• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI…

A. Batik

5. Proses Pembuatan batik

Dalam buku Seni Kerajinan Batik Indonesia, yang dimaksud dengan ‘teknik membuat batik‘ adalah proses-proses pekerjaan dari permulaan, yaitu dari kain (mori) batik sampai menjadi kain batik.

Pembuatan batik berdasarkan teknik pembuatannya ada 2 macam, yaitu :

a. Batik Tulis ialah batik yang dihasilkan dengan cara menggunakan canting tulis sebagai alat bantu dalam melekatkan cairan malam pada kain. Jenis batik tulis pun beragam yaitu batik tulis dan kasar. Kehalusan batik tulis ditentukan oleh mori yang dipilih, caranya menulis dengan canting, keberhasilan dalam pewarnaan dan keahlian pembatiknya. Batik ini disebut juga batik carik

b. Batik cap ialah batik yang diproses menggunakan canting cap sebagai pengganti canting tulis dalam menerapkan lilin pada kain ( Indonesia Indah seri batik, 1997 : 17-19 ).

Berbagai perlengkapan, peralatan, bahan dan proses pembuatan batik tulis adalah sebagai berikut :

Perlengkapan dan peralatan membatik khususnya batik tulis tidak banyak mengalami perubahan dari dulu sampai sekarang, antara lain adalah :

a.Gawangan, yaitu perkakas untuk menyangkutkan dan membentangkan kain sewaktu dibatik. Dibuat dari kayu atau bambu sehingga mudah dipindahkan. b.Wajan merupakan tempat untuk mencairkan malam atau lilin batik, dibuat dari

logam baja atau alumunium. Wajan sebaiknya bertangkai untuk memudahkan mengangkat dan menurunkannya dari perapian.

c.Kompor digunakan sebagai pengganti anglo untuk memanaskan malam, biasanya berukuran kecil dengan api yang dapat disesuaikan besar kecilnya. d.Taplak ialah kain untuk menutup paha si pembatik supaya tidak terkena tetesan

malam sewaktu canting ditiup atau pada waktu membatik. Biasanya berupa kain bekas.

e.Saringan ialah alat untuk menyaring malam panas yang banyak kotorannya supaya tidak mengganggu jalannya malam pada cucuk canting sewaktu dipergunakan sewaktu membatik.

f. Canting ialah alat pokok untuk membatik yang dipergunakan untuk menulis (melukiskan cairan malam), untuk membuat motif-motif yang diingginkan. Alat ini terbuat dari tembaga berbentuk menyerupai mangkok kecil dengan cucuk atau carat diujungnya sebagai jalan keluarnya malam. Bagian tangkainya terbuat dari tebu kering atau bambu.

Menurut fungsinya ada 2 macam canting :

1) Canting reng-rengan yang dipergunakan untuk membatik reng-rengan. Reng-rengan adalah batikan pertama kali sesuai dengan pola sebelum dikerjakan lebih lanjut. Canting ini bercucuk sedang dan tunggal.

2) Canting isen adalah canting untuk membatik isi bidang atau untuk mengisi pola, canting isen bercucuk kecil baik tunggal maupun rangkap. Menurut banyaknya carat, canting dibedakan menjadi 7 macam, yaitu canting cecekan (1), canting loron (2), canting telon (3), canting prapatan (4), canting liman (5), canting byok ( carat berjumlah ganjil, 7 atau lebih ) dan canting renteng atau galaran ( jumlah carat 4 atau 6 ). Menurut ukuran caratnya terdapat 3 jenis canting, yaitu : canting carat kecil, sedang dan besar ( Hamzuri, 1989 : 6-10).

5.2Bahan-bahan

Bahan-bahan untuk membuat batik pada umumnya meliputi mori batik, lilin batik dan zat pewarna. Meskipun ada kemungkinan terjadi sedikit perbedaan antara daerah satu dengan daerah lainnya.

a. Mori Batik

Mori batik adalah kain putih yang dipergunakan sebagai bahan baku batik, disebut pula kain ‘muslim atau cambric’. Bahan dasar kain mori dapat berasal dari katun, sutera asli atau sutera tiruan. Mori dari katun lebih umum dipakai, adapun jenis-jenisnya dibedakan atas 4 golongan, yaitu :

1) Primissima adalah golongan kain yang paling halus, biasanya untuk keperluan batik tulis dan mengandung sedikit kanji.

