• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Penyambungan Hasil Komposit dengan Pintu

BAB III REDESIGN DAN PEMBUATAN PINTU MOBIL LISTRIK

3.2. Proses Penyambungan Hasil Komposit dengan Pintu

1.6. Sistematika Laporan

Bab I : PENDAHULUAN

Mengungkapkan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan proyek akhir, manfaat, metode pembahasan, serta sistematika laporan.

Bab II : LANDASAN TEORI

Mengungkapkan tinjauan teori mengenai pengertian komposit, macam- macam komposit dan bahan pembentuk komposit, serta kekurangan dan kelemahan komposit. Keseluruhan tinjauan teori tersebut sebagai landasan dalam perancangan dan pembuatan pintu mobil lstrik dari bahan komposit.

Bab III : REDESIGN DAN PEMBUATAN PINTU MOBIL LISTRIK

Berisikan uraian tentang keseluruhan langkah dalam proses perancangan ulang pintu mobil listrik yang meliputi :

3.1. Proses Pembuatan Komposit Pintu

Proses pembuatan komposit pintu terdiri dari beberapa tahap, diantaranya :

a. Mencari Data b. Perancangan Ulang b. Pembuatan Cetakan

c. Pembuatan Lapisan Gelcoat d. Pembuatan Komposit Pintu

3.2. Proses Penyambungan Hasil Komposit dengan Pintu 3.3. Redesign Body

Proses Redesign Body meliputi : a. Pembuatan Cetakan

b. Pembuatan Komposit Body

c. Penyambungan Hasil Komposit pada Body 3.4. Proses Pembuatan Door Trim

commit to user

3.5. Proses Pendempulan dan Pengampelasan 3.6. Proses Pengecatan dan finishing

Bab IV : PERAWATAN DAN PERINCIAN BIAYA

Membahas tentang metode perawatan komposit yang benar agar produk lebih tahan lama dan solusi apabila terjadi kerusakan pada komposit. Selain perawatan komposit, bab ini juga membahas tentang perincian biaya dari keseluruhan proses pengerjaan pintu mobil listrik.

Bab V : PENUTUP

Mengungkapkan kesimpulan dari proses perancangan ulang pintu mobil listrik dan saran untuk pemberian materi yang lebih tentang komposit agar mahasiswa benar-benar paham.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 5

BAB II

DASAR TEORI

2.1. Pengertian Komposit

Kata komposit (composite) merupakan kata sifat yang berarti susunan atau gabungan. Komposit berasal dari kata kerja “to compose” yang berarti menyusun atau menggabung. Jadi secara sederhana bahan komposit diartikan suatu jenis bahan baru hasil rekayasa yang terdiri dari dua atau lebih material berbeda yang bergabung pada unit struktural makroskopik. Dapat juga dikatakan bahwa Komposit adalah perpaduan dari bahan yang dipilih berdasarkan kombinasi sifat fisik masing-masing material penyusun untuk menghasilkan material baru dengan sifat yang unik dibandingkan sifat material dasar sebelum dicampur dan terjadi ikatan permukaan antara masing-masing material penyusun (Gibson, 1994)

a. Gabungan makro :

- Bisa dibedakan secara visual

- Penggabungan lebih secara fisis dan mekanis - Bisa dipisahkan secara fisis dan mekanis b. Gabungan mikro :

- Tidak bisa dibedakan secara visual - Penggabungan lebih secara kimia

- Sulit dipisahkan, tetapi dapat dilakukan secara kimia

Bahan komposit merupakan bahan gabungan secara makro, maka bahan komposit dapat didefinisikan sebagai suatu sistem material yang tersusun dari campuran / kombinasi dua atau lebih unsur-unsur utamanya yang secara makro berbeda di dalam bentuk dan komposisi material yang tidak dapat dipisahkan (Schwartz, 1984).

