• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Pengajuan Izin Menggunakan Tenaga Asing (IMTA)

BAB III PEMBAHASAN

Ragaan 3. Proses Pengajuan Izin Menggunakan Tenaga Asing (IMTA)

Untuk mengajukan permohonan IMTA baru, pengguna TKA membawa tanda terima hasil pendaftaran permohonan secara online melalui web http//tka- online.kemnaker.go.id dengan meng-upload dokumen-dokumen yang dipersyaratkan, sebagai berikut:

a. Keputusan pengesahan RPTKA yang masih berlaku;

b. Polis asuransi TKA di perusahaan asuransi berbadan hukum Indonesia bagi TKA yang bekerja lebih dari 6 bulan

c. Passport TKA yang akan dipekerjakan;

d. Bukti pembayaran DKP-TKA melalui bank pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri;

e. Draft perjanjian kerja atau perjanjian melakukan pekerjaan;

f. Surat Rekomendasi dari instansi teknis terkait (apabila diperlukan);

g. Pas photo ukuran 4X6 berwarna sebanyak 2 (dua) lembar berlatar belakang merah (photo menggunakan kemeja berkerah dan tidak berkaos);

TKA PEMBERI KERJA

RPTKA (Min 4 SYARAT) Menteri /pejabat IMTA butuh membuat Mengajukan IMTA

h. Memiliki pendidikan yang sesuai dengan syarat jabatan yang akan diduduki oleh TKA;

i. Memiliki sertifikat kompetensi atau memiliki pengalaman kerja sesuai dengan jabatan yang akan diduduki TKA paling kurang 5 (lima) tahun; j. Surat penunjukan TKI pendamping.

4. Permenaker Nomor 35 Tahun 2015

Permenaker yang mulai berlaku sejak 23 Oktober 2015 ini memiliki beberapa poin krusial. Pertama, aturan baru ini menghapus ketentuan tentang kewajiban perusahaan merekrut 10 pekerja lokal jika perusahaan mempekerjakan satu orang TKA. Sebelumnya, pada Permenker Nomor 16 Tahun 2015, kewajiban untuk merekrut pekerja lokal tertuang dalam Pasal 3 ayat (1). Pemerintah beralasan pengapusan ini untuk memudahkan alih teknologi di berbagai perusahaan.

Selain menghapus kebijakan soal persyaratan bagi tenaga kerja asing yang masuk Indonesia, dalam Permenaker tentang tata cara penggunaan pekerja asing juga mendapat penambahan pasal baru.

Bunyinya: "Pemberi kerja TKA yang berbentuk penanaman modal dalam negeri dilarang mempekerjakan tenaga kerja asing dengan jabatan komisaris." Di aturan sebelumnya, tidak ada ketentuan ini. Artinya perusahaan yang dimiliki sepenuhnya oleh pemegang saham lokal, tidak dapat memberikan jabatan komisaris kepada warga asing. Sebenarnya selama ini pun, jarang ada perusahaan lokal yang menempatkan tenaga kerja asing di posisi komisaris, biasanya malah ada di jajaran direksi perusahaan.

Selain dua poin di atas, ada ketentuan lainnya yang perlu mendapatkan perhatian berkenaan dengan tenaga kerja asing. Yaitu, kewajiban pembayaran Dana Kompensasi Penggunaan (DKP) tenaga kerja asing sebesar 100 per Dollar AS jabatan setiap bulan dalam bentuk mata uang rupiah.

Kementerian Ketenagakerjaan lebih memilih mencabut ketetapan ini. Dengan demikian, maka perusahaan yang membayarkan DKP tenaga kerja asing tidak perlu lagi mengonversi ke mata uang rupiah karena bisa dalam Dollar AS. Alasan perubahan merujuk peraturan Bank Indonesia (BI) Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) yang memasukkan DKP ke dalam Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Akibatnya, perusahaan tidak diharuskan menggunakan mata uang rupiah. Dalam revisi Permenaker Nomor 16 Tahun 2015 itu, pemerintah juga telah menghapus aturan kewajiban bagi TKA untuk dapat berbahasa Indonesia.

B. Prosedur Perizinan Penggunaan Tenaga Kerja Asing

Menurut Spelt dan ten Berge motif-motif untuk menggunakan sistem izin dapat berupa :

1. Keinginan untuk mengarahkan (mengendalikan/sturen) aktivitas-aktivitas tertentu;

2. Mencegah bahaya bagi lingkungan.

3. Keinginan melindungi objek-objek tertentu. 4. Hendak membagi benda-benda yang sedikit.

5. Mengarahkan dengan menyeleksi orang-orang dan aktivitas, yang harus memenuhi syarat tertentu.8

Dari uraian yang telah dikemukakan, pada hakikatnya izin bukanlah instrumen untuk memperoleh pendapatan dan tidak seharusnya menjadi target peningkatan pendapatan.

Adapun prosedur perizinan penggunaan TKA di Indonesia diatur dalam : 1. Sebelum Berlakunya UU 13/2003

Sebelum berlakunya UU 13/2003, ketentuan mengenai penggunaan TKA di Indonesia tunduk pada Undang-Undang Tentang Penempatan Tenaga Kerja Asing, No. 3 Tahun 1958. LN No. 8 Tahun 1958, Pasal 2 ayat (1) yang menyebutkan bahwa pemberi kerja dilarang menggunakan TKA (pada UU ini disebut penempatan TKA) tanpa izin dari Menteri.