2) Prima adalah golongan mori halus, dapat digunakan untuk batik tulis maupun cap.

3) Mori biru, bahan ini biasanya untuk membuat batik kasar dan sedang. Disebut mori biru karena biasanya merk kain dicetak dengan warna biru.

4) Mori blaco adalah golongan kain yang kualitasnya paling rendah dan kasar, disebut juga kain grey, karena biasanya dijual dalam keadaan belum diputihkan.

b. Lilin batik

Lilin batik atau malam adalah bahan yang dipakai untuk menutup kain dengan gambar motif batik, sehingga permukaan yang tertutup tersebut menolak warna yang diberikan kepada kain. Malam batik dibuat dari beberapa bahan diantaranya gondorukem, damar matakucing, parafin (putih dan kuning), microwax, lemak binatang ( kendal gajih ), minyak kelapa, lilin tawon dan lilin lanceng.

Menurut kegunaanya lilin batik dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu :

1) Tembokan : untuk menutupi mori atau nemboki bagian-bagian di luar motif

agar tetap putih. Lilin batik ini bersifat lekat, tahan pada pencelupan, tidak mudah pecah dan agak sukar hilang.

2) Klowong : khusus digunakan untuk membatik bagian motif hias dari pola,

baik kerangka motif maupun isiannya. Malam ini bersifat halus, agak encer, lemas dan tidak mudah pecah.

3) Biron : untuk menutup warna biru dalam proses batik tradisional sogan kerokan, bersifat encer, mudah pecah, sedikit sukar sewaktu dilorod dan sering tembus ketika diwarna ( Subandi, 1990 : 14-15).

c. Zat pewarna dan obat pembantu

Bahan pewarna tekstil amat beragam, tetapi tidak semua dapat digunakan untuk batik, disebabkan :

1) Pada pewarnaan batik dikerjakan tanpa pemanasan, karena batik menggunakan lilin batik

2) Lilin batik pada umumnya tidak tahan terhadap alkali yang kuat.

3) Terdapat tahap menghilangkan lilin atau nglorod dengan air panas pada akhir proses pembuatan batik dan tidak semua cat tahan terhadap rebuasan dalam air lorodan ( Susanto, 1980 : 69 ).

Zat warna batik ada dua, yaitu zat warna alami dan buatan atau sintetis. Zat warna alami diambil dari akar, batang, kulit, daun dan bunga tumbuhan atau getah buang binatang. Masuknya zat warna sintetis dari luar negeri seperti naphtol, indigosol dan berbagai pewarna sejenis mengakibatkan beralihnya para pembuat batik menggunakan zat warna buatan, karena pemakaiannya lebih muda, prosesnya cepat dan warna lebih tahan terhadap zat tertentu. Zat warna buatan atau disebut cat batik yang banyak dipakai dalam pembuatan batik masa kini adalah naphtol, indigosol dan reaktif. Naphtol digunakan untuk membuat warna-warna tua yang tajam dan kuat, termasuk warna soga. Indigosol banyak dipakai untuk membuat warna-warna lembut atau muda.

1) Naphtol memiliki beberapa nama dagang sesuai nama pabrik yang membuatnya, misalnya Brenthol ( Inggris ) atau Naphatanil ( Amerika ). Proses pewarnaan dengan naphtol dilakukan 2 kali, yaitu pencelupan dalam naphtol dan larutan garam diazo sebagai pembangkit warna. Bahan yang dipakai adalah naphtol 3-4 gram per liter, TRO ( obat dispersi untuk melarutkan cat ) 2 kali cat, Soda api ( pelarut cat ) 38º Be 2 kali cat dan garam diazo 2-3 kali cat.