2.2. Tujuan Dibentuknya Komposit

commit to user

a. Mempermudah design yang sulit pada manufaktur, untuk membentuk kontur yang rumit lebih mudah dengan menggunakan komposit daripada bahan logam.

b. Menghemat biaya, dari segi harga bahan-bahan pembuat komposit lebih murah apabila dibandingkan dengan bahan logam.

c. Bahan lebih ringan, kalau dibandingkan berat dua bahan yaitu logam dan komposit yang mempunyai dimensi yang sama, komposit lebih ringan.

2.3. Bagian Utama dari Komposit

2.3.1. Reinforcement

Salah satu bagian utama dari komposit adalah penguat (reinforcement) yang berfungsi sebagai penanggung beban utama pada komposit.

2.3.1.1.Serat Gelas

Glass fiber adalah bahan yang tidak mudah terbakar. Serat jenis ini biasanya digunakan sebagai penguat matrik jenis polymer. Komposisi kimia serat gelas sebagain besar adalah SiO2 (Silicon dioksida) dan sisanya adalah oksida-oksida alumunium (Al), kalsium (Ca), magnesium (Mg), natrium (Na), dan unsur-unsur lainnya.

Berdasarkan bentuknya serat gelas dapat dibedakan menjadi beberapa macam antara lain (Schwartz, 1984):

a. Roving, berupa benang panjang yang digulung mengelilingi silinder.

Gambar 2.1. Serat gelas roving (http://img.directindustry.com)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

b. Yarn, berupa bentuk benang yang lekat dihubungkan pada filamen.

Gambar 2.2. Serat gelas yarn (http://w13.itrademarket.com)

c. Chopped Strand, adalah strand yang dipotong-potong dengan ukuran tertentu kemudian digabung menjadi satu ikatan.

Gambar 2.3. Serat gelas chopped strand (http://sinofuwang.com)

d. Reinforcing Mat, berupa lembaran chopped strand dan continuous strand yang tersusun secara acak.

Gambar 2.4. Serat gelas reinforcing mat (http: //www.image.tradevv.com)

commit to user

e. Woven Roving, berupa benang panjang yang dianyam dan digulung pada silinder

Gambar 2.5. Serat gelas woven roving (http://www.fiberjn.com)

f. Woven F abric, berupa serat yang dianyam seperti kain tenun.

Gambar 2.6. Serat gelas woven fabric (http://www.asia.ru)

2.3.2. Matrik

Matrik adalah fasa dalam komposit yang mempunyai bagian atau fraksi volume terbesar (dominan). Matrik mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Mentransfer tegangan ke serat secara merata. b. Melindungi serat dari gesekan mekanik.

c. Memegang dan mempertahankan serat pada posisinya. d. Melindungi dari lingkungan yang merugikan.

e. Tetap stabil setelah proses manufaktur. Sifat-sifat matrik (Ellyawan, 2008) :

a. Sifat mekanis yang baik. b. Kekuatan ikatan yang baik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

c. Ketangguhan yang baik. d. Tahan terhadap temperatur.

Menurut Gibson (1994) matrik dalam struktur komposit dapat dibedakan menjadi:

1) Komposit Matrik Polimer (Polymer Matrix Composites – PMC)

Bahan ini merupakan bahan komposit yang sering digunakan, biasa disebut polimer berpenguat serat (FRP – Fibre Reinforced Polymers or Plastics). Bahan ini menggunakan suatu polimer berbahan resin sebagai matriknya, dan suatu jenis serat seperti kaca, karbon dan aramid (Kevlar) sebagai penguatannya. 2) Komposit Matrik Logam (Metal Matrix Composites – MMC)

Bahan ini menggunakan suatu logam seperti aluminium sebagai matrik dan penguatnya dengan serat seperti silikon karbida.

3) Komposit Matrik Keramik (Ceramic Matrix Composites – CMC)

Bahan ini menggunakan keramik sebagai matrik dan diperkuat dengan serat pendek, atau serabut-serabut (whiskers) dimana terbuat dari silikon karbida atau boron nitride.

