BAB IV : POTENSI RUMAH ADAT NIAS UTARA SEBAGAI
4.2 Proses Pembangunan Rumah Adat Nias Utara
Salah satu bukti material kejayaan kultur para leluhur masyarakat Nias adalah rumah adat ‘Omo hada’ atau ‘Omo Niha’ dengan berbagai tipe yang masih bisa kita lihat sampai sekarang ini. Keindahan dan keagungan arsitektur rumah adat Nias telah menarik minat para peneliti luar negeri untuk mengetahui lebih dalam bagaimana konstruksi rumah-rumah tersebut. Rumah adat Nias memiliki filosofi dan merupakan simbol untuk menya-mpaikan berbagai pesan moral kepada generasi ke generasi.
Konstruksi rumah adat Nias yang ramah lingkungan semakin indah dan mengagumkan dengan batu-batu megalit yang disusun di depannya dalam satu pola desa yang tertata rapi. Itulah yang menambah pesona rumah adat Nias.
Keagungan dan keindahan tersebut semakin hari semakin meluntur dan menghilang, berhubung karena jumlahnya yang dari tahun ke tahun semakin berkurang dengan berbagai penyebab.
Rumah adat Nias utara didirikan atas dasar kesatuan seluruh warga kampung dalam menyatukan pendapat bersama secara kekeluargaan untuk membangun sebuah rumah.Untuk membicarakan hal tersebut dibuatlah satu musyawarah besar yang dinamakan dengan istilah “ Famagl “ . Tujuannya adalah untuk membicarakan tentang pembangunan sebuah rumah.
Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository © 2009
Dalam musyawarah itu dihadiri oleh para penatua adat ( Satua
Mbanua) dan juga warga kampung dan tak terkecuali juga para tukang turut hadir
bersama sama dalam musyawarah dimaksud. Adapun tujuan diadakannya musyawarah tersebut adalah untuk membicarakan besarnya upah yang harus dibayarkan kepada para tukang untuk menyelesaikan bangunan tersebut. Besarnya upah yang harus dibayarkan kepada mereka adalah disesuaikan dengan besarnya ukuran rumah yang harus di bangun. Untuk mengukurnya digunakan alat ukur yang dinamakan “Balika “ seumpama meter. Ukuran Balika ini diperkirakan 1 meter 20 atau sepanjang helai atap dari daun rumbia.
Ada 2 kewajiban yang harus dipenuhi oleh orang yang mendirikan rumah diantaranya adalah :
Famat artinya : Penentuan besarnya upah yang harus dibayrkan dan
diterima oleh seorang tukang. Penentuan ini disesuaikan dengan ukuran rumah yang diukur dengan menggunakan ukuran balika. Biasanya besarnya diperkirakan 5 rupiah perak ( Mata Uang Belanda ).
Fanu’a artinya adalah : Mengukur ukuran rumah yang akan di
bangun kedepan. Untuk mengukurnya maka diberikan wewenang kepada para tukang untuk mengukurnya disesuaikan dengan ukuran yang diberikan oleh orang yang empunya rumah. Besarnya biaya yang harus dibayarkan adalah diperkirakan juga sebesar 5 rupiah perak.
Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository © 2009
Setelah kewajiban itu dipenuhi oleh orang yang membangun rumah maka uang tersebut dibayarkan atau diserahkan kepada para penatua adat untuk dibicarakan dalam musyawarah kembali. Uang yang telah dibayarkan itu tidak tinggal begitu saja kepada para tua- tua adat tersebut melainkan masing –masing dari mereka menyumbangkan bahan bahan bangunan menurut kesanggupan masing –masing. Misalnya ada yang menyumbangkan sebatang kayu yang sering dinamakan” “Manawa “ yaitu sebuah kayu yang sangat kokoh jika dijadikan sebagai bahan bangunan rumah dan masih banyak lagi kayu yang bisa dijadikan sebagai bahan bangunan.
Setelah semuanya masing–masing memberikan sumbangannya maka ditentukan waktu untuk dikerjakan secara bersama–sama mulai dari penebangan, pengupasan kulit kayu, pengergajian hingga pada akhirnya bisa digunakan sebagai bahan bangunan. Misalnya ada yang dijadikan sebagai papan, tonggak dan masih banyak lagi. Kemudian setelah semua bahan telah siap dikerjakan maka orang yang empunya rumah kembali mengadakan musyawarah untuk membicarakan bahwa bahan bangunan telah siap maka kegiatan selanjutnya adalah mengangkat bahan tersebut yang diambil dari kebun atau hutan urntuk dibawa ketempat bangunan tersebut . Untuk mengerjakannya maka diundanglah semua warga kampung untuk bergotong royong tanpa kecuali tua muda anak anak yang bisa bekerja diharuskan untuk ikut bersama sama mengangkat bahan tersebut. Dari kegiatan inilah nampak semangat kekeluargaan dan kegotong royongan diantara sesama warga kampung. Akan tetapi kegiatan ini dilakukan tanpa ada upah atau gaji yang harus diterima oleh masing masing melainkan mereka hanya dibayar dengan gaji sepiring nasi saja.
Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository © 2009
Orang yang punya bangunan memberikan makanan dan memotong beberapa ekor babi sebagai lauk mereka. Dari sinilah kita bisa melihat bahwa masyarakat Nias telah benar benar memiliki semangat kebersamaan. Oleh sebab itu mereka punya semboyan dalam bahasa Nias Yaitu : “ Aoha Noro Nilului Wahea
Aoha noro nilului waoso alisi khoda tafadaya daya hulu tafaewolo wolo. Artinya.
Sesulit dan seberat apapun suatu pekerjaan akan terasa mudah jika dikerjakan secara bersama sama.
Semua beban jadi tanggungan bersama tidak hanya dipikirkan oleh satu orang. Satu hal bukti kebersamaan ini adalah orang yang membangun rumah tidak susah memikirkan pengadaan bahan bangunannya melainkan ditanggung bersama oleh warga kampung. Itulah ciri khas masyarakat Nias pada zaman dulu
Adapun bahan dasar untuk pembangunan sebuah rumah adat nias adalah :
1 Ehomo adalah penopang kaki rumah supaya kuat. Ukurnnya disesuaikan
menurut selera yang punya rumah.
2 Diwa adalah bagian bahan rumah yang gunanya untuk menyambung semua
bahan bahan.
3 Sil t adalah : Yang menyatukan Ehomo rumah supaya bisa satu. Di Siloto inilah ndriwa tadi disambungkan kemudian dililitkan masing masing. Bahan bahan itu tidak menggunakan paku melainkan dibor (dilubangi) dan kemudian pada kayu yang telah dibor itu masing masing dirangkai sehingga menyatu
Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository © 2009
Pada saat peresmian mereka melakukan suatu atraksi di ruang tamu rumah adat nias yang baru selesai dibangun tersebut yaitu molaya yang mana tujuannya adalah untuk menguji ketahanan dari rumah adat yang baru dibangun tersebut. bentuk dari atraksi tersebut adalah dengan menari yang gerakannya dilakukan dengan melompat-lompat
Setelah pesta siap dan rumah adat pun siap maka semua rahang babi yang telah disembelih sejak awal pendirian rumah adat dipajang didinding sebagai lambang kejayaan dan kenang-kenangan untuk anak cucu yang bersangkutan