• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berbicara mengenai proses membentuk kepribadian muslim, kita harus memahami kepribadian muslim yang sesuai dengan perintah Allah SWT. Ada aspek-aspek yang memang harus diperhatikan dalam upaya membentuk kepribadian muslim.

Pada dasarnya muslim harus meneladani sifat-sifat yang ada pada diri Rasulullah saw itulah kepribadian muslim. Hal tersebut telah disebutkan dalam firman Allah QS. Al-Ahzab (33) : 21

َ م و ي لا وَ ه للاَو ج ر يَ نا كَ ن م لٌَة ن س حٌَة و س أَ ه للاَ لو س رَي فَ م ك لَ نا كَ د ق ل

اًري ث كَ ه للاَ ر ك ذ وَ ر خلآا

)

۲۱

(

َ

Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.21

Pembentukan kepribadian muslim tidak secara langsung dapat dilihat saat itu juga, namun perlu adanya tahapan-tahapan dalam upaya menuju kepribadian muslim. Pemahaman dan pengembangan pribadi merupakan proses dari pembentukan kepribadian muslim. Kita harus memahami diri sendiri. Jika masih kecil maka paling tidak kita tahu nama, orang tua, dan tempat tinggal. Setelah mengetahui identitas diri walaupun hanya sebatas nama saja, tahapan selanjutnya yaitu mengembangkan pribadi. Maksudnya potensi-potensi yang ada dalam diri kita kembangkan melalui sosialisasi di lingkungan masyarakat.

Tempat sosialisasi pun perlu diperhatikan terhadap nilai-nilai yang diajarkan pada tempat tersebut. Bagi seorang anak, tempat sosialisasi yang baik dan sesuai dengan kondisi anak di antaranya sekolah, pesantren, TK, TPQ. Orang tua perlu mengikutsertakan anak pada tempat sosialisasi yang baik.

Peneliti memahami bahwa pembentukan kepribadian muslim melalui suatu proses. Metode pemahaman dan pengembangan pribadi bisa dijadikan salah satu proses membentuk kepribadian muslim. Dalam bukunya Hanna Djumhana Bastaman( 2011: 126-127), Ada macam-macam metode pemahaman dan pengembangan pribadi , antara lain adalah :

a. Pembiasaan: melakukan suatu perbuatan atau keterampilan

tertentu terus-menerus secara konsisten untuk waktu yang cukup lama, sehingga perbuatan dan keterampilan itu benar-benar dikuasai dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sulit ditinggalkan. Dalam psikologi proses pembiasaan disebut

conditioning. Proses ini akan menjelmakan kebiasaan (habit) dan

kebisaan (ability), akhirnya akan menjadi sifat-sifat pribadi (personality traits) yang terperangai dalam perilaku sehari-hari. b. Peneladanan: mencontoh pemikiran, sikap, sifat-sifat, dan perilaku

dari orang-orang yang dkagumi untuk kemudian mengambilalihnya sebagai sikap, sifat, dan perilaku pribadi. Ada dua ragam bentuk penteladanan yaitu peniruan (imitation) dan identifikasi diri (

self-identification). Peniruan adalah usaha untuk menampilkan diri dan berlaku seperti penampilan dan perilaku orang yang dikagumi (idola), sedangkan identifikasi diri adalah mengambil alih nilai-nilai (values) dari tokoh-tokoh yang dikagumi untuk kemudian dijadikan nilai-nilai pribadi (personal values ) yang berfungsi sebagai pedoman dan arah pengembangan diri.

c. Pemahaman, penghayatan, dan penerapan: secara sadar berusaha untuk mempelajari dan memahami benar hal-hal (nilai-nilai, asas-asas, dan perilaku) yang dianggap baik dan bermakna, kemudian berusaha untuk mendalami dan menjiwainya, lalu mencoba menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

d. Ibadah: ibadah khusus seperti: shalat, puasa, dzikir, dan ibadah dalam artian umum, yakni berbuat kebajikan dengan niat semata-mata karena Allah, secara sadar ataupun tidak disadari akan mengembangkan kualitas-kualitas terpuji pada mereka yang melaksanakannya. Sebagai contoh adalah ibadah salat dan dzikir.