Jenis polimer yang sering digunakan : 1) Thermoplastic

Thermoplastic adalah plastik yang dapat dilunakkan berulang kali (recycle) dengan menggunakan panas. Thermoplastic merupakan polimer yang akan menjadi keras apabila didinginkan. Thermoplastic meleleh pada suhu tertentu, melekat mengikuti perubahan suhu dan mempunyai sifat dapat balik (reversibel) kepada sifat aslinya, yaitu kembali mengeras bila didinginkan. Contoh dari thermoplastic yaitu Nylon 66, Polytetrafluoroethylene (PTFE/teflon), Polieter sulfon, dan Poliyether etherketone (PEEK).

2) Thermoset

Thermoset tidak dapat mengikuti perubahan suhu. Bila sekali pengerasan telah terjadi maka bahan tidak dapat dilunakkan kembali. Pemanasan yang tinggi tidak akan melunakkan thermoset melainkan akan membentuk arang dan terurai karena sifatnya yang demikian sering digunakan sebagai tutup ketel, seperti jenis-jenis melamin. Plastik jenis-jenis thermoset tidak begitu menarik dalam proses daur

commit to user

ulang karena selain sulit penanganannya juga volumenya jauh lebih sedikit (sekitar 10%) dari volume jenis plastik yang bersifat thermoplastic. Contoh dari thermoset yaitu Epoksida, Bismaleimida (BMI), dan Poli-imida (PI).

2.3.3. Klasifikasi Komposit

Berdasarkan penguatnya (bahan pengisinya), klasifikasi komposit dibedakan menjadi 3 macam yaitu bahan pengisi partikel, serat dan struktur.

Gambar 2.7. Klasifikasi bahan komposit berdasarkan penguatnya (George H Staab, 1999)

komposit

partikel serat struktur

memanjang pendek gabungan berlapis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Komposit dibedakan menjadi 5 kelompok menurut bentuk struktur dari penyusunnya yaitu (Schwartz, 1984) :

1. Komposit Serat (Fiber Composites)

Komposit serat merupakan jenis komposit yang menggunakan serat sebagai bahan penguatnya. Dalam pembuatan komposit, serat dapat diatur memanjang (continuous composites) atau dapat dipotong kemudian disusun secara acak (random fibers) serta juga dapat dianyam (cross-ply laminate) (Schwartz, 1984).

a. serat memanjang b. Serat acak

Gambar 2.8. Komposit serat (Fiber Composites) (George H Staab, 1999)

2. Komposit Serpih (Flake Composites)

Flake Composites adalah komposit dengan penambahan material berupa serpih kedalam matriksnya. Flake dapat berupa serpihan mika dan metal (Schwartz, 1984).

Gambar 2.9. Komposit serpih (Flake Composites) (George H Staab, 1999)

commit to user

3. Komposit Partikel (Particulate Composites)

Particulate composites adalah salah satu jenis komposit di mana dalam matriks ditambahkan material lain berupa serbuk/butir. Perbedaan dengan flake dan fiber composites terletak pada distribusi dari material penambahnya. Dalam particulate composites, material penambah terdistribusi secara acak atau kurang terkontrol daripada flake composites. Sebagai contoh adalah beton (Schwartz, 1984).

Gambar 2.10. Komposit partikel (Particulate Composites) (George H Staab, 1999)

4. F illed (skeletal) Composites

Filled composites adalah komposit dengan penambahan material ke dalam matriks dengan struktur tiga dimensi (Schwartz, 1984).

Gambar 2.11. Filled (skeletal) Composites (George H Staab, 1999)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

5. Laminar Composites

Laminar composites adalah komposit dengan susunan dua atau lebih layer, di mana masing-masing layer dapat berbeda – beda dalam hal material, bentuk, dan orientasi penguatannya (Schwartz, 1984).

