• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBAHASAN

C. Proses Pengendalian Manajemen

Proses pengendalian manajemen berkaitan dengan antar manajer, dan manajer dengan bawahannya. Manajer tersebut berada dalam hal teknis, kemampuan interpersonal, pengalaman, pendekatan yang dilakukan dalam pembuatan suatu keputusan, sikap mereka kearah kesatuan dan lain-lain. Manajer dalam melaksanakan tugasnya meiliki anggota-anggota pelaksana. PKPU Human Initiative memiliki manajer sebagai kepala dalam bidang masing-masing. Kepala bidang program salah satunya, memiliki anggota pelaksana untuk program pemberdayaan, anggota tersebut adalah fasilitator.

7 Wawancara dengan Bapak Muthorik, Mantan Ketua PKPU cabang DIY, 08 Maret 2019, pukul 10:28 WIB.

Fasilitator ditempatkan pada program pemberdayaan. Sebelum fasilitator diterjunkan langsung kepada masyarakat fasilitator diberikan pelatian terlebih dahulu. Pelatihan tersebut yaitu TFT (trining for trainer). TFT diberikan diawal sebagai pengenalan seputar pemberdayaan. Seperti yang dijelaskan oleh mas Sulaiman selaku fasilitator sebagai berikut:

”Pengenalan dulu tentang apa namanya ee bagaimana sih proses pemberdayaan pada masyarakat, apasih pengembangan. Pemberdayaan itu apa, caranya seperti apa, dimulai dari apa, semuanya. Jadi ketika kita mau membuat program dimasyarakat, dimulai dari nol sampai tahap audit segala macam, tentang proses bagaimana keuangannya, semuanya dijelaskan. Jadi sistem pemberdayaan dimasyarakat.”8

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa dalam TFT yang dilakukan memberikan pelatihan dan pengetahuan kepada fasilitator sebelum diterjunkan di masyarakat. TFT memberikan pengetahuan tentang aspek-aspek pembuatan program pemberdyaan mulai dari awal pengenalan, proses keuangan yang dilakukan, sampai akhir program, dan audit. Selain itu juga diberikan pemahaman lebih banyak tentang sistem pemberdayaan pada masyarakat. Setelah pelatihan yang diberikan untuk fasilitator, ada kegiatan yang dilakukan untuk menunjang pengetahuan para fasilitator, yaitu dengan dilakukan sinau bareng (belajar bersama) atau kuliah pemberdayaan. Seperti yang diungkapkan oleh mas Sulaiman Sebagai berikut:

“Ya pasti di PKPU ada trainingnya terlebih dahulu. Biasanya disebut dengan kuliah pemberdayaan. Rutin setiap pekan malah sinau bahasa kita sinau bareng. Itu kuliah pemberdayaan. Jadi fasilitator itu selalu ada kuliahnya gitu loh. Biasanya yang ngisi dari kabid kita atau nggak dari dosen, kadang orang-orang dari perusahaan gitu. Penyampaian materi-materi tentang pemberdayaanlah kira-kira. Ada publik

speacing kira-kira, pelatihan bagaimana kita membuat rencana program, bagaimana melakukan eksekusi program, intinya materi, materi pemberdayaan.”9

Hal tersebut juga disampaikan oleh Bapak Agus sebagai berikut: “Kami biasanya melakukan TFT (trining for trainer). Selain itu ada koordinasi rutin setiap pekan untuk penyampaian gimana sih perkembangan program seperti apa, kemudian pelatihan rutin itu kita gunakan sebagai sinau bareng. Jadi semua fasillitator kita belajar bersama-sama untuk pemberdayaan.”10

Berdasarkan hasil yang dijelaskan oleh mas Sulaiman dan Bapak Agus dapat diketahui bahwa selain dilakukan TFT pada awal untuk fasilitator dilakukan juga sinau bareng sebagai kuliah yang dilaksanakan untuk menambah pengetahuan dan berbagi pengalaman sesama fasilitator. Materi dalam sinau bareng juga berbeda-beda tergantung kebutuhan. Pernyataan tersebut terlihat beberapa materi yang sudah dilaksanakan seperti pemberian materi-materi tentang pemberdayaan, public speaking, pelatihan untuk membuat rencana program, melakukan eksekusi program, dan yang pada intinya adalah materi pemberdayaan. Setelah dilakukan pelatihan maka fasilitator akan melaksanakan proses pemberdayaan dalam program yang diberikakn untuk masyrakat. Adapun proses pengendalian formal meliputi kegiatan-kegiatan berikut:

1. Perencanaan strategi

Perancanaan strategi (pemrograman) adalah proses memutuskan program-program utama yang akan dilakukan suatu organisasi dalam

9

Wawancaradengan Mas Sulaiman, Fasilitator, 14 Maret 2019, pukul 14:30 WIB. 10 Wawancara dengan Bapak Agus, Kepala Bidang Program, 28 Februari 2019, pukul 14: 13 WIB.

rangka implementasi strategi dan mekanisir jumlah sumber daya yang akan dialokasikan untuk tiap-tiap program jangka panjang beberapa tahun yang akan datang. Keluaran dari proses perencanaan strategi berbentuk dokumen yang dinamakan strategic plan (atau sering juga disebut program), dalam organisasi nirlaba, bentuk utama jasa organisasi yang ditawarkan merupakan suatu program.11

Perencanaan strategi merupakan langkah awal yang harus dilakukan sebelum memulai tahap selanjutnya. Tahap awal tersebut merupakan serangkaian proses yang tersususn sistematis mulai dari pnelitian dan pengamatan, merumuskan dan mengolah hasil pengamatan, hingga memutuskan program-program utama yang akan dibuat. Program tersebut akan dibuat sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan permasalahan yang terjadi, berdasarkan pengamatan yang dilakukan langsung dilapangan. Hal tersebut sebagaimana yang disampaikan oleh kepala bidang program PKPU Bapak Agus berikut:

“PKPU ee human initiative melakukan yang namanya social mapping. Kenapa social mapping, karena kita akan tau kondisi masyarakat seperti apa, akan bisa terpetakan. Katakanlah suatu daerah misalkan daerah A kita lakukan sociap mapping disana, kita lakukan kajian disana, kita akan mengetahuai masalah yang ada dimasyarakat itu seperti apa, dan potensi-potensi seperti apa itu akan kiita ketahui karena kita menggunakan beberapa metode dalam pendekatan partisipatif masyarakat. Kita bisa menggali sebanyak-banyaknya apa saja sih permasalahan mereka, atau potensi apa. Nah kita akan atau masalah dan potensi.”12

11

Abdul Halim dkk, Sistem Pengendalian Manajemen..., hl. 15-26.

12 Wawancara dengan Bapak Agus, Kepala Bidang Program, 28 Maret 2019, pukul 10:14 WIB.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa staf program melakukan social mapping terlebih dahulu sebelum memutuskan program apa yang akan diberikan kepada masyarakat sebagai penerima manfaat. Social mapping tersebut menunjukan kondisi masyarakat secara keseluruhan. Mulai dari masalah yang ada dimasyarakat hingga potensi yang dimiliki masyarakat. Dari masalah tersebut dapat diketahui solusi yang tepat untuk mengatasi masalah yang terjadi. Selain itu dari sisi potensi yang dimiliki dapat menjadi kelebihan yang dapat dikembangkan serta menjadi solusi dari masalah yang terjadi. Mas Sulaimna menambahkan:

“Jadi potensi pertama mereka pedagang, bahwa artinya mereka itu tempat perputaran uang. Tapi celakanya adalah modalnya itu tidak stabil, jadi mereka butuh untuk meminjam uang, dan karena mereka sibuk dengan berdagang jadi kelihatan seolah-olah apa ya semangat guyubnya kurang dengan masyarakat sekitarnya. Makanya kita adakan itu, biar selain permodalan mereka juga biar mereka tidak bergantung untuk permodalan dengan pihak ketiga bank atau renternir, dan juga membuat mereka fokus kelingkungan. Kan mereka aktivitas diluar, dengan adanya kelompok kan mereka ada tempat untuk rembug, e apa namanya ada tempat ntuk mereka mikir bersama-sama lingkungannya. Selain permodalan juga aktivitas sosialnya, itulah yang sebenarnya kita bidik. Karena memang PKPU selama ini programnya walaupun namanya program ekonomi tapi tidak serta merta tentang ekonomi saja tapi nanti kesosialnya juga.”13