Keempat metode tersebut masing-masing dapat dilaksanakan

sendiri maupun kelompok, itulah yang dinamakan “Menuju Kepribadian

Muslim”. Maknanya pun sama dengan “membentuk Kepribadian Muslim”. Sehingga ruang lingkup yang diajarkan kepada anak dalam

pembelajaran di Taman Pendidikan al-Qur’an bisa mengacu pada

keempat metode di atas. Sebagai aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam membentuk kepribadian muslim. Hal itu tentu harus dimulai sejak

masa anak-anak karena pola pikir anak masih sangat dipengaruhi oleh orang-orang di sekitarnya.

Selain itu, dalam bukunya Jamaluddin Mahfudz ( 2007: 113) mengatakan bahwa inti seseorang mempunyai kepribadian muslim yaitu

a. Menyerahkan Diri kepada Allah

Islam sendiri berasal dari bahasa arab yaitu salama-yaslimu-tasliman yang artinya berserah diri.

Implikasi dari pengakuan diri sebagai seorang muslim adalah dengan menyerahkan diri sepenuhnya terhadap perintah Allah SWT. Cara mengaplikasikan bentuk penyerahan diri terhadap Allah dengan beriman kepada keesaan Allah dan tercermin dalam kepribadian sehari-hari dalam kehidupan seorang muslim. Semua kepribadiannya harus dilandasi oleh perintah dari Allah yang tercantum dalam kitab Al-Qur’an dan terdapat pada kehidupan

Rasulullah saw yang dijadikan sebagai uswatun hasanah (contoh yang baik).

Kehidupan yang dijalani oleh Rasulullah saw adalah bentuk nyata bahwa kehidupan yang beliau jalani hanya semata karena perintah dari Allah SWT. Segala yang beliau lakukan di dunia ini dalam rangka beribadah kepada Allah. Hal itu bisa kita lihat dalam firman Allah SWT,

Qs. Al-An’am (6) :162-163

َ ني م لا ع لاَِّب رَ ه ل لَي تا م م وَ يا ي ح م وَي ك س ن وَي تلا صَ ن إَ ل ق

(

۱۶۲

)

َلَّ

َ ني م ل س م لاَ ل و أَا ن أ وَ ت ر م أَ ك ل ذ ب وَ ه لَ كي ر ش

(

۱۶۱

Artinya: Katakanlah: "Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (162). Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (163).

b. Mampu menjaga kesimbangan dalam kepribadian

Islam menganjurkan penyatuan antara kebutuhan jasmani dan rohani secara adil, sehingga tercipta keseimbangan antar kebutuhan jasmani dan rohani dalam diri manusia. ( Muhammad Utsman Najati, 2008: 285)

Manusia memiliki hak untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani. Kebutuhan jasmani manusia antara lain makan, minum, tidur, olahraga, membutuhkan pakaian dan lain-lain. Kebutuhan rohani manusia antara lain berupa rasa ketenangan, kebebasan, keamanan, keyakinan dalam hidup. Pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani manusia haruslah seimbang.

Menjaga kesehatan badan merupakan salah satu bentuk pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani manusia yang adil. Pribadi muslim harus menjaga kesehatan badan dalam upaya untuk mendukung terlaksananya ibadah kepada Allah SWT. Misal jika orang yang sakit pasti tidak tenang dalam melaksanakan ibadah salat.

Kesehatan badan yang harus dijaga antara lain: 1) Kesucian dan kebersihan

Allah telah memerintahkan kita agar selalu menjaga kebersihan dan kesucian sebagaiman yang terdapat dalam Qs. Al-Maidah : 6

َ م ك هو ج وَاو ل س غا فَ ةلا صلاَى ل إَ م ت م قَا ذ إَاو ن مآَ ني ذ لاَا هُّ ي أَا ي

َى ل إَ م ك ل ج ر أ وَ م ك سو ء ر بَ او ح س ما وَ ق فا ر م لاَ ى ل إَ م ك ي د ي أ و

ٍَر ف سَى ل عَ و أَى ض ر مَ م ت ن كَ ن إ وَاو ر ه طا فَاًب ن جَ م ت ن كَ ن إ وَ ن ي ب ع ك لا