Gambar 2.12. Laminar Composites (George H Staab, 1999)

Berdasarkan penempatannya terdapat beberapa tipe serat pada komposit, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.13 (Gibson, 1994).

a. serat memanjang b. Serat anyam

c. serat acak d. Serat gabungan

commit to user a. Continuous Fiber Composite

Continuous atau uni-directional composite mempunyai susunan serat panjang dan lurus, membentuk lamina diantara matriksnya. Jenis komposit ini paling banyak digunakan. Kekurangan tipe ini adalah lemahnya kekuatan antar lapisan. Hal ini dikarenakan kekuatan antar lapisan dipengaruhi oleh matriksnya.

b. Woven Fiber Composite (bi-dirtectional)

Komposit ini tidak mudah terpengaruh pemisahan antar lapisan karena susunan seratnya juga mengikat antar lapisan. Akan tetapi susunan serat memanjangnya yang tidak begitu lurus mengakibatkan kekuatan dan kekakuan tidak sebaik tipe continuous fiber.

c. Discontinuous Fiber Composite (chopped fiber composite)

Komposit dengan tipe serat pendek masih dibedakan lagi menjadi : 1. Serat pendek searah (Aligned discontinuous fiber)

2. Serat pendek diagonal (Off-axis aligned discontinuous fiber) 3. Serat pendek acak (Randomly oriented discontinuous fiber)

Randomly oriented discontinuous fiber merupakan komposit dengan serat pendek yang tersebar secara acak diantara matriksnya. Kekurangan dari jenis serat acak adalah sifat mekanik yang masih dibawah dari penguatan dengan serat lurus pada jenis serat yang sama (Gibson,1994).

a. Serat pendek searah b. Serat pendek diagonal c. Serat pendek acak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

d. Hybrid fiber composite

Hybrid fiber composite merupakan komposit gabungan antara tipe serat lurus dengan serat acak. Pertimbangannya supaya dapat mengeliminir kekurangan sifat dari kedua tipe dan dapat menggabungkan kelebihannya.

Hybrid Fiber Composite

commit to user

16

BAB III

REDESIGN DAN PEMBUATAN PINTU MOBIL LISTRIK

3.1. Proses Redesign dan pembuatan pintu mobil listrik

Proses redesign dan pembuatan pintu mobil listrik melalui berbagai tahapan, antara lain:

1. Tahap 1: Mencari Data. 2. Tahap 2: Perancanganulang. 3. Tahap 3: Pembuatan cetakan. 4. Tahap 4: Pembuatan lapisan gelcoa t. 5. Tahap 5: Pembuatan komposit.

3.1.1. Tahap 1: Mencari Data

Pada dasarnya konsep mobil listrik yang ingin dibuat adalah city ca r yang ramah lingkungan, ekonomis dengan tanpa mengurangi kenyamanan penumpang. Design mobil listrik itu sendiri mengacu pada mobil-mobil keluaran terkini dipasaran seperti karimun estilo dan avanza. Design ini juga merupakan kombinasi design mobil yang sudah ada. Material yang digunakan untuk pembuatan bodi mobil listrik adalah komposit, agar beban bodi mobil listrik tidak terlalu berat. Diharapkan apabila mobil listrik ini sudah jadi sesuai design bisa menjadi terobosan baru di bidang otomotif untuk mobil nasional yang ramah lingkungan dan efisien bahan bakar.

Pencarian data ini dimaksudkan untuk memperoleh data-data yang nyata dari pintu mobil listrik yang telah ada untuk dilakukan proses perancangan ulang dan penyempurnaan. Data-data yang utama diperlukan adalah dimensi dari pintu, dan permasalahan-permasalahan yang ada pada pintu tersebut yang menyebabkan pintu mobil listrik tidak berfungsi dengan baik. Permasalahan yang didapat dilapangan adalah kaca pintu mobil listrik tidak bisa digerakkan naik turun karena posisi pemasangan kemiringan kaca yang kurang tepat pada fra me pintu dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

belum terpasangnya regulator kaca (mekanisme kaca) serta belum adanya a ccessories pada pintu yaitu door trim. Berikut ini adalah gambar sketsa awal pintu dengan satuan milimeter (mm).