Dalam menggunakan TKA, UU membatasi jangka waktu izin sesuai jangka waktu yang ditentukan dalam izin tersebut dan dapat diperpanjang. Undang- Undang Tentang Penempatan Tenaga Kerja Asing, No. 3 Tahun 1958. LN No. 8 Tahun 1958, Pasal 3 ayat (3).

Izin tersebut dapat diberikan untuk satu atau beberapa orang yang akan menjalankan pekerjaan untuk jabatan- jabatan tertentu. Undang-Undang Tentang Penempatan Tenaga Kerja Asing, No. 3 Tahun 1958. LN No. 8 Tahun 1958, Pasal 3 ayat (4).

Keputusan Presiden tentang Pembatasan Penggunaan Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang, Keppres Nomor 23 Tahun 1974, Pasal 1 ayat (3) jo. Pasal 4.

8 Dr. Philipus M.Hadjon, S.H., Pengantar Hukum Perizinan, . Penerbit Yuridika, Surabaya, 1993 hlm 4

lebih lanjut menentukan bahwa penggunaan TKA haruslah mendapatkan izin Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi terlebih dahulu, serta memberikan sanksi pencabutan izin mempekerjakan TKA ataupun izin usaha dalam hal pengguna TKA tidak mematuhi ketentuan berdasarkan Keppres ini. Keputusan Presiden tentang Penggunaan Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang, Keppres Nomor 75 Tahun 1995, Pasal 2.

kemudian disebutkan bahwa penggunaan TKA dapat dilakukan dalam hal bidang dan jenis pekerjaan belum atau tidak sepenuhnya dapat diisi oleh TKI dan dibatasi sampai batas waktu tertentu.

Dalam Keppres ini disebutkan pula bahwa pengguna TKA perlu memiliki Rencana Penggunaan TKA terlebih dahulu serta mewajibkan melaksanakan program penggantian TKA kepada TKI Pasal 7 Jo. Pasal 8 dan memberikan sanksi bagi pengguna TKA maupun bagi TKA yang bersangkutan berupa sanksi pencabutan Keputusan Pengesahan Rencana Penggunaan TKA dan/atau Izin Mempekerjakan TKA.

Pemerintah kemudian melalui , Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia tentang Jangka Waktu Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang, Kepmenaker No. 173 Tahun 2000, Pasal 1. menentukan bahwa TKA dapat bekerja di Indonesia atas permintaan pengguna dan/atau sponsor yang telah memperoleh izin dari instansi yang berwenang, dalam Pasal 2 ayat (1) menentukan bahwa TKA dimaksud hanya dapat bekerja dalam hubungan kerja.

Pengguna TKA berdasarkan Kepmenakertrans ini Pasal 2 ayat (2) wajib memiliki RPTKA yang disahkan oleh Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja yang merupakan prasyarat dalam memperoleh IMTA (pada Kepmenakertrans ini disebut dengan istilah IKTA) Pasal 3 ayat (1) dimana RPTKA tersebut diberikan dalam jangka waktu maksimal 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang dengan mempertimbangkan kebutuhan pengguna dan kondisi pasar kerja dalam negeri yang tertuang pada Pasal 3 ayat 2).

Adapun IMTA ini diberikan sesuai dengan jangka waktu yang tercantum pada RPTKA (Pasal 4 ayat (1)) dan dalam hal jangka waktu jabatan yang diduduki oleh TKA melebihi 5 (lima) tahun, maka izin mempekerjakan TKA berikutnya hanya dapat diberikan setelah TKA memperbaharui visanya (Pasal 4 ayat (3)). Namun demikian, ketentuan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan tersebut di atas tidak diberlakukan bagi TKA dalam hubungan diplomatik atau konsuler, serta TKA yang memiliki jabatan yang tercantum dalam Akta Pendirian perusahaan (PMA), yaitu selaku Direksi atau Komisaris.

2. Setelah Berlakunya UU 13/2003

Setelah berlakunya UU 13/2003, Pemerintah terus mengeluarkan peraturan yang terus berubah-ubah, namun pada dasarnya memerlukan perizinan- perizinan sebagai berikut:

a. Pemberi Kerja TKA

Tidak semua institusi berhak mempergunakan TKA, yang berhak memperkerjakan TKA adalah

1) Instansi pemerintah

2) Badan-badan internasional 3) Perwakilan negara asing 4) Organisasi internasional

5) Kantor perwakilan dagang asing, kantor perwakilan perusahaan asing, kantor perwakilan berita asing

6) Perusahaan swasta asing, badan usaha asing yang terdaftar di instansi yang berwenang

7) Badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia dalam bentuk Perseroan Terbatas atau Yayasan

8) Lembaga sosial, keagamaan, pendidikan dan kebudayaan 9) Usaha jasa impresariat

Untuk dapat mengurus RPTKA pemberi kerja harus mendaftarkan dirinya secara online melalui http://tka-online.naker.go.id/daftar.asp. Daftar isian meliputi :

1) Informasi User

2) Informasi Pemberi Kerja 3) Ijin Usaha, dan

Dokumen terkait