َاو د ج تَ م ل فَ ءا سِّنلاَ م ت س ملََّ و أَ ط ئا غ لاَ ن مَ م ك ن مٌَد ح أَ ءا جَ و أ

َ م كي د ي أ وَ م ك هو ج و بَاو ح س ما فَاًبِّي طَاًدي ع صَاو م م ي ت فًَءا م

َ

َا مَ ه ن م

َ م ت ي ل وَ م ك رِّه ط ي لَ دي ر يَ ن ك ل وَ ٍج ر حَ ن مَ م ك ي ل عَ ل ع ج ي لَ ه للاَ دي ر ي

َ نو ر ك ش تَ م ك ل ع لَ م ك ي ل عَ ه ت م ع ن

)

۶

(

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan salat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak

membersihkan kamu dan menyempurnakan

nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”

Rasulullah saw juga bersabda tentang bersuci :

نايمإلا نم ةفاظنلا

Kebersihan diajarkan sejak dari masa anak-anak sehingga semakin dewasa sudah terlatih dan terbiasa untuk hidup bersih. Kebersihan yang diajarkan sejak kecil bisa berawal dari membersihkan diri sendiri selanjutnya membersihkan tempat tinggalnya dan dilanjutkan dengan membersihkan lingkungannya yang dikerjakan secara bersama-sama dengan masyarakat.

2) Menjaga diri dari penyakit

Dalam bukunya M. Jamaluddin Mahfuzh (2001: 113), Mencegah lebih baik daripada mengobati. Hal itu dilakukan agar tidak menjalar ke lingkungan yang lebih luas. Rasulullah saw bersabda,

Waspadalah terhadap tiga orang yang terkutuk; orang yang buang air besar di sumber-sumber air, di tengah jalan, dan di bawah naungan.”(HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)

Al-Qur’an menjelaskan pentingnya keseimbangan dalam kepribadian sebagaimana firman Allah dalam Qs. Al-Qashash (28): 77

َ را دلاَ ه للاَ كا تآَا مي فَ غ ت با و

َا ي نُّدلاَ ن مَ ك بي ص نَ س ن تَلَّ وَ ة ر خلآا

َلََّ ه للاَ ن إَ ض رلأاَي فَ دا س ف لاَ غ ب تَلَّ وَ ك ي ل إَ ه للاَ ن س ح أَا م كَ ن س ح أ و

َ ني د س ف م لاَُّب ح ي

)

۷۷

(

Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah

kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.(Qs. Al-Qashash (28): 77)

Ayat di atas menjelaskan bahwa kita harus menjadikan dunia ini sebagai sarana untuk mendapatkan kebahagiaan di akherat. Manusia tidak boleh egois hanya memenitingkan kehidupan akherat saja tetapi melupakan kehidupan di dunia. Hidup di dunia hanya beribadah mahdah ( khusus).

Dalam ayat lain, al-Qur’an menggambarkan ketiga bentuk

kepribadian manusia yaitu :

1) Mukmin (terdapat pada Qs. Al-Baqarah (2): 2-5);

َ ني ق ت م ل لَ ىًد هَ هي فَ ب ي رَ لََّ با ت ك لاَ ك ل ذ

)

۲

(

َ

َ نو ن م ؤ يَ ني ذ لا

َ نو ق ف ن يَ م ها ن ق ز رَ ا م م وَ ةلا صلاَ نو مي ق ي وَ ب ي غ لا ب

)

۱

(

َ

َ ني ذ لا و

َ م هَ ة ر خلآا ب وَ ك ل ب قَ ن مَ ل ز ن أَ ا م وَ ك ي ل إَ ل ز ن أَ ا م بَ نو ن م ؤ ي

َ نو ن قو ي

)

۴

(

َ

َ م هَ ك ئ لو أ وَ م هِّب رَ ن مَ ىًد هَ ى ل عَ ك ئ لو أ

َ نو ح ل ف م لا

)

۵

(

Artinya: Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (2). (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. (3). Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. (4).

