BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2. Proses Pengukuran dan Karakteristik Fiber Bragg Grating (FBG)
Pada penelitian ini, FBG yang digunakan memiliki pusat panjang
gelombang bragg (λ
B) sebesar 1550 nm produksi Technica SA US. FBG yang
digunakan memiliki panjang grating 10 mm dan berbahan polimide sehingga
mampu dilekukkan tanpa mengalami kerusakan struktural. Gambar 4.3 adalah
spectrum transmisi dari FBG yang digunakan.
Pada Gambar 4.3 membuktikan keberadaan kisi pada FBG yang
digunakan, dimana terdapat pit yang menunjukkan adanya spectrum cahaya yang
dipantulkan akibat keberadaan kisi pada FBG. Akuisisi data spektrum transmisi
40
dilakukan untuk setiap kali pengukuran. Setiap pengukuran diperoleh 1001 iterasi
yang menunjukkan bentuk spektrum transmisi dari sensor FBG. Tabel 4.1 adalah
penyajian sebagian data iterasi, terdapat 20 data yang terdiri dari 5 data awal, 10
data disekitar λ
Bdan 5 data akhir. Dari tabel tersebut diperoleh letak panjang
gelombang bragg(λ
B) pada setiap spektrum transmisi yang diperoleh pada setiap
pengukuran. Panjang gelombang bragg(λ
B) berada pada nilai intensitas transmisi
terkecil pada spektrum transmisi yang diperoleh.
Tabel 4. 1. Hasil Iterasi Data Pergesaran Panjang Gelombang Bragg
Indeks Intensitas
Transmisi (dBm)
Panjang Gelombang
(nm)
1 -59.72 1545.808
2 -59.716 1545.816
3 -59.721 1545.824
4 -59.73 1545.832
5 -59.727 1545.84
. . .
. . .
. . .
496 -66.59 1549.768
497 -66.923 1549.776
498 -67.303 1549.784
499 -67.53 1549.792
500 -67.663 1549.8
501 -67.696 1549.808
502 -67.655 1549.816
503 -67.544 1549.824
504 -67.405 1549.832
505 -67.171 1549.84
. . .
. . .
. . .
997 -59.963 1553.776
998 -59.974 1553.784
999 -59.979 1553.792
1000 -59.982 1553.8
1001 -59.983 1553.808
41
Uji berikutnya adalah pengaruh pengaruh temperatur terhadap pergeseran
panjang gelombang bragg (λ
B), sesuai dengan persamaan 2.18. Gambar 4.4
menunjukkan tentang pengaruh kenaikan temperatur terhadap pergeseran
spektrum transmisi pada FBG.
Gambar 4.4 Pengaruh Temperatur Terhadap Pergeseran
Panjang gelombang Bragg
Pergeseran panjang gelombang Bragg (λ
B) diuji dengan melakukan
pengukuran pada ruang furnace pada range temperatur 27
oC-200
oC. Pada keadaan
awal, ruang furnace dikondisikan pada temperatur 27
oC dan diperoleh λ
Bsebesar
1549,808 nm. Setelah itu, temperatur furnace dinaikkan menjadi 200
oC, λ
Bmengalami pergeseran sebesar 1,752 nm sehingga λ
Bmenjadi 1551,56 nm. Hal ini
menunjukkan bahwa ketika FBG mengalami proses pemanasan maka akan
menyebabkan pergeseran panjang gelombang bragg karena perubahan indeks bias
efektif (n
eff) dan perubahan jarak antar kisi bragg (Δ).(Grattan and Meggit 2000b)
Pergeseran panjang gelombang bragg dari FBG diakibatkan dua parameter
yang mencirikan pengaruh suhu pada serat optik yaitu koefisien muai panas
(Thermal Expansion Coefficient = TEC) dan koefisien termo-optik (Thermo-Optic
Coefficient = TOC). Dimana koefisien muai panas mencirikan pemuaian fisik atau
kontraksi volume material, sedangkan koefisien termo-optik mencirikan
perubahan indeks bias sebagai respon dari perubahan suhu. Kedua variable dari
42
FBG yang akan mengalamai peningkatan saat temperatur dinaikkan, sesuai
dengan persamaan (2.19 dan 2.20)(Crips 2001)
.Uji berikutnya adalah perubahan temperatur terhadap intensitas transmisi
dan pergeseran panjang gelombang bragg FBG. Pengujian dilakukan dengan
range temperatur 27-250
oC. Data hasil pengujian perubahan temperatur terhadap
intensitas transmisi dan pergeseran panjang gelombang bragg ditampilkan pada
lampiran A. Hasil pengujiannya dapat dilihat pada Gambar 4.5.
