• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses pemanenan ada dua cara yaitu pemanenan langsung untuk tujuan produksi produks, dan pemanenan untuk pembibitan (Jaya Suastika, IBM, et.al, 2006). Pemanenan untuk tujuan produksi biasanya dilakukan oleh petani pembudidaya, sedangkan untuk tujuan pembibitan dilakukan oleh kebun pembibitan (broodstock centre).

Bank Indonesia – Budidaya Rumput Laut (Tali Letak Dasar) 25 Pemanenan dilakukan paling cepat 45 hari setelah rumput laut disemaikan. Pemanenan dilakukan dengan dengan cara melepas tali ris dari ikatannya dari pasak kayu, kemudian membawanya ke pantai dengan media angkut terbuat dari ban. Setelah sampai di pantai rumput laut dilepas dari tali ris dengan cara memotong tali rafia pengikat rumput laut. Selanjutnya rumput laut dijemur selama 2 – 3 hari kemudian dijual dalam bentuk kering.

Gambar 4.5 Kegiatan Pemanenan Rumput Laut

Bersamaan dengan pelaksanaan proses pemanenan sekaligus dilakukan kegiatan :

a. Pemeriksaan dan perbaikan lahan, agar sesegera mungkin dapat dilakukan budidaya.

b. Kegiatan mengikat bibit rumput laut pada tali ris dan segera menyemaikannya pada lahan.

Bank Indonesia – Budidaya Rumput Laut (Tali Letak Dasar) 26 d. Tenaga dan Upah

Tenaga kerja budidaya rumput laut dikelompokkan dalam 2 kegiatan, yaitu kegiatan persiapan dan kegiatan pemeliharaan. Tenaga kerja untuk penyiapan lahan

1. Tenaga penyiapan lahan. Untuk lahan seluas 50x50m (0,25 Ha) dengan jumlah petak 16 unit berukuran 10x10m dibutuhkan tenaga kerja 6 orang dengan lama pengerjaan 1 hari kerja. Tiap pekerja mendapat upah Rp.40.000.- ditambah makan 2 kali yang nilainya Rp.5.000,- sekali makan. Biaya tenaga kerja harian secara total adalah Rp. 50.000,- per hari per orang.

2. Tenaga kerja untuk mengikat bibit rumput laut pada tali ris, yang dibayar secara borongan. Tiap ikat rumput laut diberikan upah mengikat Rp.50,-.

3. Tenaga pemeliharaan. Tenaga pemeliharaan rumput laut biasanya berasal dari keluarga pembudidaya sendiri. Namun apabila menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga, maka pekerja akan dibayar dengan upah Rp.40.000,- per hari dan mendapat makan 2x. Untuk kegiatan pemeliharaan pada areal seluas sampai dengan 2500 m² diperlukan seorang tenaga kerja.

Tenaga kerja pemanenan dan penjemuran biasanya juga bersal dari lingkungan keluarga pembudidaya sendiri. Apabila berasal dari luar keluarga atau tenaga kerja upahan, maka pembayaran upahnya sama dengan tenaga kerja pembudidaya.

e. Jumlah dan Mutu Produksi

Jumlah produksi rata-rata rumput laut di NTB adalah 16 ton rumput laut basah per Ha per siklus (Dinas Kelautan dan Perikanan NTB, 2006). Ditargetkan pada dengan berbagai upaya hasil per Ha dapat ditingkatkan menjadi 27 ton rumput laut basah per Ha per siklus.

Jumlah hasil panen ditentukan oleh jumlah berat bibit yang disemaikan (diikat), dan kualitas bibit yang disemaikan. Ratarata. Konversi bibit untuk produksi adalah 1:5, dan satu tahun 4 siklus panen (Murdjan M, 2006). Apabila diikatkan 100 gram bibit rumput lat, maka saat panen (minimum 45 hari setelah disemaikan) beratnya akan menjadi 5 kali lipat. Pada umumnya penjualan panen rumput laut dilakukan dalam bentuk kering, dengan yield content minmum 26%, kadar air maksimum 35%, kotoran 2% (MArcell Thaher, 2006).

Produktivitas budidaya rumput laut dihitung dengan ukuran Seaweed Growth Rate (SGR). Rumput laut yang baik memiliki rata-rata pertumbuhan 1:5 atau lebih, artinya saat dipanen berat rumput laut paling tidak 5 kali berat

Bank Indonesia – Budidaya Rumput Laut (Tali Letak Dasar) 27 awal (saat disemaikan). Makin tinggi SGR makin produktif usaha budidaya rumput laut.