Ada 2 cara melarutkan naphtol, yaitu dengan cara dingin dan panas, tetapi cara dingin jarang dipakai dalam pewarnaan batik. Pelarutan panas adalah bubuk naphtol dipasta dengan sedikit air dan TRO, dituangi air panas sambil diaduk-aduk. Soda api yang diperlukan dituangkan sedikit-sedikit dan diaduk sampai menjadi larutan jernih. Kain yang telah dibatik direndam dalam larutan ini, kemudian dihatuskan dengan digantung ditempat yang teduh. Garam dilarutkan dalam air dingin, dengan ditaburkan sedikit-sedikit kedalam air sambil diaduk-aduk. Kain yang telah dicelup dengan naphtol dimasukkan kedalam larutan garam selama 15 menit sampai timbul warna. Pencelupan dapat dilakukan beberapa kali dan bila telah seselai dicelup, segera dicuci.

Beberapa contoh larutan naphtol dan garam dan warna pokok yang dihasilkan adalah

§ Warna kuning, naphtol yabg mengandung warna kuning yaitu AS-G direaksikan dengan macam-macam garam.

Naphtol AS-G + Garam kuning OC ... kuning Naphtol AS-G + Garam Merah GG ... kuning muda Naphtol AS-G + Garam Bordo GP ... Kuning tua

§ Warna merah ( AS, AS-D, AS-BO + Garam merah ), Naphtol AS mempunyai sifat netral, warnanya menurut warna garamnya.

Naphtol AS + Garam Merah B ... merah Naphtol AS-BO + Garam Merah GG ... merah

§ Warna biru ( AS, AS-BO, AS-D + garam biru )

Naphtol AS + Garam Biru BB ... biru muda Naphtol AS + Garam Biru B ... biru tua

Naphtol AS-BO + Garam biru B ... biru tua Naphtol AS-D + Garam biru BB ... biru muda, dst

§ Warna coklat

Naphtol AS-LB + Garam merah GG ... Coklat Naphtol AS-LB + Garam kuning CG ... Coklat Naphtol AS-LB + Garam biru BB ... Coklat

§ Warna hitam

Naphtol AS-OL + Garam hitam B ... Hitam Naphtol AS-G + Garam hitam B ... Hitam

2) Indigosol disebut juga zat bejana larut, tetapi jika cat tersebut dioksidasikan berubah menjadi bentuk yang tidak larut dan berwarna. Oksidasi untuk menimbulkan warna dipakai nitrit dan asam. Nama dagang Indigosol adalah Algosol ( USA ), Tinosol ( Swiss ) atau Soledon ( Inggris ).

Sifat-sifat cat indigosol adalah:

§ Tahan terhadap garam-garam dari air sadah.

§ Larutan tidak tahan sinar matahari dan uap asam.

§ Temperatur penyerapan optimal pada umumnya 20º-25º celcius dan pada temperatur lebih tinggi dari 60º menjadi tidak stabil.

Cat indigosol dipakai dengan 2 cara yaitu dicelup dan dicolet. Cat yang digunakan untuk coletan dilarutkan dengan konsentrasi yang besar dengan formula 8gr indigosol/ 100 cc larutan. Cara pemakaiannya adalah cat dipasta dengan sedikit air sampai rata dan basah, kemudian dituangi air panas ( 60 c ) sambil diaduk sampai menjadi larutan yang jernih. Setalh larutan dingin, dapat dipakai untuk mewarnai.