Pernyataan mas Sulaiman tersebut menjelaskan bahwa dari sociap mapping yang dilakukan menghasilkan informasi bahwa pada RT 54 RW 09 Mujamuju memiliki potensi untuk dilakukan reaktivasi kelompok simpan pinjam. Pada kelompok tersebut dapat diberdayakan melalui

ekonomi dengan kelompok simpan pinjam tersebut dan juga melalui sosialnya yang akan membuat anggota kelompok lebih banyak berpartisipasi. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil social maping yang dilakukan, karena dalam social mapping terdapat metode-metode yang diperhatikan, seperti yang disampaikan bapak Agus sebagai berikut:

“Kalau kita bicara itu (social mapping) ada lima hal metode penelitian. Ada lima hal sebagai modal dasar, yang pertama human capitalnya, kemudian ada social capitalnya, kemudian ada financial capital atau finance capital ya dari ekonomi keuangan gitukan, ada phisic capital, yang terakhir natural capital.”14

Hal yang disampaikan bapak Agus tersebut menjelaskan social mapping memiliki beberapa faktor yang menjadi indikator pengamatan. Indikator tersebut diantaranya human capital, social capital, finance capital, phisic capital, dan natural capital. Masing-masing indikator tersebut menjadi hal penting yang harus di perhatikan, karena kelima indikator tersebut menjadi modal dasar penelitiaan dalam masyarakat. Indikator pertama human capital yang berarti penelitian dan pengamatan dilihat dari sumber daya manusia dan kemampuan yang dimiliki masyarakatnya. Kedua social capital yang berarti untuk mengetahui modal sosial dan kultur yang dimiliki oleh masyarakat. Ketiga finance capital yang berarti melihat kondisi masyarakat dari sisi keuangannya. Keempat phisic capital yang berarti modal fisik yang terlihat. Kelima natural capital yang berarti modal alam seperti sumber daya alam yang dimiliki. Hasil dari pengamatan tersebut akan diketahui keunggulan,

14 Wawancara dengan Bapak Agus, Kepala Bidang Program, 28 Maret 2019, pukul 10:16 WIB.

kekurangan, masalah, potensi dari masyarakat. Kelima modal dasar yang dilakukan menjadi rumusan atau kajian dalam menentukan program yang tepat untuk masyarakat.

Setelah tahap awal melakukan pengamatan dan penelitian dengan menggunakan social mapping, langkah selnajutnya yang dilakukan staf program adalah merumuskan semua hal yang diperlukan untuk melaksanakan program. Seperti menentukan jumlah sumber daya yang diperlukan, jangka waktu yang akan ditentukan, perkiraan dana yang diperlukan, serta memutuskan pelatihan atau pendampingan seperti apa yang akan diberikan. PKPU memiliki strategi tersendiri untuk merumuskan hal tersebut kedalam satu rencana program yang disebut dengan project management planning atauyang biasa disebut dengan PMP. Staf program beserta anggota fasilitator akan membuat PMP yang berisi hal-hal yang dibutuhkan, mulai dari awal sampai akhir. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Agus yang menjelaskan bahwa:

“Sebenarnya didalam pemberdayaan ada beberapa faktor yang pertama adalah memang perencanaan, kemudian implementasi dan monev dan sebagainya. Dalam perencanaan itu kita biasanya menggunakan PMP (project management palnning). Dalam project management paln ini ada beberapa hal yang kita lihat disini, yang pertama e apa namanya, ada terkait dengan waktunya, terkait dengan cakupan wilayahnya, terkait dengan costnya. Kemudian PMP ini kita akan melihat waktu yang dibutuhkan berapa lama, berapa orang yang dibutuhkan, berapa biayanya.Di

project management panning kita melihat itu.”15

15 Wawancara dengan Bapak Agus, Kepala Bidang Program, 28 Februari 2019, pukul 14:17 WIB.

Berdasarkan penyampaian Bapak Agus tersebut, dapat diketahui bahwa dalam perencanaan awal PMP akan dibuat terlebih dahulu. PMP yang dibuat berisi tentang program yang akan diberikan kepada masyarakat atau penerima manfaat. Program tersebut dibuat berdasarkan hasil penelitian diawal dengan menggunakan social mapping. PMP memuat informasi program secara lebih rinci semua hal yang dibutuhkan, seperti kaitannya dengan cakupan wilayah atau lokasi, sasaran penerima manfaat, sumber daya yang dibutuhkan, jangka waktu yang ditargetkan, anggaran yang dibutuhkan, kegiatan yang akan dilaksanakan, dan tujuan dari program tersebut. Setelah PMP dirumuskan ada alat lain yang digunakan sebagai strategi agar program akan berjala dengan baik yaitu LFA. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Agus sebagai berikut:

“... kemudiam membuat LFA (logical framework analisis). LFA ini kita gunakan sebagai acuan dengan apa yang akan kita gunakan goalsnya apa, outcomenya apa, outputnya apa, activitynya apa, apa visi untuk mencapai output itu, kemudian outputnya untuk mencapai outcome dan seterusnya itu kita rencanakan.”16

Berdasarkan penyampaian Bapak Agus diatas, dapat diketahui bahwa logical framework analisis atau yang disebut dengan LFA digunakan sebagai acuan pada kegiatan yang akan dijalankan. LFA memiliki beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya goals, outcome, output, activity. Goals memiliki arti tujuan, yaitu tujuan yang akan dicapai, outcome memiliki arti hasil, yan berarti hasil dari program

16 Wawancara dengan Bapak Agus, Kepala Bidang Program, 28 Februari 2019, pukul 14:17 WIB.

yang dibuat, output memiliki arti keluaran dari program yang dibuat, activity meiliki arti aktifitas atau kegiatan, yang berarti aktivitas atau kegiatan yang dilakukan. LFA yang dibuat merupakan sebagai acuan dan panduan pada saat program dilaksanakan, serta akan sangat membantu program terlaksana dengan baik.

Beberapa unsur yang terdapat didalam LFA yaitu goals, outcome, output, dan activity saling berkaitan satu sama lain. Semua unsur memiliki indikator pencapaian program. Kelompok simpan pinjam KSM Huasda Maju Lipat memiliki indikator ketercapaian yang ditargetkan, seperti yang disampaikan oleh mas Sulaiman sebagai berikut:

“Indikatornya ya terbentuknya kelompok simpan pinjam, adanya modal. Ada deskripsi program, nah ini ada keluarga memiliki sumber pendapatan tambahan yang berkelanjutan dengan aktivitas wirausaha diluar pekerjaan sehari-hari, itu KSM itu tadi. Nah indikator yang tercapai apa, terbentuk suatu kelompok keuangan mikro simpan pinjam itu, peningkatan pengetahuan tentang keuangan mikro. Jadi kemudian pengetahuan meningkat tentang pengelolaan keuangan mikro. Untuk mengetahui meningkat atau tidak setiap pelatihan itu di include nanti dibuat dalam satu aplikasi untuk melihat pengetahuan masyarakat meningkat atau tidak. Verifikasinya apa, ada dokumentasi daftar penerima, ada nanti laporan akhir, berkas-berkas segala macam. Jadi sebenarnya apasih indikator keberhasilan program simpan pinjam ini, karena kita kan masih tahun awal, awalnya kita hanya untuk memperbaiki sistem dan kelompok yang sudah ada dulu peninggalan dulu tapi masih rancu. Kita fokus untuk menguatkan itu. Makanya indikator keberhasilan kita itu sederhana aja yang penting terbentuk kelompok keuangan simpan pinjam, kemudian yang kedua pengetahuan masyarakatnya meningkat tentang pengelolaan keuangan itu. Itu indikator awal. Kalaupun misalnya sistemnya sudah baik dan segala macam baik itu adalah bonus sih, jadi program ini terlaksana kalau activity dan seterusnya tercapai.”17

Penuturan mas Sulaiman meberikan informasih bahwa indikator pencapaian dari kelompok simpan pinjam KSM Husada Maju Lipat yaitu terbentuknya kelompok keuangan simpan pinjam, dan meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan keuangan. Hal tersebut dibuat karena program ini merupakan program reaktivasi kelompok simpan pinjam yang sudah ada namun belum berjalan dengan baik. Sehingga dibuat pencapaian program untuk menguatkan kelompok tersebut dan memberikan pengetahuan tentang keuangan simpan pinjam. 2. Penyusunan anggaran

Penyusunan anggaran adalah proses pengoperasionalan rencana dalam bentuk pengkuantifikasian, biasanya dalam unit moneter, untuk ukuran waktu tertentu. Hasil dari penyusunan anggaran adalah anggaran. Anggaran merupakan rencana yang digunakan secara kuantitatif biasanya dalam unit moneter, meliputi periode waktu tertentu, biasanya satu tahun. Program atau strategic plan yang telah disetujui pada tahap sebelumnya, merupakan titik awal dalam memepersiapkan anggaran. Anggaran menunjukan jabaran dari program dengan menggunakan informasi terkini. Proses penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan suatu proses negosiasi antara manajer pusat pertanggungjawaban dan atasannya.