Formula untuk menghitung SGR adalah sebagai berikut, (Anggadireja, et.al, 2006):

Seaweed Growth Rate (SGR) = {(Berat panen/Berat awal)1/t -1} x 100%. Seaweed Growth Rate (SGR) 5% per day, maka pada saat panen beratnya akan mencapai berat = (1+5%) 45 hari = 5,841 x berat semula (berat bibit). SGR di berbagai daerah di Indonesia berbeda-beda, SGR terendah 2,6% per hari dan yang tertinggi 13,9% per hari (Murdjani M, 2006). Mutu produk rumput laut tergantung pada: mutu bibit, metode atau teknik budidaya sesuai dengan lokasi, masa panen (minimal 45 hari), cara pemanenan, cara penjemuran dan penyimpanan (Marchell Taher, 2006). Standard mutu produk kelembaban 35%, KCL 28% kotoran maksimum 2%, umur panen minimum 45 hari setelah disemaikan (Neish, 2006).

Rumput laut pada sentra produksi umumnya dijual dalam bentuk kering asalan. Dari 5 kg rumput laut basah, setelah dijemur 2-3 hari akan menyusut menjadi 1 kg (tingkat rendemen = 20%). Rumput laut kering memiliki ciri berwarna lebih gelap, liat dan mengeluarkan butiran garam.

Gambar 4.7 Penjemuran Rumput Laut

Untuk peningkatan kualitas, rumput laut perlu dijemur di atas para-para untuk menghindari kontaminasi dengan kotoran yang tersebar di pasir pantai.

f. Kendala Produksi

Kendala produksi budidaya rumput laut secara umum :

1. Euphyphit, sejenis jamur yang menempel pada rumput laut dengan menghalangi fotosintetis sehingga pertumbuhan tidak merata dan rumput laut mudah patah hancur saat ada ombak.

Bank Indonesia – Budidaya Rumput Laut (Tali Letak Dasar) 28 2. Herbivora, terdapat ikan pemakan rumput laut yang datangnya secara bergerombol. Ikan ini menjadi hama yang dapat ditanggulangi dengan menggantung kaca atau keping CD bekas, atau alat getar elektromagnetik.

3. Penyakit ais ais disebabkan oleh fungi / jamur yang terbawa arus musim hujan, atau berasal dari pasak kayu yang lapuk dan menjadi sarang pembiakan jamur (fungi). Pencegahan dengan disinfektan, bibit dicelup dengan disinfektan PK dengan dosis 20 ppm.

4. Kontradiksi kepentingan wisata selancar dan budidaya. Masing-masing membutuhkan lahan, sehingga perluasan lahan budidaya juga tidak bisa dikembangkan dengan bebas.

5. Perubahan ecosystem karena peningkatan kepadatan penduduk pada pemukiman pantai, limbah rumah tangga serta aktivitas nelayan mempengaruhi sanitasi lingkungan pantai.

6. Keterbatasan kesetersediaan bibit unggul.

7. Aksesabilitas ke sumber dana perbankan masih terbatas.

Kendala produksi rumput laut dapat diminimalisir dengan cara; teknik budidaya harus dapat meminimalisir kerusakan lingkungan terumbu karang, peletakan konstruksi tidak mengganggu alur pelayaran, sanitasi lingkungan tetap terjaga, perawatan selama budidaya dengan membersihkan lokasi dari hewan dan tanaman pengganggu (Darnas Dana, 2006).

Bank Indonesia – Budidaya Rumput Laut (Tali Letak Dasar) 29

5. Aspek Keuangan

a.Pola Usaha

1. Pola usaha yang dilakukan pada budidaya rumput laut jenis Eucheuma Cottonii bersifat monoculture atau usaha budidaya dengan satu jenis tanaman. Kegiatan budidaya dilakukan pada suatu hamparan budidaya dengan kepemilikan secara individual. Lahan budidaya biasanya dikerjakan oleh anggota keluarga rumah tangga pembudidaya (RTP) dan masing-masing pembudidaya memiliki luas lahan yang berbeda-beda. Pada satu lokasi hamparan budidaya biasanya terdapat satu jenis teknik budidaya sesuai dengan kondisi lingkungan dan masyarakat setempat.

2. Dana modal usaha budidaya pada umumnya dipergunakan untuk memenuhi pembiayaan investasi infrastruktur budidaya dan perlengkapan lain, pemebelian bibit, dan pembayaran upah tenaga kerja.