3)Munafik (terdapat pada Qs. al-Baqarah (2): 8-20). Masing-masing dijadikan nama surat dalam Al-Qur’an, yaitu

Al-Mukminun, Al-Kafirun, dan Al-Munafiqun. (Muhammad

Ustman Najati, 2008: 289 )

Ciri-ciri orang mukmin yang digambarkan Al-Qur’an tercermin dalam keteladanan. Keteladanan itu mencakup kehidupan pribadi, rumah tangga, sosial, dan pekerjaannya. Mereka berpegang teguh pada akhlak mulia. Rasulullah sendiri telah mendidik dan berhasil mencetak generasi awal orang mukmin. Hal itu terbukti dengan adanya para sahabat Nabi saw yang menyerahkan harta dan jiwa demi terwujudnya keselamatan orang-orang mukmin.

Ciri-ciri yang terdapat dalam kepribadian orang mukmin ini saling berkait satu dengan lainnya. Semuanya berperan dalam membentuk sikap orang mukmin di berbagai bidang kehidupan. Karena itu sikap orang mukmin terlihat tenang dan serasi, baik dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, maupun dirinya sendiri. Ciri-ciri yang berkaitan dengan aqidah memiliki peranan yang penting dan mendasar dalam membentuk sikap manusia di berbagai bidang kehidupan.

c. Menjaga hubungan baik dengan sesama muslim

Menjaga hubungan baik dengan sesama muslim dalam istilah bahasa Arab dikenal dengan Ukhuwah Islamiyah. Sesama muslim harus menjalin persaudaraan di seluruh dunia tanpa melihat

perbedaan warna kulit, bahasa, suku, bangsa, dan

kewarganegaraan. Hal yang menjaga persaudaraan itu adalah kesamaan keyakinan atau iman kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka sama-sama bersaksi Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah SWT dan Muhammad saw adalah Nabi dan Utusan-Nya.

Persaudaraan seiman itu dijelaskan oleh Allah SWT dalam surat al-Hujurat ( 49 ) : 10

َ م ك ل ع لَ ه للاَ او ق تا وَ م ك ي و خ أَ ن ي بَ او ح ل ص أ فَ ٌة و خ إَ نو ن م ؤ م لاَ ا م ن إ

َ نو م ح ر ت

(

۱۱

Artinya : Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.10

Rasulullah telah berhasil mempersatukan suku Aus dan Khazraj yang merupakan dua suku tradisional di bangsa Arab yang sangat bertentangan satu sama lain. Begitu juga beliau telah mempersatukan dan mempersaudarakan antara Muhajirin (orang Mekkah yang berhijrah) dengan Anshar ( penduduk asli Madinah). Mereka rela berbagi apa saja untuk saudara-saudara seiman.

Persaudaraan Islam betul-betul merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri dan dijaga.

Menjaga hubungan baik dengan sesama muslim, ialah dengan cara tetap mempertahankan perasaan saling mencintai, saling mengasihi, saling menyayangi, dan saling menolong. Hal tersebut yang akan memperkuat dan tetap menjaga hubungan baik dengan sesama muslim sehingga menumbuhkan semangat dalam membentuk kepribadian muslim yang baik.

Pribadi seorang muslim itu harus mampu berinteraksi dengan baik terhadap sesama. Rasulullah saw bersabda,

َا ذ إَ، د س ج لاَ ل ث مَ، م ه م حا ر ت وَ، م ه ف طا ع ت وَ، م هِّدا و تَي فَ ني ن م ؤ م لاَ ل ث م

َ ر ئا سَى عا د تٌَو ض عَ ه ن مَى ك ت شا

َ

ى م ح لا وَ ر ه سلا بَ د س ج لا

Artinya: “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling rasa cinta dan kasih sayang mereka, adalah seperti satu tubuh yang apabila ada salah satu anggotanya yang mengeluh sakit, maka anggota-anggota tubuh lainnya ikut merasa sakit.” (HR. Muslim dan Ahmad)

Menjaga hubungan baik dengan sesama muslim diperlukan empat tahap yang semestinya dilakukan yaitu :

1) Ta’aruf

Saling kenal mengenal, tidak hanya ta’aruf fisik atau biodata ringkas belaka, tapi lebih jauh lagi juga ta’aruf latar belakang pendidikan, budaya, keagamaan; ta’aruf pemikiran, ide-ide, cita-cita; dan ta’aruf problem kehidupan yang dihadapi.