Penyusunana naggaran pada program dibuat oleh kepala bidang program beserta tim program. Semua anggaran ditetapkan sesuai dengan kegiatan yang telah disusun. Kegiatan teresebut memerlukan dana untuk

menunjang kegiatan yang akan dilaksanakan.18 Dana tersebut digunakan untuk pemateri ketika ada pelatihan, pendampingan, dan juga sarana prasarana yang digunakan untuk kegiatan tersebut. Setiap kegiatan yang disusun sudah memiliki jadwal atau timeline masing-masing. Sehingga anggaran yang disusun juga memiliki timeline sesuai dengan kegiatan-kegiatan tersebut. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan yang diberikan oleh mas Sulaiman selaku fasilitator pada program initiative for empowerment sebagai berikut:

“Kita kan ada yang namanya time line. Dimana bulan ini akan dilaksanakan berarti anggaran untuk program ini akan dicairkan. Bulan besok progrram ini akan dilaksanakan, jadi dia dibuat periode. Tergantung pada time line. Kalau time line berubah karena kondisi, kita buat time line baru. Misalnya program A harus terlaksana, tapi misalnya programnya belum terlaksna, tetap uang itu akan kita kembalikan. Kita akan buat time line baru untuk pencairan uang itu di bulan selanjutnya. Jadi keuangan itu nanti diberikan kefasil. Misalnya kita mau beli mesin itu langsung dari cabang ketoko. Via transfer, jadi tidak melalui fasilitator. Yang kefsilitator biasnya capacity building, pelatihan masyarakat, terus kemudian pendampingan, terus monitoring dan evaluasi, ee yang kecil-kecillah misalnya, itu yang dipegang oleh fasilitator. Kalau pembelian mesin biasanya dari cabang ketoko.”19

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa keuangan yang sudah disusun akan dicairkan setiap bulan. Ketika kegiatan akan dilaksanakan maka dana baru akan dicairkan. Setelah dicairkan dana tersebut diberikan kepada fasilitator untuk digunakan dalam melaksanakan kegiatan.

18

Wawancara dengan Bapak Agus, Kepala Bidang Program, 28 Februari 2019, pukul 14:19 WIB.

3. Pelaksanaan

Selama tahun anggaran manajer melakukan program atau bagian yang menjadi tanggungjawabnnya. Laporan yang dibuat hendaknya menunjukan dapat menyediakan informasi tentang program dan pusat pertanggungjawaban. Laporan pusat pertanggungjawaban juga harus menunjukan informasi tentang anggaran dan realisasinya baik itu informasi untuk mengukur kinerja keuangan maupun non keuangan, informasi internal maupun informasi ekternal.20

Pelaksanaan program dilakukan secara teratur dan continue. Program selalu dilakukan sesuai dengan langkah-langkah yang sudah disusun. Pelaksanaan program memiliki banyak elemen yang ikut serta didalamnya, mulai dari tim program, fasilitator dan masyarakat. Pelaksanaan program ini juga mengacu pada LFA yang sudah disusun sebelumnya. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Agus sebagai berikut:

“Kalau program sosial banyak faktor yang berpengaruh disitu, karena bukan ilmu pasti bahwa pemberdayaan adalah ilmu berkembang. Kita berkaitan dengan masyarakat, kita berkaitan dengan sosial bukan fisik yang jelas kelihatan gitu ya, jadi banyak faktor yang akan berpengaruh seperti itu. Tetapi bagaimana kita bisa mengarahkan, atau LFA tadi digunakan sebagai acuan sebenernya, acauan bagaimana kita menjalankan program itu. LFA itu jadi akan kelihatan goalsnya apa, outcomenya apa, outputnya apa, activitynya apa. Semua activity yang dilakukan adalah untuk mencapai output, output sudah terlaksana semua sehingga akan mencapai outcome, outcome terlaksana semua goalsnya akan tercapai. Apa akan selesai dalam waktu setahun, belum tentu. Makanya emm apa namanya butuh waktu.”21

20

Abdul Halim dkk., Sistem Pengendalian Manajemen..., hlm. 15.

