan pemetaan risiko, yaitu :

a. Menetapkan kerangka kerja untuk implementasi strategi risiko secara keseluruhan.

b. Menentukan definisi kerugian

c. Menyusun dan melakukan implementasi mekanisme pengumpulan data. d. Membuat pemetaan kerugian ke dalam kategori risiko yang dapat diterima

dan tidak dapat diterima.

2. Kuantitas/menilai/melakukan peringkat risiko

Menurut Rustam (2013:45), Langkah berikutnya adalah mengukur risiko tersebut dan mengevaluasi risiko tersebut. Tujuan evaluasi risiko adalah untuk memahami karakteristik risiko dengan lebih baik. Jika kita memperoleh pemahaman yang lebih baik, maka risiko akan lebih mudah dikendalikan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan proses pengukuran:

a. Sistem pengukuran risiko digunakan untuk mengukur eksposur risiko bank sebagai acuan untuk melakukan pengendalian. Pengukuran risiko wajib dilakukan secara berkala, baik untuk produk dan portofolio maupun seluruh aktivitas bisnis bank.

b. Sistem tersebut minimal harus dapat mengukur sensitivitas produk terhadap perubahan faktor-faktor yang memengaruhinya. Baik dalam kondisi normal maupun tidak normal.

1) Kecenderungan perubahan faktor-faktor dimaksud berdasarkan fluktuasi yang terjadi pada masa lalu dan kolerasinya.

2) Faktor risiko secara individual.

3) Eksposur risiko secara keseluruhan maupun per risiko, dengan mempertimbangkan keterkaitan antar risiko.

4) Seluruh risiko yang melekat pada seluruh transaksi serta produk perbankan, termasuk produk dan aktivitas baru, dan dapat diintegrasikan dalam SIM (Sistem Informasi Manajemen) bank.

Sistem pengukuran risiko harus dievaluasi dan disempurnakan secara berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan untuk memastikan kesesuaian asumsi, akurasi, kewajaran, dan integritas data, serta prosedur yang digunakan untuk mengukur risiko. Pengukuran risiko tidak dapat dilakukan dalam satu kegiatan atau satu pengamatan melainkan secara berulang-ulang dan teliti. Jika risiko bisa diukur, maka bisa terlihat tinggi rendahnya risiko tersebut terhadap kinerja perusahaan. Kemudian bisa melihat dampak dari risiko tersebut terhadap kinerja perusahaan, sekaligus bisa melakukan prioritasasi risiko (risiko mana yang paling relevan).

Menurut Idroes (2008:8) menjelaskan beberapa indikator yang berkaitan dengan menilai / melakukan peringkat risiko, antara lain:

b. Perluasan dengan memanfaatkan tolak ukur, permodelan, dan peramalan yang berasal dari luar organisasi. Sumber eksternal yang dimaksud berasal dari praktik-praktik terbaik yang telah dilakukan di dalam industri.

3. Menegaskan profil risiko dan rencana manajemen risiko

Menurut Idroes (2008:8) menjelaskan tentang identifikasi selera risiko organisasi, apakah manajemen secara umum terdiri dari:

a. Penghindar risiko

b. Penerima risiko sewajarnya c. Penerima risiko

Penghindar risiko tidak bersedia menerima risiko dengan tingkat tinggi. Sebaliknya, pencari risiko bersedia menerima risiko tinggi untuk mendapatkan hasil yang lebih tinggi Bank harus memiliki sistem dan prosedur pemantauan yang mencakup pemantauan terhadap besarnya eksposur risiko, toleransi risiko, kepatuhan limit internal, dan hasil stress testing atau konsistensi pelaksanaan dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan. Hasil pemantauan disajikan dalam laporkan berkala yang disampaikan kepada manajemen dalam rangka mitigasi risiko dan tindakan diperlukan. Pelaporan tersebut berbentuk data-data yang bersifat fundamental maupun teknikal serta tidak mengesampingkan informasi yang bersifat lisan. Tujuan melakukan pemantauan ini adalah agar pekerjaan tersebut dapat terus dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan dan pemantauan yang maksimal guna menghindari timbulnya berbagai risiko yang tidak diinginkan.

4. Solusi risiko/ implementasi tindakan terhadap risiko

Menurut Idroes (2008:9) untuk implementasi tindakan terhadap risiko ada tiga, yaitu: (1) Hindari, keputusan yang diambil adalah tidak melakukan aktivitas yang dimaksud. (2) alihkan, membagi risiko dengan pihak lain. Konsekuensinya terdapat biaya yang harus dikeluarkan atau berbagi keuntungan yang diperoleh. (3) mitigasi risiko, menerima risiko pada tingkat tertentu dengan melakukan tindakan untuk mitigasi risiko melalui peningkatan kontrol, kualitas proses, serta aturan yang jelas terhadap pelaksanaan aktivitas dan risikonya. Pengendalian risiko dilakukan untuk mencegah atau menurunkan probabilitas terjadinya risiko atau kejadian yang tidak kita inginkan. Bank harus memiliki sistem pengendalian risiko yang memadai dengan mengacu pada kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan. Proses pengendalian risiko yang diterapkan bank harus disesuaikan dengan eksposur risiko atau tingkat risiko yang akan diambil dan toleransi risiko. Pengendalian risiko dapat dilakukan oleh bank, antara lain dengan metode mitigasi risiko serta penambahan modal bank untuk menyerap potensi kerugian.

5. Pemantauan dan pengkinian/kaji ulang risiko dan kontrol

a. Seluruh entitas organisasi harus yakin bahwa strategi manajemen risiko telah diimplementasikan dan berjalan dengan baik.

b. Lakukan pengkinian dengan mengevaluasi dan menindaklanjuti hasil evaluasi terhadap implementasi kerangka manajemen risiko yang terintegrasi ke dalam strategi risiko keseluruhan.

Dokumen terkait