Gambar 3.1. Tampak depan

commit to user

Gambar 3.3. Tampak belakang

Dari hasil data-data yang di dapatkan pada proses tahap 1, Berikut ini adalah data awal permasalahan dari pintu mobil listrik yang diperoleh :

a. Pemasangan kaca yang tidak tepat pada fra me pintu

Pemasangan kaca dan fra me pintu yang kurang tepat, sehingga pada saat kaca digerakkan turun oleh regulator kaca, maka akan membentur bagian body pintu itu sendiri.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

b. Tidak adanya mekanisme kaca (Regulator kaca beserta rel kaca)

Regulator kaca dan rel kaca berfungsi untuk menggerakkan kaca agar dapat bergerak naik dan turun dengan baik, pemasangan regulator dan rel kaca disesuaikan dengan bentuk kaca.

Gambar 3.5. Mekanisme kaca

c. Tidak adanya door trim pada pintu bagian dalam

Kelengkapan pintu pada bagian dalam juga belum lengkap, door trim belum ada, sehingga perlu adanya penambahan a ccessories tersebut yang akan menambah nilai estetika pintu.

Gambar 3.6. Pintu tanpa door trim

Rel kaca Kaca

commit to user

3.1.2. Tahap 2: Perancangan Ulang

Pada design mobil listrik yang sudah ada kaca tidak bisa dinaik turunkan, hal ini tentu akan mengurangi tingkat kenyamanan dalam berkendara. Oleh karena itu, tujuan dari design ulang ini adalah untuk menyempurnakan pintu mobil listrik yang sudah ada supaya kaca dapat dinaik turunkan seperti mobil pada umumnya. Permasalahan tersebut terjadi karena kontur body luar pintu yang lurus (tidak cembung), sedangkan pada bagian atas (fra me) konturnya melengkung hal ini menjadi permasalahan karena kaca yang melengkung sesuai dengan lengkungan pada frame tidak dapat turun secara sempurna karena posisi kaca saat turun terlalu dekat dengan body pintu, hal ini akan menyulitkan dalam pemasangan mekanisme ha ndle pembuka pintu.

Proses perancangan ulang ini fokus pada perubahan design pintu yang sudah di buat sebelumnya, dengan tujuan agar kaca pada window dapat naik dan turun dengan bebas serta ha ndle pembuka pintu dapat terpasang tanpa mengganggu naik dan turunya kaca pada window.

Ada beberapa opsi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut, diantaranya :

1. Mengubah lengkungan jalur kaca (rel) pada fra me menjadi tidak terlalu cembung. Dalam opsi ini terdapat kelemahan, yaitu posisi kaca yang menjorok ke dalam sehingga dari luar akan terlihat kurang bagus, dan juga jarak antara body dan kaca masih terlalu sempit.

2. Membuat cembungan pada kontur luar body pintu.

Opsi ini lebih memakan biaya dan tenaga, tetapi pilihan ini adalah pilihan yang mungkin dijalankan karena nantinya selain kaca dapat turun secara bebas, jarak antara kaca dan body menjadi lebih longgar.Tetapi opsi ini juga mempunyai kelemahan, yaitu pintu menjadi sangat tebal dan bobot dari pintupun akan bertambah. Dan akibat dicembungkannya bagian luar pintu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

maka secara otomatis bagian body akan dibuat mengikuti kontur dari pintu,hal ini dilakukan agar body mobil dan pintu terlihat serasi.