Cara pengerjaannya adalah kain dicolet ( dengan kwas), mula-mula sebelah luar setelah selesai dibalik, diterusi dan dibiarkan semalam. Bagian yang telah dicolet, dibangkitkan warnanya dengan lerutan asam dan nitrit. Kain lalu dicuci dan dapat dikerjakan tahap selanjutnya. Pada proses celup indigosol dilarutkan dalam konsentrasi yang lebih kecil, contoh resepnya : indigosol 2-3 gram/ liter, asam 10-20 cc dan nitrit 3-5 gram. Cara pengerjaannya hampir sam, yaitu indigosol dipasta dengan air, dituangi air panas dan nitrit yang telah dilarutkan, lalu ditambah air dingin. Kain dicelup setelah larutan dingin, dihatuskan sebentar dan kemudian dijemur. Bila telah cukup kering, kain disareni dengan asam dan selanjutnya dicuci. Beberapa jenis indigosol dan warna yang dihasilkan nya adalah indigosol Rosa IR menghasilkan warna merah mawar, Indigosol orange HR menghasilkan warna orange dan indigosol 04B menghasilkan warna biru muda.

3 ) Cat reaktif disebut juga cat procion, yaitu golongan cat baru yang mengadakan cat gabungan dengan bahan yang diwarna i secara ‘direct chemical linkage’. Yang termasuk golongan cat reaktif adalah Remazol ( Hoechst), cibacron (ciba), Procion (ICI), Uhotive(Uho) dan Eliziane (FMC). Pemakaian cat ini dapat dilakukan dengan mencelup secara panas atau dingin. Tetapi pada pewarnaan batik menggunakan procion dingin oleh karena cat procion kurang tahan lorodan dan tiupan lilin dan warnaya pun mencolok. Dan hanya untuk proses pewarnaan terakhir sebelum dilorod atau setelah dilorod untuk memberikan warna tipis pada dasar.

Ada juga cat reaktif lainnya yaitu cat drimarene. Dibuat oleh pabrik cat Sandoz Switzerland. Cat ini sanagt baik untuk pewarnaan batik, karena dengan menggunakan cat ini lilin batik tidak rusak dan warna tidak luntur oleh proses lorodan. Zat warna reaktif Drimarene-R mempunyai deret warna yang lengkap, warna

brilliant dan sebagian besar adalah warna-warna mode yang banyak disukai pada selera masa kini. Warna- warna cerah seperti ini sukar diperoleh dengan zat warna yang lain.

Ada beberapa sifat-sifat Drimarene, yaitu :

a. Ketahanan dalam penyimpanan pada keadaan normal tidak terbatas ( tahan pada penyimpanan ).

b. Mempunyai reaktipitas tinggi. c. Mempunyai tahan cuci yang baik. d. Mudah larut dalam air.

e. Warna cerah ( Brilliant )

5.3 Proses Membatik

Pengerjaan dari mori batik menjadi kain dibagi menjadi tahap-tahap yaitu : a. Persiapan membuat batik

Mori sebelum dibatik harus diolah terlebih dahulu. Kain mori awalnya dipotong-potong sesuai kebutuhan, kemudian di plipid atau dijahit ujung-ujungnya, supaya benang paling tepi tidak terlepas. Kain selanjutnya dicuci agar kanji yang ada larut dan bersih, lalu kain dikanji ulang secara tipis atau ringan dan dijemur. Tahap selanjutnya kain dikemplong, yaitu dipukuli berulang-ulang dengan pemukul dari kayu supaya benang-benang menjadi kendor dan lemas, sehingga cairan lilin mudah meresap.

Kain yang telah dikemplong dapat langsung dipakai atau dilipat dan disimpan. Apabila langsung dipakai kain digambari pola terlebih dahulu. Bagi orang yang telah ahli membatik, bila akan membatik dengan motif parang-parangan atau motif lain

yang lurus umumnya memakai cara dengan di ‘ rujak’. Artinya membatik tanpa menggunakan pola ( Hamzuri, 1989 :15 )

b. Membatik

Pembuatan batik tulis di mulai dengan menulis atau membatik dengan lilin batik. Proses membatik dikerjakan tahap demi tahap dan dalam waktu yang tidak bersamaan. Tahap-tahap dari membatik adalah :

1) Nglowongi, yaitu membatik kerangka batik, disebut mola dan menggunakan canting klowong.

2) Ngisen-iseni, yaitu memberi isian pada bidang kosong, batikan yang lengkap dengan isen-isen disebut reng-rengan.