Gambar 4. 5.Perbandingan Pergeseran Panjang Gelombang Bragg Dan Intensitas
Transmisi Dari FBG Akibat Pengaruh Temperatur
Selain berpengaruh secara linear terhadap pergeseran panjang gelombang,
perubahan temperatur juga berpengaruh terhadap intensitas transmisi. Intensitas
transmisi pada Gambar 4.5, berubah secara fluktuatif ketika temperatur
mengalami kenaikan. Karakteristik yang sama juga diperoleh Parne Saidi Reddy
dalam penelitiannya yang membahas tentang pengaruh kenaikan temperatur
terhadap pergeseran panjang gelombang Bragg dan intensitas refleksi dari
FBG(Parne Saidi Reddy et al. 2010).
43
Dari hasil tersebut maka pada penelitian ini, dirancang sensor temperatur
tinggi berbasis pergeseran panjang gelombang bragg λ
Bdari FBG, tanpa
memperhitungkan intensitas transmisi dari FBG. Pengujian karakteristik bare
FBG terhadap temperatur meliputi linearitas, repeatibilty dan hysteresis.
Pengujian ini dimaksudkan untuk mendapatkan karakteristik awal dari FBG
sebelum dilakukan proses enkapsulasi dengan keramik. Analisis karakteristik
FBG yang dilakukan dengan analisis grafik dan analisis perhitungan. Analisis
perhitungan meliputi nilai hysteresis, akurasi, dan repeatability dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut (Bentley 2005)(Fraden 2004)
True
out= desired
outx Actual
out(4.1)
%FSO =
Trueoutput−ActualOutputYFso
(4.2)
%Hysteresis = %FSO
naik− %FSO
turun(4.3)
%repeatibility =
Stand.Deviasi max−Stand.Deviasi rata−rataFull Scale
x100% (4.4)
Dimana FSO= Jangkauan pengukuran Output
Y
FSO= Output Maksimum
FSO
naik= FSO pada temperatur naik
FSO
turun=FSO pada temperatur turun
4.2.1 Pengujian Linearitas dari FBG
Linearitas FBG diuji dengan melakukan pengukuran kenaikan temperatur
pada lempengan panas (hot plate). Hot Plate yang digunakan dirancang khusus
untuk penelitian ini, dengan sumber pemanas dari bahan stript heater, berdimensi
10 x 10 cm, dan daya yang digunakan 250 Watt. Proses pemanasan FBG diawali
dengan menempatkan bagian bragg pada FBG dengan lempengan stainless stell
dengan lebar yang sama dengan panjang bragg yaitu 10 mm. Hal ini dimaksudkan
untuk memastikan bahwa temperatur dari hot plate terdistribusi merata pada
semua bagian dari FBG. Rentang pengukuran untuk uji linearitas adalah 55 – 120
44
o
C dengan variasi kenaikan 5
oC. Sebagai kalibrator, digunakan thermokople tipe
K dengan jangkauan pengukuran sebesar 400
oC.
Untuk keperluan pengukuran, temperatur hot plate dikondisikan pada
temperatur 50
oC, pengukuran temperatur menggunakan termokople dan akuisisi
data dilakukan setiap kenaikan 5
oC. Data yang diperoleh dari FBG adalah data
pergeseran panjang gelombang bragg (λ
B) yang diamati pada OSA. Hasil
pengukuran linearitas diperlihatkan pada Gambar 4.7.