Dari kedua pilihan diatas, pilihan nomor dua adalah cara penyelesaian masalah yang dipilih, walaupun akan memakan lebih banyak biaya dan tenaga. Setelah tahap pertama selesai dan diperoleh data-data dari pintu awal, maka tahap kedua yang dilakukan adalah mengolah data-data tersebut sehingga didapatkan solusi dari permasalahan yang ada dan membuat sketsa rancangan ulang. Sketsa tersebut adalah sebagai berikut :

a. Sketsa rancangan ulang pintu

Gambar di bawah ini adalah sketsa pintu yang akan dibuat, baik dari bagian luar pintu maupun bagian dalam pintu serta pada bagian samping pintu dalam satuan milimeter (mm).

commit to user

Gambar 3.8. Tampak samping

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

b. Sketsa rancangan door trim

Door trim yang akan dibuat berbentuk seperti gambar di bawah ini dan di buat dengan bentuk sesuai kontur pintu.

Gambar 3.10. Rancangan Door trim

c. Mekanisme kaca (regula tor dan rel kaca)

Mekanisme kaca ini di rancang seperti gambar, sehingga mekanisme rel dan kaca dapat berfungsi dengan baik.

Gambar 3.11. Mekanisme kaca

Dudukan engkol regulator

commit to user

3.1.3. Tahap 3: Pembuatan Cetakan

Cetakan yang akan dibuat adalah cetakan untuk membuat kontur luar pintu yang berbentuk cembung. Pada awal pembuatan cetakan langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan memotong papan menjadi 4 buah, yang masing – masing berbentuk persegi panjang dengan ukuran 9 cm x 75 cm. Kemudian masing – masing dibentuk cekung ( dibuat kebalikan dari produk ) sesuai dengan pola yang telah dibuat. Bentuk dari keempat papan harus sama persis agar nantinya produk yang akan dibuat dengan cetakan ini mempunyai kerataan permukaan yang sama. Setelah keempat papan dibentuk maka langkah selanjutnya adalah menata keempat papan secara sejajar sesuai dengan ukuran pintu, pada tiap – tiap ujung papan dirangkai dengan plat siku, kemudian antara plat siku dengan papan direkatkan dempul. Setelah itu, dilaminasi agar rangkain lebih kuat. Setelah proses penguatan dengan laminasi selesai, maka langkah selanjutnya adalah menempelkan yellow boa rd secara menyeluruh pada permukaan papan yang cekung. Kemudian setelah yellow boa rd merekat secara kuat pada papan maka cetakan siap digunakan.

Memotong papan Merangkai dan menguati

rangkaian

Cetakan Merekatkan yellow boa rd Gambar 3.12. Proses pembuatan cetakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

3.1.4. Tahap 4: Pembuatan Lapisan Gelcoat

Setelah proses pembuatan cetakan selesai sampai kondisi permukaan yang halus dan rata maka dilanjutkan langkah pembuatan lapisan gelcoat. Lapisan gelcoa t terdiri dari campuran resin, talk ( CaCO3 ) , dan katalis. Komposisi perbandingan antara resin : talk : katalis = 1000ml : 600ml : 20ml. Sebelum menuju pembuatan lapisan gelcoa t terlebih dahulu mengoles permukaan cetakan yang sudah diamplas dengan mirror gla ze sampai halus dan merata, hal ini berfungsi agar lapisan gelcoa t tidak lengket dengan cetakan. Apabila seluruh bagian sudah diolesi dengan mirror gla ze, langkah selanjutnya mengoleskan gelcoa t sampai seluruh permukaan cetakan tertutup oleh gelcoat dengan metode ha nd la y-up. Penggunaan katalis berfungsi untuk mempercepat pengeringan serta pengerasan lapisan gelcoa t. Pada proses pembuatan lapisan gelcoat produk akan kering selama 1-2 jam, dan produk siap untuk dilapisi atau ditimpa serat.