3. Kegiatan budidaya rumput laut biasanya hanya bersifat pembesaran, lama proses pembesaran ini mulai saat penyemaian sampai pemanenan adalah 45 hari. Petani pembudidaya umumnya tidak memproduksi bibit sendiri, mereka membeli dari usaha-usaha pembibitan rumput laut (broodstock centre) atau agen-agennya.

b. Asumsi Parameter dan Perhitungan

Asumsi dan parameter yang digunakan merupakan satuan dasar perhitungan untuk menentukan investasi, biaya, kebutuhan dana dan analisis kelayakan usaha. Berikut ini disajikan asumsi teknis dan keuangan budidaya rumput laut untuk teknik tali lepas dasar untuk luas areal 2500m2 dengan jumlah 16 petak berukuran 10x10m.

Bank Indonesia – Budidaya Rumput Laut (Tali Letak Dasar) 30 Tabel 5.1

Asumsi Teknis dan Parameter Keuangan Usaha Budidaya Rumput Laut Per Periode

Sumber : Lampiran 1

Asumsi ini disusun untuk analisis selama satu periode budidaya (6 bulan) dengan 4 kali siklus panen. Basis areal yang digunakan adalah 2.500 m² terdiri dari 16 petak berukuran 10x10m dan dimiliki oleh 2 rumah tangga pembudidaya (RTP). Harga dan jumlah unit barang dianggap cukup mewakili keadaan yang lazim dan moderat. Dasar analisis yang diterapkan adalah analisis usaha tani yang berbasis ilmu pertanian.

c. Biaya Investasi dan Biaya Operasional

Kebutuhan dana usaha budidaya rumput laut dikelompokkan ke dalam 3 kategori yaitu : investasi infrastruktur budidya, biaya operasional budidaya yang mencakup biaya tenaga kerja, bibit dan sewa lahan, serta cadangan kontingensi. Modal pinjaman yang diajukan adalah kredit modal kerja. Pembudidaya dianggap sudah memiliki modal sendiri yaitu sebesar nilai alat-alat dan perlengkapan yang sudah biasa mereka pergunakan dalam usaha budidaya sebelumnya.

Bank Indonesia – Budidaya Rumput Laut (Tali Letak Dasar) 31 Tabel 5.2.

Kebutuhan Investasi dan Modal Kerja (Harga dalam Rp.000)

Sumber : data primer (Lampiran 2) OH = orang hari kerja

Dari data disajikan di atas dapat diketahui bahwa kebutuhan dana yang diperlukan adalah sejumlah Rp.21.145.000,-. Jumlah ini terdiri dari kebutuhan investasi sebesar Rp.10.880.000,- dan modal kerja sebesar Rp.10.145.000,- Biaya investasi terdiri dari investasi infrstruktur budidaya sebesar Rp.5.130.000,- dan infrastruktur pendukung kegiatan budidaya yaitu rumah tunggu dan para-para penjemuran sebesar Rp.5.750.000,-

d. Kebutuhan Dana dan Kredit Diajukan

Sesuai dengan ketentuan perbankan maka kredit usaha pertanian 70% dapat dibiayai dari perbankan. Sejalan dengan hal tersebut, dari total kebutuhan modal budidaya rumput laut direncanakan 70% dipenuhi dengan kredit bank, dan 30% sisanya dibiayai dengan modal sendiri.

Bank Indonesia – Budidaya Rumput Laut (Tali Letak Dasar) 32 Tabel 5.3

Rincian Kebutuhan Kredit dan Jumlah Modal

No. Uraian

Jumlah Harga (Rp,000) 1 Kebutuhan dana (investasi infrastruktur

+ biaya operasi)

21,145

2 Jumlah total kebutuhan investasi 10,880 3 Pinjaman kredit Investasi (70%) 7,616

4 Jumlah kebutuhan modal kerja 10,265

5 Pinjaman kredit modal kerja (70%) 7,186 6 Jumlah total pengajuan pinjaman kredit 14,802

7 Modal sendiri 6,344

Sumber : data primer

Dari kebutuhan dana sebesar Rp.21.145.000,- maka jumlah diajukan kepada bank adalah : 70% dari masing-masing kebutuhan. Jumlah Kredit Investasi yang diajukan adalah sebanyak Rp.7.626.000,- (70% x kebutuhan investasi) direncanakan jangka waktu pemakaiannya selama 18 bulan, dan kredit modal kerja sebesar Rp.7.186.000,- (70% x kebutuhan modal kerja) direncanakan akan dilunasi selama masa budidaya (6 bulan), dan dimohonkan lagi pada masa budidaya tahun berikutnya. Pada masa tidak dilakukan budidaya tidak dilakukan peminjaman modal kerja.

Berikut ini disajikan skenario pelunasan pinjaman yang diberikan oleh pihak Bank. Skenario ini disusun berdasarkan sifat kredit, yaitu kredit investasi dilunasi dalam waktu lebih dari 1 tahun, dan kredit modal kerja dilunasi dalam waktu maksimum 1 tahun.