Gambar 4. 6. Persamaan Garis Linear pada Pergeseran panjang gelombang Bragg
Pada Bare FBG
Data hasil pengujian bare FBG terhadap pengaruh kenaikan temperatur
terdapat pada lampiran B. Dari grafik pada Gambar 4.7, terdapat pergeseran
panjang gelombang bragg (λ
B) yang terbaca di OSA saat FBG mengalami
kenaikan temperatur. Pada temperatur 55
oC, puncak λ
Bpada OSA teramati sebesar
1550.268 nm. Ketika temperatur hot plate dinaikkan secara perlahan, pit spektrum
transmisi akan mengalami pergeseran sampai pada batas pengukuran sebesar
120
oC dan diperoleh λ
Bsebesar 1551.003.
Berdasarkan kurva yang diperoleh pada Gambar 4.8, diperoleh persamaan
garis linear yaitu λ
B=0.011T+1549,6. Sensitivitas dari FBG diperoleh dengan
45
mendiferensialkan persamaan garis linear tersebut terhadap temperatur. Maka
diperoleh sensitivitas FBG sebesar 11,52 ± 0,18 pm/
oC. Dengan menggunakan
persamaan garis linear pada Gambar 4.6, maka pada temperatur
maksimum(300
oC), panjang gelombang bragg bare FBG adalah 1553.056 nm.
4.2.2 Pengujian Repeatibility dari FBG
Repeatibility FBG diuji dengan melakukan pengulangan pengukuran
pengaruh kenaikan temperatur terhadap pergeseran panjang gelombang bragg.
Pengukuran temperatur dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali. Rentang
pengukuran untuk uji repeatability adalah pada temperatur 30 – 120
oC. Hasil
pengukuran repeatibility dapat dilihat pada Gambar 4.7.
Gambar 4. 7. Hasil Uji Repeatibility Bare FBG
Dari ketiga grafik pada Gambar 4.7, menunjukkan bahwa FBG stabil
walaupun dilakukan pengukuran berulang pada kondisi lingkungan yang berbeda.
Dari ketiga pengambilan data tersebut, diperoleh bahwa terdapat 3 data dengan
standar deviasi 0.2 yaitu pada temperatur 30
oC,70
oC dan 105
oC. Hasil
perhitungan standar deviasi pada setiap temperatur ditunjukkan pada tabel 4.2.
46
Tabel 4. 2. Hasil Perhitungan Standar Deviasi
temperatur λB (nm) Average(nm) Standar Deviasi I II III σ 30 1550.023 1550.055 1550.06 1550.046 0.020 35 1550.098 1550.115 1550.13 1550.114 0.016 40 1550.148 1550.17 1550.18 1550.166 0.016 45 1550.193 1550.22 1550.215 1550.209 0.014 50 1550.238 1550.25 1550.25 1550.246 0.007 55 1550.268 1550.285 1550.285 1550.279 0.010 60 1550.303 1550.325 1550.33 1550.319 0.014 65 1550.368 1550.38 1550.38 1550.376 0.007 70 1550.393 1550.43 1550.425 1550.416 0.020 75 1550.458 1550.46 1550.47 1550.463 0.006 80 1550.508 1550.52 1550.515 1550.514 0.006 85 1550.583 1550.59 1550.595 1550.589 0.006 90 1550.643 1550.66 1550.665 1550.656 0.012 95 1550.698 1550.715 1550.725 1550.713 0.014 100 1550.768 1550.78 1550.785 1550.778 0.009 105 1550.808 1550.845 1550.84 1550.831 0.020 110 1550.878 1550.89 1550.91 1550.893 0.016 115 1550.938 1550.95 1550.96 1550.949 0.011 120 1551.003 1551.01 1551.015 1551.009 0.006
Perhitungan %repeatibility dari FBG dengan menggunakan persamaan 4.4.
Standar deviasi maksimumnya adalah 0.02, sedangkan rata-rata standar deviasi
adalah 0,012. Jangkauan pengukuran maksimum dari tabel 4.1. yaitu 1551.015.
maka repeatability dari FBG adalah
%repeatibility =
std.Devmax−rata−ratastd.devFull Scale
x100%
=
0.02−0.0121551.015