3) Nerusi adalah membatik pada permukaan kain yang lain dari kain yang telah

dibatik dengan mengikuti motif pembatikan yang pertama.

4) Nembok, yaitu menutup bagian-bagian yang tidak diberi warna atau akan diberi warna yang bermacam-macam sewaktu proses penyelesaian kain. Pada batik tulis dapat dilanjutkan dengan proses nerusi tembokan supaya bagian-bagian yang ditembok benar-benar tertutup, disebut sebagai bliriki.

c. Mewarnai Batik

Tahap pewarnaan batik dilakukan setelah kain batik selesai diklowongi dan diiseni. Pewarnaan batik dilakukan secara dingin supaya lilin batik tidak ikut larut, baik dengan sisitim celup maupun colet. Macam-macam perwarnaan pada pembuatan kain batik antara lain :

1) Medel adalah memberi warna biru tua pada kain. Untuk kain sogan kerokan,

medel adalah warna pertama yang diberikan pada kain dan dilakukan secara celupan.

2) Celupan warna dasar untuk batik berwarna, seperti batik pekalongan dan Cirebon, maka batik tidak diwedel tetapi sebagai gantinya diberi warna yang lain, misalnya hijau atau merah. Warna dasar ini agar tidak berubah pada pewarnaan berikutnya atau ketumpangan warna lain, maka perlu ditutup dengan lilin batik.

3) Menggadung, yaitu menyiram kain batik yang diletakkan terbuka diatas papan atau meja dengan larutan cat. Cara ini menghemat cat, tetapi hasilnya kurang rata. Umumnya cara ini dikerjakan oleh para pembuat batik pekalongan.

4) Coletan atau dulitan ialah memberi warna pada kain batik setempat dengan larutan cat yang dikuaskan atau dilukiskan dimana daerah yang diwarnai itu dibatasi oleh garis-garis lilin sehingga warna tidak menyebar kedaerah lain.

5) Menyoga adalah memberi warna coklat pada kain batik. Pada kain sogan Solo

dan Yogya, menyoga merupakan pewarnaan terakhir.

Bahan pewarna yang biasa digunakan adalah Naphtol dan indigosol atau terkadang juga rapid dan Indanthren. Proses pewarnaan sehelai kain batik dapat berlangsung beberapa kali untuk menghasilkan warna yang rata dan baik.

d. Menghilangkan lilin

Lilin batik pada kain dapat dihilangkan sebagian atau keseluruhan. Bila lilin yang dilepaskan hanya pada tempat-tempat tertentu, disebut ‘ngerok’ atau ‘ngeri’. Caranya adalah dengan menggaruk lilin itu dengan semacam pisau tumpul yang berbentuk U. Pada kain sogan Solo-Yogya, ngerok dilakukan setelah kain di wedel, yaitu untuk membuka lilin klowong pada bekas lilin itu nantinya akan diberi warna soga.

Pada akhir proses pembuatan batik, lilin dihilangkan seluruhnya. Proses ini disebut ‘mbabar’ atau ‘ngebyok’ atau melorod, kain batik yang telah diwarnai dimasak didalam air panas sampai lilin meleleh dan lepas dari kain. Air panas untuk lorodan biasanya diberi soda abu atau kanji. Batik dengan bahan sutera atau serat protein yang lain, dalam air lorodan diberi emulsi minyak tanah atau tepol. Saat ini bahan tersebut jarang digunakan dan diganti dengan waterglass. Kain batik yang telah selesai dilorod kemudian dicuci dan dikeringkan.

e. Memecah Lilin.

Pada beberapa kain batik sering dijumpai efek remukan yang dibuat dengan cara memecah lilin tembokan atau ngeremuk, agar lilin pecah dengan teratur. Pada garis-garis pecahan itu nantinya diwarna, sehingga pada kain batik itu terjadi gambaran dari garis-garis bekas pecahan lilin. Peremukan lilin biasanya dilakukan pada kain dalam keadaan basah. Batik pecahan biasa disebut batik wonogiren.

Dokumen terkait