Bank Indonesia – Budidaya Rumput Laut (Tali Letak Dasar) 33 Tabel 5.4

Proyeksi Pembayaran Beban Bunga dan Pelunasan Pinjaman Per Siklus Panen (Nilai dalam Rp.000)

Sumber: Data Diolah e. Produksi dan Pendapatan

Berikut ini disajikan perhitungan hasil panen dan pendapatan penjualan rumput laut kering untuk 2 periode budidaya. Di antara dua periode budidaya terdapat masa tidak melakukan budidaya (tidak berproduksi) karena berlangsungnya musim hujan. Masing-masing periode budidaya dan periode tidak berproduksi berlangsung selama 6 bulan. Pada masing-masing periode terdapat siklus 45 hari yaitu periode siklus panen rumput laut.

Tabel 5.5

Perhitungan Hasil Panen dan Penjualan Rumput Laut Kering Per Siklus Panen

Bank Indonesia – Budidaya Rumput Laut (Tali Letak Dasar) 34 Dari jumlah ikatan sebanyak 2.500 dibutuhkan bibit 4.000 kg untuk areal 2.500 m² dengan jumlah plot budidaya 16 petak masing-masing berukuran 10x10m. Hasil yang diperoleh adalah 24.000 kg basah dan apabila dikeringkan akan menjadi 3.000 kg. rumput laut kering. Harga jual rumput laut kering adalah Rp.4.900,- per kg, sehingga diperoleh hasil penjualan sebesar Rp.14.700.000,- per siklus panen.

f. Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point

Perhitungan laba-rugi dimaksudkan untuk menentukan keuntungan bersih usaha budidaya rumput laut. Dari data yang ada pada laporan proyeksi perhitungan Laba rugi selanjutnya dilakukan Analisis Break Even Point (BEP). Analisis BEP dimaksudkan untuk menentukan posisi titik impas dan mengevaluasi prestasi usaha budidaya, apakah berada di atas atau di bawah titik impas.

Tabel 5.6

Proyeksi Laba-Rugi Usaha Budidaya Rumput Laut (Nilai dalam Rp.000)

Sumber: Data Diolah (Lampiran 4)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa usaha budidaya rumput laut ini memberikan keuntungan rata-rata Rp.2.991.000,- Pada saa tidak ada budidaya tidak dilakukan pembayaran bunga dan angsuran. Jumlah angsuran dan beban bunga selama masa tidak ada budidaya akan dikapitalisasikan / diakumulasikan pada angsuran periode budidaya kedua. Akibat dari kebijakan ini maka terjadi peningkatan beban bunga sebesar Rp.518.000,- pada siklus ke 9. Namun demikian akumulasi ini tidak menyebabkan perubahan keuntungan yang besar.

Ditinjau dari aspek rentabilitas, usaha budidaya rumput laut ini memberikan profit margin rata-rata 20%. Dengan anggapan bahwa kebutuhan Investasi sebesar Rp 21,145.000,- dan jumlah laba bersih per siklus sebesar Rp.2.991.000,- maka ROI per siklus adalah 14,14%. Melihat besarnya rentabilitas investasi yang dicapai, maka dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya rumput laut merupakan usaha yang “prospektif”.

Bank Indonesia – Budidaya Rumput Laut (Tali Letak Dasar) 35 Selanjutnya akan dilakukan analisis Break Even Point untuk menentukan bagaimana hubungan antara biaya, penjualan dan laba.

Berikut ini disajikan analisis Break Even Point untuk menentukan titik impas usaha budidaya dan mengetahui posisi usaha budidaya yang dianalisis.

Tabel 5.7

Perhitungan Break Even Point (Nilai dalam Rp.000)

Sumber: Data Diolah (Lampiran 4)

Data yang tersajikan pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa hasil penjualan budidaya (Rp.14.700.000,-) jauh di atas titik BEP (Rp.3.912.000,-). Kondisi ini juga menunjukkan bahwa perusahaan aman dari ancaman kerugian apabila terjadi penurunan volume penjualan, karena posisi titik BEP yang jauh di bawah tingkat penjualan. Usaha budidaya akan mencapai titik BEP apabila penjualan menurun sebesar =73,39%. Terjadinya tingkat BEP yang makin menurun karena menurunnya biaya bunga yang juga menurun. Secara akumulatif laba usaha yang diperoleh (penjumlahan menyamping laba usaha) untuk 12 periode adalah Rp.23.926.000,-

g. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dimaksudkan untuk menilai bagaimana kinerja usaha apabila terjadi keadaan sebagai berikut :

Dokumen terkait