Memberi mirror Melapisi gelcoa t

hasil lapisan gelcoa t

Gambar 3.13. Proses pelapisan gelcoa t

3.1.5. Tahap 5: Pembuatan Komposit

Pembuatan komposit diawali dengan membasahi lapisan gelcoa t dengan campuran resin dan katalis kemudian diberi serat acak sebagai lapisan pertama,

commit to user

begitu seterusnya sampai tiga lapis. Sebagai catatan saat proses laminasi semua serat harus terkena campuran resin dan katalis agar serat dapat melekat secara sempurna, perbandingan antara resin dan katalis yang dipakai adalah 99% : 1%. Setelah kering maka komposit dilepas secara perlahan dari cetakan. Pada proses ini menggunakan serat 300 gram dan 200 gram, serat 300 gram digunakan untuk bagian permukaan yang mempunyai kontur tidak rumit, seperti pada cembungan body menggunakan serat ini. Serat 200 gram digunakan untuk bagian yang mempunyai kontur yang rumit, seperti pada saat penyambungan antara cembungan body pintu dengan pintu, proses ini menggunakan serat 200 gram karena terdapat banyak lengkungan pada permukaan yang akan dilaminasi, sehingga apabila menggunakan serat yang lebih tebal dikhawatirkan tidak akan melekat secara sempurna.

Gelcoa t + resin memberi serat acak

Hasil komposit memberi resin Gambar 3.14. Proses pembuatan komposit

3.2. Proses Penyambungan Hasil Komposit dengan Pintu

Hasil komposit disambung pada pintu menggunakan rivet, selanjutnya disambung dengan menggunakan campuran resin dan mat. Bagian yang di rivet adalah disepanjang tepi atas (bagian yang menempel langsung pada pintu)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Penyambungan rivet Penyambungan resin dan mat

Hasil penyambungan

Gambar 3.15. Proses penyambungan komposit dengan pintu

3.3. Redesign Body

Setelah pintu di desain ulang maka pintu akan berubah menjadi cembung, sehingga body harus menyesuaikan bentuk pintu. Tahap–tahap dalam proses Redesign body adalah sebagai berikut:

a. Tahap 1 : Pembuatan Cetakan b. Tahap 2 : Pembuatan Komposit

c. Tahap 3 : Penyambungan Komposit pada Body

3.3.1. Tahap 1 : Pembuatan Cetakan

Cetakan untuk body dibuat dengan menggunakan body pintu sebagai

master. Hal ini karena cembungan pada body harus menyesuaikan cembungan pada pintu. Pada awal pembuatan cetakan, body pintu (master) harus diolesi mirror gla ze secara merata ke seluruh permukaannya, kemudian diamkan selama ± 15 menit. Setelah lapisan mirror gla ze mengering, langkah selanjutnya adalah memberi lapisan gelcoa t secara menyeluruh ke permukaan ma ster, tunggu sampai gelcoa t mengering. Setelah gelcoa t mengering maka langkah selanjutnya adalah membuat lapisan komposit setebal tiga lapis. Setelah lapisan komposit mengering

commit to user

maka diberi penguat berupa kayu agar bentuk cetakan tidak berubah dan memudahkan dalam pelepasan cetakan.

Mirror gla ze master yang sudah di olesi mirror

Pembuatan komposit Pelapisan gelcoat

Pemasangan kerangka cetakan jadi Gambar 3.16. Pembuatan cetakan body

3.3.2. Tahap 2 : Pembuatan Komposit

Pembuatan komposit pada body prosesnya sama dengan pembuatan komposit untuk pintu, untuk membuat komposit pada body menggunakan fibergla ss Chopped Stra nd Mat 300 gra m/m2, resin Polyester 157BQTN serta katalis MEXPO. Untuk pembuatan body, bagian dalam body diperkuat dengan pipa PVC. Kegunaan pipa PVC pada langkah ini adalah sebagai kerangka penguat pada komposit agar tidak mengalami perubahan bentuk. Langkah awal dalam pembuatan body adalah dengan mengecek kerataan pada cetakan yang akan

Dokumen terkait