2) Tafahum

Saling memahami kelebihan dan kekurangan, kekuatan dan kelemahan masing-masing, sehingga segala macam bentuk kesalahfahaman dapat dihindari.

3) Ta’awun

Saling tolong menolong. Muslim yang kuat menolong orang yang lemah, yang mempunyai kelebihan menolong yang kekurangan.

4) Takaful

Saling memberikan jaminan, sehingga menimbulkan rasa aman. Tidak ada rasa kekhawatiran dan kecemasan menghadapi hidup ini karena ada jaminan dari sesama saudara untuk memberikan pertolongan.

Peneliti menyimpulkan bahwa untuk menjaga hubungan baik dengan sesama muslim sebaiknya dilakukan ke empat hal di atas sehingga dalam diri setiap muslim ada rasa saling membutuhkan satu sama lain dan jika ada yang mengalami cobaan hidup maka muslim lain akan segera menolongnya. Jika mereka sudah seperti satu tubuh yang masing-masing bagian tubuh ikut merasakan penderitaan dan rasa ketenangan bagian tubuh lainnya.

d. Selalu optimis

Selalu optimis dan tidak mudah berputus asa, akan dapat mewujudkan jiwa yang damai dan tenang. Allah SWT berfirman dalam Qs. Yusuf (12): 87

َ ح و رَ ن مَاو س أ ي تَلَّ وَ هي خ أ وَ ف سو يَ ن مَاو س س ح ت فَاو ب ه ذاَ ي ن بَا ي

َ ه للا

َ نو ر فا ك لاَ م و ق لاَلَّ إَ ه للاَ ح و رَ ن مَ س ئ ي يَلََّ ه ن إ

)

۷۷

(

Artinya : “Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".87

Al-Qur’an memberi ketenangan kepada kaum muslim

dengan menyatakan, bahwa sesungguhnya Allah akan selalu bersama mereka. Bagi siapa saja hamba-Nya yang tetap berusaha dan pantang menyerah dalam menggapai cita-cita. Cita-cita tertinggi seorang muslim yaitu dapat masuk ke surganya Allah SWT yang hanya ada di akhirat. Hal itu mereka usahakan di dunia ini dengan rasa optimis.

Apabila kaum muslim bertanya kepada Allah,

sesungguhnya Dia amat dekat dengan mereka. Allah tentu akan mengabulkan apabila mereka mau berdoa kepada –Nya. Orang yang optimis adalah orang yang selalu haus akan ilmu sehingga mereka selalu bertanya baik bertanya kepada Allah melalui doa maupun bertanya kepada sesama manusia melalui interaksi. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah (2) : 186

َ نا ع دَا ذ إَ عا دلاَ ة و ع دَ بي ج أَ ٌبي ر قَيِّن إ فَيِّن عَي دا ب عَ ك ل أ سَا ذ إ و

َ نو د ش ر يَ م ه ل ع لَي بَاو ن م ؤ ي ل وَي لَاو بي ج ت س ي ل ف

(

۱۷۶

Artinya : Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu

tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.186

Seorang muslim yang mempunyai kepribadian muslim harus selalu optimis dalam melakukan hal-hal yang baik dalam usahanya untuk menggapai cita-cita yang diinginkan dan tentunya cita-cita yang mulia. Sikap selalu optimis dilakukan dengan cara selalu bertanya dan berdoa kepada Allah karena Allah Maha Tahu.

Pepatah mengatakan “Malu Bertanya Sesat di Jalan”. Siapapun

yang malu bertanya maka ia tidak akan tahu apapun karena salah satu cara mendapatkan ilmu yaitu dengan bertanya.

Berdasarkan pengertian-pengertian yang dikemukakan di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa kepribadian muslim adalah ciri khas yang dimiliki oleh seorang anak berdasarkan dari hasil pengalaman dan pendidikan yang dilaluinya sehingga akhlak mulia seperti ikhlas, syukur, sabar, cinta kebersihan, dan menjaga kesehatan harus diterapkan sejak kecil sehingga kepribadian muslim yang sesuai dengan ajaran al-Qur’an dapat menjadi sifat

Dokumen terkait