21 Wawancara dengan Bapak Agus, Kepala Bidang Program, 28 februari 2019, pukul 14:20 WIB.

Penjelasan Bapak Agus tersebut menunjukan bahwa dalam menjalankan program menggunakan LFA sebagai acuan pelaksanaan. LFA sudah dibuat dari awal sehingga akan mengarahkan program tersebut pada tujuan yang dibuat. Selain itu LFA akan menunjukan semua kegiatan atau aktifitas yang dilakukan akan memberikan keluaran yang ditargetkan. Setelah itu dari keluaran akan meunjukan hasil yang akan dicapai. Hasil tersebut akan menuntun pada tujuan yang sudah ditentukan. Begitu terus selanjutnya hingga program ini selelsai. Selain itu pelaksanaan program juga harus emmiliki partisipasi aktif dari msayarakat. Sehingga program pemberdayaan yang melaksanaan adalah masyarakat itu sendiri. Seperti yang di jelaskan oleh mas Sulaiman sebagai berikut:

“Tugas kita ya memastikan mereka agar tetap berpartisipatif, tetap berswadaya. Tugas kita bukan pelaksana, pelaksana program ya masyarakat itu sendiri. Tugas fasilitator ya memastikan masyarakat melaksanakan itu, dan kita memfasilitasi dan advokasi. Memfasilitasi maksudnya ya memudahkan kerja mereka, memfasilitasi mereka untuk melaksanakan itu. Advoksai artinya membantu mereka memecahkan masalah, membantu mencarikan solusi dan segala macam.”22

Berdasarkan penuturan mas Sulaiman tersebut dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan program masyarakat berperan penting didalamnya. Masyarakat harus berpartisipasi aktif sehingga program dapat berjalan dengan baik. Pelaksana utama program ini adalah masyarakat. Setelah itu fasilitator memastikan masyarakat berperan aktif dan memfasilitasi masyarakat, karena fasilitator hanya memfasilitatsi

masyarakat dan sebagai advokasi yang membantu masyarakat memecahkan masalah dan menemukan solusi. Selanjutnya tim program sebagai pengawas program, harus mengawasi yang sedang berjalan. 4. Evaluasi kinerja

Kegiatan terakhir dari proses pengendalian manajemen adalah menilai kinerja manajer pusat pertanggungjawaban. Prestasi kinerja pada intinya bisa dilihat dari efisiens dan efektif tidaknya suatu pusat pertanggungjawabannya. Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan antara realisasi anggaran dengan anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

Evaluasi yang dilakukan oleh tim program, fasilitator dan masyarakat. Evaluasi terbagi menjadi dua kegiatan, diantaranya evaluasi yang dilakukan oleh tim program dengan fasilitator dan evaluasi yang dilakukan oleh tim program, fasilitator, dan masyarakat. Waktu pelaksanaan evaluasi juga dilakukan secara berkala, ada evaluasi setiap minggu, dan evaluasi setiap bulan. Hal tersebut dikemukakan oleh mantan ketua PKPU cabang DIY Bapak Muthorik sebagai berikut:

“Evaluasi dari sisi SDM biasanya kita ada setiap bulan ada yang namanya performan apresiasi, menilai kinerja dari masing-masing SDM. Kalau evaluasi program biasanya kita lakukan setiap pekan. Itukan ada laporan setiap pekan, laporan bulanan, itu sebagai evaluasi juga karena itu tercapai atau tidak. Kalau tidak tercapai ya kita buat strategi untuk mencapai dibulan berikutnya.”23

23 Wawancara dengan Bapak Muthorik, Mantan Ketua PKPU cabang DIY, 08 Maret 2019, pukul 10:35 WIB.

Hal tersebut senada dengan yang disampaikan oleh mas Sulaiman sebagai berikut:

“Setiap bulan itu laporannya banyak banget sih. Lapporan pekanan, kemudian laporan bulanan, kemudian LPJ bulanan. Laporan bulanan itu menceritakan, apasih pencapaian bulan ini. Sudah sejauh mana kondisi program. Kalau laporan pekanan itu berkaitan tentang aktifitas saya ini ngapain. Apa yang sudah saya lakukan. Itu yang saya laporkan. Terus nanti ee ya begitu terus

Dokumen terkait